Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

Gambaran Radiologi Giant Cell Tumor


Pada Tulang
Disusun oleh
Nida Nabilah Nur

Perseptor
dr. E.S.G. Ireschka Pattiwael, Sp. Rad., M. Sc.

KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RSUD JENDRAL AHMAD YANI METRO
2017
PENDAHULUAN

Giant cell tumor (GCT) tulang merupakan salah satu jenis tumor pada tulang yang
merupakan sekitar 4-9,5% dari seluruh neoplasma primer tulang pada pasien dewasa.

GCT juga merupakan 18-23% dari seluruh neoplasma jinak.

GCT bersifat invasif lokal dengan tingkat rekurensi yang tinggi dan mengalami
transformasi menjadi ganas.

Insidens tertinggi ditemukan pada dekade ke tiga dengan 70% terjadi pada usia antara
20-40 tahun.
DEFINISI

Giant Cell Tumor (GCT) atau oesteoclastoma adalah tumor yang


relatif jarang, ditandai dengan adanya sel giant multinuklear.

GCT paling sering terjadi pada epiphysis tulang panjang, merupakan


tumor jinak yang meluas kaya akan sel giant osteoklastik.

Umumnya menyebabkan destruksi dari tulang, lokal metastasis,


metastasis ke paru-paru, serta kelenjar getah bening (jarang), atau
bertransformasi kearah keganasan (jarang)
LOKASI

60 % di tulang panjang, hampir


seluruhnya di ujung tulang -
persendian

Umumnya di proksimal tibia, distal


femur, distal radius, dan proksimal
humerus

Didapatkan juga kasus GCT pada os


pubis, kalkaneus, vertebrae
(sebagian besar di sakrum), dll
PATOFISIOLOGI

•Perubahan siklin
1

•Evaluasi imunohistokimia
2

•Sel stroma fibroblast-like


3
GEJALA KLINIS

Nyeri,
berkurang saat Bengkak lokal Gerak terbatas
istirahat

Gejala
Fraktr Low back pain
neurologis (lesi
patologis 11-37% (lesi sakrum)
vertebrae)
HISTOPATOLOGI

MAKROSKOPIK MIKROSKOPIK

• Massa coklat dan lunak • Terdiri dari sel mononuklear bulat-


• Pada daerah pembuluh darah terlihat oval bercampur dengan banyak
gambaran merah gelap dan warna osteoklas yang menyerupai sel datia
ungu di daerah kolagen berukuran dan mempunyai inti 50-100
• Pada lamelasi tampak gambaran • Terlihat sedikit mitosis disertai sel
nekrosis dan ruang berisi darah datia dengan pembentukan kolagen,
kadang atipia.
• Sering terjadi nekrosis fokal
KLASIFIKASI
(Enekking)

Stage 1 •Klinis tidak memberikan keluhan


•Radiologis lesi berbatas tegas tanpa kelainan korteks tulang

(inaktif/laten) •Histopatologisgambaran sitologi jinak, rasio sel-matriks rendah

Stage 2 •Klinis ada keluhan, ada proses pertumbuhan


•Radiologis lesi berbatas tegas dengan tepi tidak teratur, ada gambaran septa di dalam
tumor. Didapati adanya bulging korteks tulang
(aktif) •Histopatologi gambaran sitologi jinak, rasio sel-matriks berimbang

Stage 3 •Klinis ada keluhan, tumor tumbuh cepat


•Radiologis didapatkan destruksi korteks tulang, tumor keluar dari tulang dan tumbuh
ke arah jaringan lunak; didapati reaksi periosteal segitiga Codman

(agresif) •Histopatologis gambaran sitologi jinak dengan rasio sel-matriks tinggi, didapat nukleus
yang hiperkromatik, kadang didapat proses mitosis
Modalitas Radiologi
FOTO POLOS GCT
(Campanacci)

 Stadium I
 lesi osteolitik berbatas tegas tanpa deformasi korteks tulang dan dapat disertai reaksi
sklerotik di sekitar lesi;
 Stadium II
 lesi osteolitik berbatas tegas disertai gambaran septa/trabekulasi di dalam tumor yang
terlihat membagi lesi tumor dalam beberapa kompartemen disertai deformitas korteks
tulang berupa bulging/ekspansif dan penipisan/erosi korteks serta terlihat perluasan lesi
tumor ke subarticular dan ke metafisis;
 Stadium III
 telah didapatkan adanya erosi dan destruksi korteks tulang disertai perluasan tumor ke
metafisis, subartikular dan keluar dari tulang masuk ke jaringan lunak secara cepat yang
terlihat sebagai soft tissue mass (massa jaringan lunak). Dapat terlihat reaksi periosteal
berupa segitiga Codman bila terdapat fraktur patologi.
FOTO POLOS

Soap bubble appearance

 Foto polos penting


untuk menemukan
wanita 19 tahun
memperlihatkan lesi geografik lokasi lesi, keadaan
yang radiolusen dengan batas matriks tulang, tepi
sklerotik (panah) pada metafise lesi, reaksi periosteal,
dan epifise tibia proksimal dan keadaan jaringan
lunak
FOTO POLOS

GCT pada radius distal


dengan
pseudotrabeculation pada
pria 25 tahun. Foto AP dari
pergelangan tangan
terlihat sebuah lesi litik di
metaepiphyseal yang
meluas ke subkondral
dengan sebuah fraktur
patologis (panah) dan
terlihat trabekulasi internal
Computed Tomography (CT) Scan

GCT Pada Tibia Proksimal Wanita 30 Tahun

 Pada CT Scan dapat ditemukan


Terlihat mild
gambaran-gambaran karakteristik
ekspansi dan yang sama dengan foto polos
sclerosis yang  Pada CT Scan akan terlihat adanya
ringan sekitar
GCT (panah) tapi
lesi heterogen dengan area
tidak ada massa berukuran kecil, berbentuk bulat
jaringan lunak dengan densitas yang rendah di
dalamnya
Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan pada jaringan lunak, perluasan ke intra-
artikular, dan adanya perubahan sumsum tulang.

MRI merupakan metode terbaik untuk mencari adanya perluasan ke subkondral dan perluasan
tumor ke jaringan sekitar sendi.

Kekurangan dari MRI adalah harganya yang relatif mahal, kadang diperlukan sedasi pada
pasien yang claustrophobia, dan MRI kontraindikasi pada pasien dengan cardiac pacemakers,
orbital foreign bodies.
MRI

 Kiri T1, Kanan T2.


 Sagittal T1-weighted dari MRI
terlihat sebuah giant cell tumor
dengan intensitas signal rendah.
Sagittal T2-weighted dari MRI
terlihat giant cell tumor dengan
intensitas signal menengah tinggi.
ANGIOGRAFI

GCT pada femur distal pria 35 tahun

 Pada angiografi akan terlihat adanya


Angiogram gambaran hipervaskularisasi dari arteri dan
mengisi daerah vena serta terlihat densitas lesi tumor yang
tumor (*) meng- kemerahan akibat banyaknya pembuluh
gambarkan darah yang berukuran kecil/berukuran
hipervaskularitas kapiler dalam tumor.
dari lesi dan lesi  Angiografi tidak dilakukan untuk menegakan
yang eksentrik
diagnosis GCT namun dapat digunakan untuk
pada medial
melihat perluasan dari tumor baik secara
condilus
intraosseus dan ekstraosseus yang
digunakan untuk rencana pembedahan
DIAGNOSIS BANDING

Giant Cell Tumor Aneurysma Bone Cyst Non Ossifying Fibroma

Usia 20-40 tahun 5-20 tahun 10-30 tahun

Jenis Kelamin (Lk : Pr) 1:2 1:1 Lk > Pr

Sering mengenai tulang Sering mengenai tulang


Sering mengenai tulang
Lokasi panjang dan dekat dengan panjang dan jarang
panjang
sendi mengenai sendi

Lesi litik radiolusen berbatas Lesi litik dengan


tidak tegas tanpa disertai pinggiran sklerotik Lesi radiolusen dengan
Gambaran Radiologi reaksi periosteal, biasanya berbatas tegas disertai tepi sklerotik berbatas
mendestruksi tulang reaksi periosteal kortikal.
(soap bubble appearance) (balloon expansion)
ANEURYSM BONE CYST

