Anda di halaman 1dari 34

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

• Uraian Proses Pembuatan Semen


Pembuatan semen terdiri dari 5 tahap proses produksi, yaitu:
1. Proses Penyiapan Bahan Baku
2. Proses Pengolahan Bahan
3. Proses Pembakaran
4. Proses Penggilingan Akhir
5. Proses Pengemasan (Packing)
• 1. Proses Penyiapan Bahan Baku
Bahan baku pembuatan semen yaitu:
1. Batu Kapur
Susunan batu-batuan yang mengandung 50 % CaCO3. Lebih
sering disebut Lime Stone.
2. Tanah Liat (Clay)
Tanah liat mempunyai rumus kimia 2SiO3.2H2O (kaolinite).
Bahan Korektif pembuatan semen:
1. Pasir besi (Fe2O3) atau Copper Slag (Fe.SiO3, Ca2Fe,
CuO)
2. Pasir silika (SiO2)
3. Limestone High Grade (CaCO3).
• Bahan baku berupa batu kapur dan tanah liat akan
dihancurkan untuk memperkecil ukuran agar mudah dalam
proses penggilingan. Alat untuk menghancurkan bahan baku
tersebut dinamakan Crusher. Crusher adalah equipment atau
alat yang berfungsi untuk memecahkan material, seperti batu
kapur, clay, coal, dan clinker. Untuk material Limestone (batu
kapur), ukuran umpan maximum yang diperbolehkan yaitu
1.500 mm. Sedangkan ukuran produk diharapkan maximal 75
mm. Untuk material Clay/High Silica, mesin yang digunakan
adalah Impact Roller Crusher dan Jaw Crusher. Adapun ukuran
umpan maximum sebesar 500 mm, sedangkan ukuran produk
maksimal 75 mm
• 2. Proses Pengolahan
Bahan
• Alat utama yang
digunakan dalam proses
penggilingan dan
pengeringan bahan baku
adalah Vertical Roller Mill
(VRM).
• 3. Proses Pembakaran
• Alat utama yang digunakan
untuk proses pemanasan
awal bahan baku adalah
suspension pre-heater,
sedangkan alat bantunya
adalah kiln feed bin. Setelah
mengalami homogenisasi di
blending silo, material
terlebih dahulu ditampung ke
dalam kiln feed bin. Bin ini
merupakan tempat umpan
yang akan masuk ke dalam
pre-heater. Suspension pre-
heater merupakan suatu
susunan 4-5 buah cyclone
• Preheater
• Pembakaran (Firing)
Alat utama yang digunakan adalah tanur putar atau rotary
kiln. Rotary kiln adalah alat berbentuk silinder memanjang
horizontal yang diletakkan dengan kemiringan tertentu. Dari
ujung tempat material masuk (inlet), sedangkan di ujung lain
adalah tempat terjadinya pembkararn bahan bakar (burning
zone). Jadi material akan mengalami pembakaran dari
temperatur yang rendah menuju ke temperatur yang lebih
tinggi.
• Kiln
• Bahan bakar semen yang digunakan adalah batu bara,
sedangkan untuk pemanasan awal digunakan Industrial Diesel
Oil (IDO). Untuk mengetahui sistem kerja tanur putar, proses
pembakaran bahan bakarnya, tanur putar dilengkapi dengan
gas analyzer. Gas analyzer ini berfungsi untuk mengendalikan
kadar O2, CO, dan NOx pada gas buang jika terjadi kelebihan
atau kekurangan, maka jumlah bahan bakar dan udara akan
disesuaikan.
• Pendinginan (Cooling)
Alat utama yang digunakan untuk proses pendinginan clinker
adalah cooler. Cooler ini dilengkapi dengan alat penggerak
material, sekaligus sebagai saluran udara pendingin yang
disebut dengan grate atau alat pemecah clinker (clinker
crusher).
clinker dikirim menuju tempat penampungan clinker (clinker silo)
dengan menggunakan alat transportasi yaitu pan conveyor.
Sebelum sampai di clinker silo, clinker akan melalui sebuah alat
pendeteksi kandungan kapur bebas (free lime). Jika kandungan
free lime dari clinker melebihi batas yang telah ditentukan, maka
clinker akan dipisahkan dan disimpan dalam bin tersendiri.
• 4. Proses Penggilingan Akhir
• Alat utama yang digunakan pada penggilingan akhir, dimana terjadinya
pula penggilingan clinker dengan gypsum adalah tube mill. Peralatan
yang menunjang proses penggilingan akhir ini adalah:
• Tube Mill / Horizontal Mill
• Separator
• Bag Filter
• Clinker yang akan digiling dan dicampur dengan gypsum,
terlebih dahulu ditransfer dari clinker silo menuju clinker bin.
Dengan menggunakan bin maka jumlah clinker yang akan
digiling dapat diatur dengan baik oleh weight feeder
Alat yang digunakan untuk melakukan penggilingan clinker
dengan gypsum disebut tube mill. Alat ini berbentuk silinder
horizontal. Bagian dalam tube mill
• 5. Proses Pengemasan (Packing)
Silo semen tempat penyimpanan produk dilengkapi
dengan sistem aerasi untuk menghindaripenggumpalan/koagulasi
semen yang dapat disebabkan oleh air dari luar, dan pelindung
dari udara ambient yang memiliki humiditas tinggi. .
Setelah itu Semen dari silo dikeluarkan dengan menggunakan
udara bertekanan (discharge) dari semen silo lalu dibawa ke bin
penampungan sementara sebelum masuk ke mesin packer atau
loading ke truck.
• Proses fisika
Proses fisika yang terjadi pada Crusher dimana alat yang
berfungsi untuk memecahkan raw material yaitu batu kapur dan
tanah liat.
Proses kimia
Proses kimia pada pembuatan semen terjadi pada
Pembakaran/ Pembentukan Clinker terjadi di dalam kiln.
Diantara nya:
• KALSINASI:
• KALSINASI Penguraian kalsium karbonat menjadi senyawa-senyawa
penyusunnya pada suhu 600 oC.
• reaksinya:
• CaCO3 → CaO + CO2 MgCO3 → MgO + CO2
• PEMIJARAN:
• Reaksi antara oksida-oksida yang terdapat dalam material yang
membentuk senyawa hidrolisis yaitu C4AF, C3A, C2S pada suhu
1450° C membentuk Clinker.
Bahan Baku Pembuatan Semen:

