Anda di halaman 1dari 15

Pengertian

Tes

Teori Tes
Menu
Klasik
Hal- Hal Yang
Berhubungan
Dengan Teori Tes
Klasik
Pengertian Test

Tes dapat diartikan sebagai


serangkaian pertanyaan yang
digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki individu / kelompok

Allen Philips Rusli Lutan


Menurut Allen Philips
(1979:1-2) test diartikan
sebagai alat digunakan
untuk memperoleh data
tentang suatu
karakteristik dari
individu atau kelompok).

Menurut Rusli Lutan


(2000:21) tes adalah
instrument yang dipakai
untuk memperoleh
informasi tentang
seseorang atau obyek.
Teori Tes Klasik

Salah satu teori pengukuran yang tertua didunia pengukuran


behavioral adalah classical true-score theory. Teori ini dalam
bahasa Indonesia sering disebut dengan teori tes klasik. Teori tes
klasik merupakan sebuah teori yang mudah dalam penerapannya
serta model yang cukup berguna dalam mendeskripsikan
bagaimana kesalahan dalam pengukuran dapat mempengaruhi
skor amatan.

Inti teori klasik adalah asumsi-asumsi yang


dirumuskan secara sistematis serta dalam jangka
waktu yang lama. Dari asumsi-asumsi tersebut
kemudian dijabarkan dalam beberapa kesimpulan.
Ada tujuh macam asumsi yang ada dalam teori tes klasik ini. Allen & Yen
menguraikan asumsi-asumsi teori klasik sebagai berikut:

terdapat hubungan antara skor tampak (observed score) yang


dilambangkan dengan huruf X, skor murni (true score) yang
dilambangkan dengan T dan skor kasalahan (error) yang
dilambangkan dengan E.

Asumsi kedua adalah bahwa skor murni (T) merupakan nilai


harapan є (X). Dengan demikian skor murni adalah nilai rata-
rata skor perolehan teoretis sekiranya dilakukan pengukuran
berulang-ulang (sampai tak terhingga) terhadap seseorang
dengan menggunakan alat ukur

Asumsi ketiga teori tes klasik menyatakan bahwa tidak


terdapat korelasi antara skor mumi dan skor pengukuran pada
suatu tes yang dilaksanakan ( ρet = 0). Implikasi dari asumsi
adalah bahwa skor murni yang tinggi tidak akan mempunyai
error yang selalu positif ataupun selalu negatif.
Asumsi keempat meyatakan bahwa korelasi antara
kesalahan pada pengukuran pertama dan kesalahan pada
pengukuran kedua adalah nol (ρe1e2 = 0).

jika terdapat dua tes untuk mengukur atribut yang sama


maka skor kesalahan pada tes pertama tidak berkorelasi
dengan skor murni pada tes kedua (ρe1t2 ). Asumsi ini akan
gugur jika salah satu tes tersebut ternyata mengukur aspek
yang berpengaruh terhadap teradinya kesalahan pada
pengukuran yang lain.

Dua perangkat tes dapat dikatakan sebagai tes-tes yang


pararel jika skor-skor populasi yang menempuh kedua tes
tersebut mendapat skor murni yang sama (T = T')

tentang definisi tes yang setara (essentially τ equivalent).


Jika dua perangkat tes mempunyai skor-skor perolehan Xt1
dan Xt2 yang memenuhi asumsi 1 sampai 5 dan apabila untuk
setiap populasi subyek X1 = X2 + C12, dimana C12 adalah sebuah
bilangan konstanta, maka kedua tes itu disebut tes yang
pararel.
Hal- Hal Yang Berhubungan Dengan Teori Tes Klasik

Reliabilitas

reliabilitas merupakan derajat keajegan (consistency)


di antara dua buah hasil pengukuran pada objek
yang sama.

Untuk menentukan nilai reliabilitas suatu tes (butir soal berbentuk


pilihan ganda (multiple choice)) dapat digunakan formula sebagai berikut


a 
R 1   i
2


R 1
  x2 

Validitas kemampuan suatu tes
untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur

Ada tiga tipe


validitas, yaitu :
 validitas isi,
 validitas konstruk
validitas kriteria
Tingkat Kesukaran

Saifuddin Azwar (2003: 134)


menyatakan dengan lebih lugas
bahwa indeks kesukaran butir adalah
rasio penjawab butir dengan benar
dan banyaknya penjawab butir.

P adalah indeks kesukaran


butir, n1 adalah jumlah peserta
n1 tes yang menjawab benar
P sedangkan N adalah
banyaknya siswa yang
N menjawab butir soal tersebut.
Daya beda

• Pengertian Rumus •Phi adalah angka indeks


diskriminasi
•PH adalah proporsi orang yang
kemampuan menjawab benar kelompok atas
suatu butir untuk •PL adalah proporsi orang yang
PH  PL menjawab benar kelompok bawah.
membedakan
antara peserta
 p adalah proporsi seluruh peserta
tes yang 2 ( p)( q) tes yang menjawab betul dan q
berkemampuan adalah 1 dikurangi p.
tinggi dan
berkemampuan
rendah. Keterangn
Efektivitas Distraktor

seberapa baik pilihan yang salah tersebut dapat


mengecoh peserta tes yang memang tidak
mengetahui kunci jawaban yang tersedia.
Semakin banyak peserta tes yang memilih
distraktor tersebut, maka distaktor itu dapat
menjalankan fungsinya dengan baik.

Cara menganalisis fungsi distraktor dapat dilakukan dengan


menganalisis pola penyebaran jawaban butir. Pola
penyebaran jawaban sebagaimana dikatakan sudijono
adalah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana
peserta tes dapat menentukan pilihan jawabannya terhadap
kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah
dipasangkan pada setiap butir.
Distraktor
Baik

dipilih oleh minimal 2% dari seluruh


peserta. Distraktor yang tidak
memenuhi kriteria tersebut sebaiknya
diganti dengan distraktor lain yang
mungkin lebih menarik minat peserta
tes untuk memilihnya.
Kelemahan utama teori tes klasik

keterikatan alat ukur teori tersebut pada sampel


(sample bound).

perkiraan kemampuan peserta tergantung pada


butir soal. Jika indeks kesukaran rendah maka
estimasi kemampuan seseorang akan tinggi dan
sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai