Anda di halaman 1dari 29

ASKEP TBC

BY : CUT ELFIZAHARA
Pengertian
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis
dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansyoer,
1999, hal 472)

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang


terutama menyerang parenkim paru.
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian
lainnya, termasuk meningens, ginjal, tulang, dan
nodus limfe. (Suzanne & Smelzher, 2001, hal
584).
Etiologi

Tuberkulosis paru disebabkan oleh basil


tuberkulosis (Mycobacterium tuberkulosis )

Basil Tuberkulosis mempunayi dinding sel lipid


sehingga tahan asam. ( Halim, 1998, hal 97)
Reflek Batuk
Cara Penularan
1. Sumber penularana adalah penderita TB BTA positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman
keudara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak).
3. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada
suhu kamar selama beberapa jam.
4. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernapasan.
5. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui
pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-
nagian tubuh lainnya.
6. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif
hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila
hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular.
7. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Patofisiologi
TB skunder
Manifestasi klinik
Gejala utama tuberkulosis paru adalah batuk lebih
dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum,
malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri
dada, dan batuk darah.
Pasien tuberkulosis paru menampakkan gejala
klinis, yaitu :
a) Tahap asimtomatis.
b) Gejala tuberkulosis paru yang khas, kemudian
stagnasi dan regresi.
c) Eksaserbasi yang memburuk.
d) Gejala berulang dan menjadi kronik.
Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan tanda-tanda
1). Tanda-tanda infiltrate (redup, bronkial, ronki
basah. Dan lain-lain)
2) .Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan
mediastinum.
3) .Sekret di seluruh saluran nafas dan ronki.
4) .Suara nafas amforik karena adanya kavitas
yang berhubungan langsung dengan bronkus.
Tanda dan gejala pada klien secara
obyektif adalah :
1. Keadaan postur tubuh klien yang tampak etrangkat
kedua bahunya.
2. BB klien biasanya menurun; agak kurus.
3. Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41° C.
4. Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
5. Batuk yang kadang disertai hemaptoe.
6. Sesak nafas.
7. Nyeri dada.
8. Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala,
nyeri otot, berkeringat pada malam hari).
Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap
akhir penyakit.
2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca
untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif
(area durasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra
dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan adanya
anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit
aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit
berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi
disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area
paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi
cairan, perubahan menunjukan lebih luas TB dapat masuk
rongga area fibrosa.
Lanjutan ……….
6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan
gaster ; urien dan cairan serebrospinal, biopsi kulit )
positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula
TB ; adanya sel raksasa menunjukan nekrosis.
8. Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan
bertanya infeksi ; ex ;Hyponaremia, karena retensi air
tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA dapat
tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan
sisa pada paru.
9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas
vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara
resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi
oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim /
fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural
(TB paru kronis luas).
Penatalaksanaan Medis
Obat anti tuberkulosis (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya
dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau
tanpa obat obat ketiga(isoniazid (INH), rifampisin
(R), pirazinamid (Z),
Tujuan pemberian OAT, antara lain :
Membuat konversi sputum BTA positif menjadi
negatif secepat mungkin melalui kegiatan
bakterisid.
Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama
setelah pengobatan dengan kegiatan strelisasi.
Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi
melalui perbaikan daya tahan imunologis.
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama untuk suatau
strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk
mendeteksi dan menyembuhkan pasien tuberkulosis.
Strategi ini terdiri dari 5 komponen, yaitu :
1. Dukungan politik para pimpinan wilayah dis etiap jenjang sehingga
program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaanpun akan
tersedia.
2. Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa tuberkulosis
melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan
penemuan sevara pasif.
3. Pengawas minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercayai
baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang ikut mengawasi pasien
minum seluruh obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul
minum obatnya dan diharapkan sembuh pada akhir masa pengobatan.
4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari
sistem surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat
berjalan.
5. Paduan obat anti tuberkulosis jangka pendek yang benar, termasuk dosis
dan jangka waktu yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan
pengobatan. (Mansyor, 1999, hal 474)
ASKEP TBC
• 1. Pengkajian
A. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelelahan umum, dan kelemahan, napas
pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam atau
demam malam hari, menggigil atau berkeringat, mimpi
buruk. Tanda : Takikardia, takipnea/dispnea, pada
kerja, kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjtu).
B. Integritas Ego
Gejala : Adanya factor stress lama, masalah
keuangan, rumah, perasaan tak berdaya, tak ada
harapan, populasi budaya/etnik, Amerika asli atau
imigran dari amerika tengah, asia tenggara, Indian anak
benua. Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap
dini), ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
Lanjutan
C. Makanan/Cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan, tak dapat
mencerna, penurunan berat badan. Gejala :
Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik,
kehilangan otot atau hilang lemak subkutan.
D. Nyeri/Kenyamanan
Tanda : Nyeri dada meningkat karena batuk
berulang. Gejala : Berhati-hati pada area
yang sakit, perilaku distraksi, stress.
Lanjutan
E. Pernafasan
Tanda : Batuk, produktif atau tak produktif, nafas
pendek, riwayat tuberculosis/terpajan pada individu infeksi.
Gejala : Peningkatan frekwensi pernapasan (penyakit luas
atau fibrosis parenkim paru dan pleura), pengembangan
pernapasan tak simetris (efusi pleura). Perkusi pekak dan
penurunan fremitus ( cairan pleura atau penebalan pleura)
bunyi napas menurun/tak ada secara bilateral atau
unilateral (efusi pleural/pneumotorak). Bunyi napas tubuler
dan atau bisikan pectoral diatas lesi luas. Krekels tercatat di
atas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek
, karakteristik sputum : hijau/purulen, mukoid kuning, atau
bercak darah. Deviasi trakeal (penyebaran broncogenik) tak
perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan
mental (tahap lanjut )
Lanjutan
F. Keamanan.
Tanda : Adanya kondisi imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV positif
Gejala : Demam rendah atau sakit panas akut.

G. Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular.
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran.

H. Penyuluhan/Pembelajaran
Tanda: Riwayat keluarga tuberkulosis. Ketidakmampuan
umum/status kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya
tuberkulosis, tidak berpartisipasi dalam terapi. Pertimbangan
Rencana pemulangan : Memerlukan bantuan dengan/gangguan
dalam terapi obat dan bantuan keperawatan diri dan
pemeliharaan/perawatan rumah.
Contoh Analisa Data

NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI

masalah yang
Berisi data sedang dialami
subjektif dan pasien seperti Etiologi berisi
Diisi pada data objektif gangguan pola tentang
1 saat tanggal yang didapat dari nafas, gangguan penyakit yang
pengkajian pengkajian keseimbangan diderita
keperawatan suhu tubuh, pasien
gangguan pola
aktiviatas,dll
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan
dengan sekresi yang kental/darah.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
kerusakan membran alveolar-kapiler.
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan produksi
spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
tidak adekuatnya pertahanan primer, penurunan
geraan silia, stasis dari sekresi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan
pencegahan berhubungan dengan infornmasi kurang
/ tidak akurat.
RENPRA
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN

o Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif


dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal.
pernapasan.

o Ajarkan klien tentang metode yang tepat


Kebersihan jalan napas
pengontrolan batuk.
efektif.
o Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak
Dengan Kriteria Hasil :
mungkin.
? Mencari posisi yang
o Lakukan pernapasan diafragma.
nyaman yang
Bersihan jalan napas tak efektif
memudahkan o Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara
1 berhubungan dengan sekresi
peningkatan pertukaran perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui
yang kental/darah.
udara. mulut.
? Mendemontrasikan
batuk efektif. o Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
? Menyatakan strategi
o Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas
untuk menurunkan
sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat;
kekentalan sekresi.
meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500
cc/hari bila tidak kontraindikasi.

o Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik


setelah batuk.
Diagnosa keperawatan Yang Muncul

1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan


dengan sekresi yang kental/darah.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan


dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan
dengan sekresi yang kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
• Mencari posisi yang nyaman yang
memudahkan peningkatan pertukaran udara.
• Mendemontrasikan batuk efektif.
• Menyatakan strategi untuk menurunkan
kekentalan sekresi.
Intervensi
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan
mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan
batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan
tidak efektif, menyebabkan frustasi.
3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4. Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan
meningkatkan ventilasi alveolar.
Lanjutan ……..
5. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan
sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan napas ke dua , tahan dan
batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran
sekresi sekret.
6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan
1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian
expectoran, pemberian antibiotika, konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi
perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
kerusakan membran alveolar-kapiler
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil :
• Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang
efektif.
• Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas
pada paru.
• Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian
kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien
untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi
paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan,
dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital
dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau
dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan
hipoksia.
3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan
untuk menjamin keamanan.
R/Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap
rencana teraupetik.
Lanjutan
4. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk
menjamin keamanan.
R/Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas
dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
5. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak
atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
6. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri
dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat
dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian
antibiotika, pemeriksaan sputum dan kultur sputum, konsul photo
toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan
parunya.

Anda mungkin juga menyukai