1. Batu kapur
Batu kapur merupakan Komponen yang banyak
mengandung CaCO3 dengan sedikit tanah lia, Magnesium
Karbonat, Alumina Silikat dan senyawa oksida lainnya. Senyawa
besi dan organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu
hingga kuning. Raw material ini berkisar 80-82 % untuk proses
Bahan Baku Pembuatan Semen:

2. Tanah Liat
Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa
Alumina Silikat Hidrat Klasifikasi Senyawa alumina silikat
berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya. Raw material
berkisar antar 13.5-15% untu proses.
Bahan Baku Pembuatan Semen:

3. Pasir Besi dan Pasir Silikat


Bahan ini merupakan Bahan koreksi pada campuran tepung baku
(Raw Mix) Digunakan sebagai pelengkap komponen kimia
esensial yang diperlukan. Untuk Silica komposisinya sekitar 3%
dan pasir besi sekitar1-1.5%
4. Gypsum ( CaSO4. 2 H2O )
Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses
pengerasan dari semen.
• Gambar komponen penyusun/feed/raw material
• Semen PPC: semen campuran yang menggunakan pozzolan sebagai
bahan tambahan pada campuran terak dan gips dalam proses
penggilingan akhir. Sesuai untuk pengecoran beton massa, dam,
irigasi, bangunan tepi laut atau rawa, yang memerlukan ketahanan
sulfat dan panas hidrasi sedang.
• Jenis-Jenis Semen:
• Sement Portlan
• a. Sement Portland Type I (Ordinary Portland Cement.
• b. Semen Portland Type II (Moderate Heat Semen
• c. Semen Portland Type III ( High Early Strength Cement
• d. Semen Portland Type IV (Low Heat Cement)
• e. Semen Portland Type V (Sulfate Resistance Cement)
• Sement Portland Campur (Mixed Cement) disebut juga Super
Masonry Cement. Digunakan untuk konstruksi ringan, sedang,
untuk plesteran, pemasangan bata dan bahan bangunan.
• Masonry Cement Type M,S,N: Semen ini digunakan untuk
plesteran, pemasangan bata, dan keramik.
• Semen Putih: dapat digunakan untuk plamir tembok, pembutan
tekel / traso, pemasangan keramik, tegel dan marmer. Semen
jenis ini mudah diberi warna sesuai keinginan.
• Limbah yang terbesar dari industri semen atau pabrik semen
adalah debu dan partikel, yang termasuk limbah gas dan
limbah B3. Udara adalah media pencemar untuk limbah
gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar
bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara mengandung
unsur kimia seperti O2, N2, NO2,CO2, H2 dan Jain-lain.
Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami
akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara
• Limbah gas
• Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas
atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan
udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti
O2, N2, NO2,CO2, H2 dan lain-lain.
• Limbah gas
• Mengendalikan Emisi
• Untuk mengendalikan emisi, setiap pabrik telah dilengkapi alat
khusus pengendali debu seperti electrostatic precipitator (EP),
cyclone, conditioning tower, bag house fileter dan peralatan
lainnya
• Limbah B3
• limbah industri yang mengandung barang berbahaya dan
beracun (B3), seperti copper slag, clay alumina, gypsum purified,
fly ash dan bottom ash.
• Pembuangan Limbah B3 (Disposal)
• Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat
diolah dengan teknologi yang tersedia harus berakhir pada
pembuangan (disposal). Tempat pembuangan akhir yang
banyak digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan urug)
dan disposal well (sumur pembuangan)

Anda mungkin juga menyukai