ABC pada seorang gadis 14-tahun

Radiograf  Gambaran Radiologi:


anteroposterior
fibula proksimal  Tampak daerah radiolusen pada
menunjukkan lesi tulang yang memberi kesan adanya
geografis destruksi tulang
dengan> 1 cm  Lesi bersifat ekspansif
perluasan dari
shell kortikal  Korteks menjadi sangat tipis dan
(panah) mengembung keluar
CT Scan ABC MRI ABC

Tampak lesi hipodens Daerah kistik


pada Os Talus. CT- umumnya terlihat
Scan memungkinkan sebagai daerah yang
untuk menilai secara signal intesitasnya
cermat keberadaan rendah pada T1
tepi periosteal tulang weighted image dan
disekitar lesi. CT-Scan tinggi pada T2
sering menunjukkan weighted image.
tingkat cairan dalam Gambaran fluid level
lesi. dapat terlihat.
KONDROBLASTOMA

CB pada seorang gadis 16-tahun

 Gambaran Radiologi:
Sebuah radiograf
 Tampak sebagai bayangan
anteroposterior
femur distal radiolusent, yang biasanya
menunjukkan lesi berbentuk bundar dengan batas
litik kelas IA yang yang tegas
kemungkinan  Kadang tampak pinggiran yang
mengandung
sklerotik. Kalsifikasi terdapat pada
matriks kondroid
kira-kira 50%
NON OSSIFYING FIBROMA

NOF pada seorang gadis 9 tahun

 Gambaran Radiologi:
Tepi dibatasi oleh lesi
 Lesi distal tibia metafisis dengan
geografis klasik terlihat
pada radiograf scalloping endosteal minimal
anteroposterior tibia  Margin antara lesi dan tulang
distal. Lesi memiliki disekitarnya berbeda
margin sklerotik  Tepi sklerotik yang didefiniskan dengan
dengan ekspansi baik → tumor sekarang minimal aktif
kortikal minim,
membuat lesi kelas IA.  Kurangnya mineralisasi internal → lesi
baik di jaringan cairan atau fibrosa
CT Scan NOF MRI NOF

MRI NOF
Terlihat lesi menunjukkan
hipoden pada integritas kortikal
os femur (bagaimana tipis
bagian luar yang
dengan defek kuat dari tulang
kortikal adalah di wilayah
NOF) atau fraktur
fibrosa patologis
TATA LAKSANA

Pembedahan Intervensi pembedahan merupakan terapi primer dari GCT

Stadium I Kuretase di mana setelah tindakan kuret dapat disusul


dengan pengisian rongga tumor dengan bone graft dan atau
dengan bone cement;

Stadium II Reseksi, tindakan ini dilakukan pada tulang yang expendable


seperti tulang distal ulna, proksimal fibula;
TATA LAKSANA

Stadium III Reseksi yang atrodesis sendi, biasanya dilakukan terhadap sendi lutut untuk tumor
yang berlokasi di distal femur/proksimal tibia dan disebut sebagai
disusul tindakan juvara
dengan
penggantian dengan protese, dilakukan terhadap tumor di proksimal
tindakan femur, di mana setelah reseksi dipasang protese Austin Moore
rekonstruksi
dapat penggantian dengan autograft proksimal fibula, dilakukan terhadap
dilakukan tumor di distal radius atau proksimal humerus
dengan cara:
sentralisasi ulna, dilakukan terhadap lesi di distal radius, bila tidak
dilakukan penggantian dengan proksimal fibula
KESIMPULAN
 GCT tulang merupakan tumor tulang primer yang bersifat jinak tetapi secara lokal
dapat bersifat agresif dan destruktif
 Diagnosis banding dari GCT antara lain aneurysm bone cyst, kondroblastoma, dan non
ossifying fibroma (fibrosantoma)
 Dengan foto polos GCT sudah dapat dikenali karena mempunyai gambaran yang
sangat khas
 MRI digunakan untuk deteksi perubahan pada jaringan lunak, perluasan ke intra-
artikular dan adanya perubahan sumsum tulang
 CT Scan dipakai pada bentuk tulang yang kompleks, seperti vertebra atau tulang
pelvis, di mana gambaran lesi tidak dapat terlihat jelas pada foto polos
 Intervensi pembedahan merupakan terapi primer dari GCT, dan tindakan pembedahan
yang dilakukan tergantung dari stadium (berdasarkan Eneking) serta lokasi lesi tumor
Terima Kasih
SEKIAN.

Anda mungkin juga menyukai