Infection
Chronic
Chronic Fulminant Active
Persistent Hepatitis Hepatitis
Hepatitis ( massive ( continuing
( Carrier state ) necrosis ) Necrosis )
Cirrhosis Hepato
Cellular
carcinoma
Recovery
( with normal
Appearing,
Death
Regenerated liver )
Hepatitis A
Merupakan penyakit self-limiting, sehingga
tatalaksana supportif :
Cairan
Terapi mual-muntah
Antipiretik
Hepatoprotektor
Menjaga balance nutrisi (1 g protein/Kg, 30-35 cal/kg)
Imunoglobulin
Vaksinasi
Jenis terapi cairan:
Koloid : Cairan dengan osmolaritas lebih besar.
Digunakan untuk kehilangan cairan dan atau protein
plasma yang bisa menyebabkan turunnya volume
cairan dalam tubuh
▪ Contoh: HES, Albumin, Gelatin
Kristaloid : cairan dengan osmolaritas setara dengan
cairan tubuh. Digunakan untuk maintenance agar
jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh terjaga
▪ Contoh: NaCl 0,45%, NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer,
Ringer laktat
Antasid warning untuk gangguan ginjal
H2 Antagonis : cimetidin, ranitidin, dll
Antihistamin -antikolinergik: difenhidramin,
dimenhidrinat, dll
Fenotiazin blok reseptor dopamin
kontraindikasi untuk pasien liver disfunction
Butryphenon menurunkan stimulasi dopamin
di CTZ Warning untuk pasien aritmia
Kortikosteroid
Metoclopramid, domperidone antagonis
dopamin
NSAID toksik terhadap hati
Toksisitas: ibuprofen > diklofenak > sulindak
Aspirin lebih aman dari semua NSAID karena
tidak punya gugus difenilamin
Parasetamol dianggap lebih aman
dibandingkan dengan NSAID
(dengan penyesuaian dosis, <2g/hari tidak
beresiko hepatotoksik) atau
dengan penambahan N-acetyl-cysteine
Overdosis parasetamol akut dapat terjadi jika seseorang
mengkonsumsi parasetamol dalam dosis besar 7,5-10 gram dalam
waktu8 jam atau kurang.
Kematian bisa terjadi (mencapai 3-4% kasus) jika parasetamol
digunakan sampai 15 gram.
Pada dosis terapi (500-2 gram), 5-15% obat ini umunya dikonversi
oleh enzim sitokrom P450 di hati menjadi metabolit reaktifnya, yang
disebut N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI).
Dalam keadaan normal, NAPQI akan didetoksikasi secara cepat oleh
enzim glutation dari hati.
Glutation mengandung gugus sulfhidril yang akan mengikat secara
kovalen radikal bebas NAPQI, menghasilkan konjugat
sistein. Sebagiannya lagi akan diasetilasi menjadi konjugat asam
merkapturat, yang kemudian keduanya dapat diekskresikan melalui
urin.
N-asetilsistein menggantikan glutation dan dengan ketersediaannya
sebagai prekursor
Personal hygiene
Vaksin : digunakan untuk yang belum
terekspos HAV. Jika sudah terekspose,
gunakan imunoglobulin (dalam 2 minggu
setelah terinfeksi)
Digunakan sebagai kombinasi pada pemberian
vaksin HAV
Efektivitasnya tergantung pada titer antibodi
HAV masing-masing individu
Durasi proteksi pada dewasa hanya 6 bulan, pada
anak2 11 bulan
WHO standard untuk pemberian imunoglobulin
pada pasien HA adalah 100 iu/ml
Jika digunakan setelah pajanan, masih bisa
efektif sebelum 2 minggu
Hepatitis B
Lamivudin : analog deoksistidin,
dimetabolisme hepatosit menjadi triposfat
aktif menghambat polimerase virus secara
kompetitif
Adefovir : nukleotida asiklik, dimetabolisme
melalui fosforilasi oksidatif. Selain
menghambat replikasi juga meningkatkan
produksi NK dan induktor INF endogen
Entekavir : analog deoksiguanosin, fosforilasi
oksidatif menghambat polymerase HBV
Glikoprotein alamiah jika terkena rangsang
Mengganggu kemampuan virus menginfeksi
sel
Yang sering digunakan adalah interferon alfa-
2b
Diberikan secara iv dan masuk ke cairan
sumsum tulang
Hepatitis C
Methionin dan vitamin (Methicol, Methioson)
Curcuma (Curcuma, Curson, Heparviton,
Curvit, Curliv, dll)
Milk Thistle (Sylimarin)
Virus
Hepatitis C (47%)
Schistosomiasis
inflamasi
autoimun tipe 1, 2, 3
sarkoidosis
Alkohol (18%)
Racun
Metotreksat
Mekanisme aksi:
Blokade glukagon, peptida vasoaktif usus, calcitonin
gene-related peptide, dan substansi P Menginhibisi
vasodilatasi peptida GI menurunkan aliran darah arteri
splankik
Sebagai vasokonstiktor aliran darah splankik
Menyerupai respon adrenergik di pembuluh
darah
Hati-hati dengan aktivitas antidiuretiknya
Digunakan untuk mengoreksi kehilangan cairan
intravaskuler dan mengoreksi faktor-faktor
koagulasi
Koloid
Albumin
HES
Produk Darah
Whole blood
PRC
Trombosit
Beta adrenergik blocker + EBL
Beta blocker + nitrat (ISMN atau ISDN)
untuk pasien yang gagal menurunkan TD
portal dengan beta-blocker saja
TIPS (Transjugular Intrahepatic
Portosystemic Shunt)
EBL TIPS
Sclerotherapy
Tekanan hidrostatik splankik
pengeluaran Na retensi
albumin Tekanan osmotik
Terapi asites
Diuretik : furosemide + spironolakton
Parasintesis
Albumin (volume >5 L)
Terapi SBP
antibiotik
Furosemide
Loop diuretik : selektif menghambat reabsorpsi
NaCl di bagian ascending loop henle
Diuretik dengan efikasi paling tinggi
Spironolakton
Mencegah sekresi K melalui aksi antagonis efek
aldosteron di tubulus distal dan tubulus kolektivus
Onset panjang
Tanda penting:
Peritonitis (nyeri perut, keras, muntah, diare)
Perubahan suhu, peningkatan WBC, peningkatan
PMN, takikardi, Takipnea
Komplikasi lain pada sirosis
Prinsip Terapi
Albumin
Antibiotik SBP atau profilaksis saat ada GI
bleeding
Generasi ketiga sefalosporin
Cefotaxim
ceftazidime
ceftriakson
Kombinasi penisilin-beta-laktamase inhibitor
Amoxicillin – Klavulanat
Piperacillin-tazobaktam
Ampicillin-sulbaktam
Fluorokuinolon(Preventif)
Ciprofloxacin
Ofloxacin/norfloksacin
Ensefalopati Hepatik
Gangguan di SSP karena insufisiensi hati
Turunan nitrogen dari usus masuk ke sirkulasi
sistemik karena kegagalan hepar
memetabolisme.
Manifestasi berupa gangguan neurotransmisi
dan kesadaran maupun perilaku
Amonia masuk ke SSP karena peningkatan
permeabilitas BBB
Produk-produk hasil metabolisme bakteri
kolon
Stage 0 Tidak ada perubahan perilaku
Stage 1 Kurang perhatian, atensi rendah,
gangguan tidur, gangguan mood
Stage 2 Apatis, disorientasi, perilaku
berubah, cadel
Stage 3 Semi stupor, perilaku aneh,
disorientasi
Stage 4 koma
Mencegah konstipasi
Menghilangkan infeksi
(contohnya SBP)
Hentikan penggunaan
benzodiazepin
Parasentesis jika perlu
Laktulosa mempunyai 2 aksi:
Kemampuan mengubah NH3+ menjadi NH4+
yang lebih tidak toksik
Aksi katartika mengeluarkan senyawa-senyawa
NH3 dari lumen usus