Anda di halaman 1dari 30

JOURNAL READING BEDAH MULUT

Manajemen Pre dan Postoperatif Pencabutan Gigi


Molar Tiga: Part 2
Penulis: J.Mansoor

Disusun Oleh:
Nurul Siti Latifah 160112150097

Pembimbing:
drg. Andri Hardianto Sp.BM., MD., PhD
Pendahuluan

Manajemen pre dan post operatif pencabutan gigi M3

Berdasarkan protokoler, dan instruksi dokter bedah mulut


seluruh dunia

penting untuk mengetahui dan mengeliminasi faktor


resiko yang dapat meningkatkan komplikasi, seperti
kerusakan saraf, nyeri, pembengkakan, dan infeksi.
Prosedur Preoperatif
1. Mencegah kerusakan saraf
2. Penggunaan CT dalam manajemen impaksi
M3 RB
Prosedur preoperatif

MENCEGAH KERUSAKAN SARAF


Mencegah Kerusakan saraf

Studi faktor risiko kerusakan saraf


• disfungsi sensorik permanen saraf alveolaris inferior
(SAI)  keterampilan dan pengalaman operator, jenis
impaksi, dan proksimasi gigi terhadap saraf alveolaris
inferior.
• radiografis terlihat gambaran lebih gelap, defleksi dan
penyempitan akar gigi molar tiga, serta penyempitan
SAI
• cedera sensorik (sementara atau permanen saraf
lingual dan SAI)
Studi kerusakan saraf
1.339 gigi molar tiga
Penelitian Carmichael post-ekstraksi dari 825 meninjau pasien
dan McGowan (1992) pasien di West selama satu tahun
Scotland

dokter perlu
1 dari 4 peserta teknik yang digunakan memberikan informasi
mengalami cedera selama pencabutan menyeluruh kepada
sensorik sementara molar tiga, tidak pasien  komplikasi
(Tabel 1) secara khusus dibahas cedera saraf
trigeminal
Tabel 1. Kerusakan sementara dan permanen pada saraf lingual dan SAI yang berkaitan dengan pencabutan gigi
bungsu*.
*tidak ada teknik spesifik pada pengangkatan molar tiga mandibula

Saraf Lingual Saraf alveolaris inferior


6-24 jam 15% 5.5%
7-0 hari 10.7% 3.9%
1 tahun 0.6% 0.9%
Studi kerusakan saraf
• Studi Robert et al.
– survei pengalaman dokter bedah mulut di California
– 1 dari 1.000 kasus kerusakan saraf lingual (sementara dan permanen)
– 4 dari 1.000 kasus kerusakan SAI (baik sementara dan permanen).

• secara statistik
⁻ gangguan sensori jangka pendek saraf lingual sebesar 0,4-1,5% (tanpa
lingual flap), dan 0,5-20% (dengan lingual flap), dan dapat mencapai
0,0% (tanpa lingual flap).

• Hillerup dan Stolze


• insiden cedera sementara 1-20%
• cedera permanen sebanyak 0-2%.
• gangguan SAI: 1-5% kasus cedera sementara dan 0-0,9% kasus cedera
permanen
Komplikasi cedera saraf
• tingginya morbiditas
• dampak medico-legal.
• mengurangi fungsi tubuh pasien, kepercayaan
diri, dan kualitas hidup.
Usaha pencegahan
• coronectomy
– evaluasi terbaru dan komprehensif berdasarkan
sistematis Cochrane tidak merekomendasikan
coronectomy  kurangnya follow up jangka
panjang, akar yang tersisa in situ dan komplikasi
jangka panjang.

• uji coba terkontrol secara acak


– 38% prosedur coronectomy mengalami kegagalan
Mencegah kerusakan saraf
banyak penelitian dengan metodologi yang berbeda-beda
dilakukan.
Studi di atas berisi penelitian dengan sampel yang besar, tetapi
tidak fokus pada teknik bedah
Terdapat banyak variabel yang dapat memengaruhi kerusakan
atau cedera SAI dan saraf lingual, namun tidak ada satupun yang
menjadi standar.
informed consent penting

hasil statistik dapat bervariasi


Prosedur preoperatif

PENGGUNAAN CT
Kelebihan CT
• Penggunaan masih diperdebatkan
• menurunkan jumlah pasien yang awalnya termasuk katagori
'berisiko tinggi' kaitannya dengan aproksimasi SAI berdasarkan
radiografi panoramik.
• Studi White
– kegunaan dari CT dalam kedokteran gigi, khususnya aplikasi untuk
deteksi impaksi molar ketiga (Gambar 1-5 gigi pada pasien yang sama).

• Studi tahun 2011, secara signifikan pasien yang terlibat pada penelitian ini
memiliki risiko cedera SAI lebih rendah dibandingkan dengan penilaian
panoramik.
• penggunaan CT dapat memberikan penilaian risiko 'optimal' dan
perencanaan bedah lebih baik dibandingkan dengan radiografi panoramik.
Penggunaan CT
• CT tidak wajib dilakukan dalam pemeriksaan impaksi M3 RB,
• penggunaan untuk konfirmasi dan menegaskan keberhasilan
perawatan. Gambar 1-5 menunjukkan bagaimana kelebihan
CT dalam membantu rencana perawatan.
• Neves et al.
– gambaran penggelapan pada akar dan kehilangan margin
cortical dari kanal SAI  efektif menentukan hubungan
resiko aproksimasi gigi dengan SAI.
• penelitian Shahidi tahun, dan Matzen et al
– bahwa CT hanya mengubah 12% dari rencana perawatan.
Gambaran pembesaran radiografi
Radiografi panoramin pada pasien yang panoramic memperlihatkan potensi
akan dilakukan pencabutan gigi impaksi pembentukan kista dentigerous yang
molar tiga rahang bawah (48)
berkaintan dengan impaksi gigi 48
gambaran sagittal mandibula, Gambaran sagittal Gambaran sagittal
mengilustrasikan mahkota gigi mandibula, mandibula,
48, dan hubungannya dengan mengilustrasikan
kanal SAI. Gambaran ini dapat mengilustrasikan akar gigi
digunakan untuk memprediksi pemotongan gigi 48, dan 48, dan hubungannya
risiko potensial kerusakan saraf posisinya terhadap kanal dengan SAI
ketika dilakukan pembedahan SAI
Penggunaan CT
• Berdasarkan beberapa studi yang telah dibahas
diatas, pencitraan panoramik masih memiliki peran
penting dalam perawatan impaksi gigi molar ketiga;
sebagai penilaian risiko komplikasi.
Prosedur Post-operatif
1. Analgesik dan pembengkakan
2. Antibiotik
Prosedur post-operatif

ANALGESIK DAN PEMBENGKAKAN


• prioritas pasien adalah untuk menghilangkan
rasa sakit.
• Konsep manajemen nyeri harus berlanjut
setelah pasien meninggalkan ruang operasi.
• WHO telah mengkonfirmasi bahwa hal
tersebut adalah prioritas dan tanggung jawab
dokter.
Jenis Obat
• Penggunaan ibuprofen post pencabutan gigi M3
bermanfaan dibanding dihydrocodeine.
• Penggunaan Kortikosteroid lebih banyak digunakan
ahli bedah

pasien yang menjalani


Pasien dibagi menjadi
Penelitian Tiwana et al. operasi pada keempat
dua kelompok
gigi impaksi molar tiga.

satu menerima pasien yang menerima


kortikosteroid yang infus IV pra operasi
berbeda terhadap kortikosteroid memiliki
kelompok kontrol yang hasil yang lebih baik
tidak diobati pasca operasi.
Jenis Obat
penelitian di Jerman  kombinasi methylprednisalone (pra dan post operasi) dan
ibuprofen (saat operasi dan setelah operasi) efektif dalam memberikan analgesia pasca
operasi.

Graziani  deksametason perioperatif baik injeksi submucosa atau sebagai bubuk endo-
alveolar, efektif dalam mengurangi rasa sakit pasca operasi, trismus dan edema.

Kebanyakan penelitian berfokus pada penggunaan kortikosteroid secara intervena  perlu


administrasi oleh dokter dan tidak dapat diakses oleh pasien  perawatan sekunder

penggunaan intervena dapat dilakukan dokter telah mengikuti pelatihan yang sesuai, cukup
dan memadai,

pengguaan kortikosteroid harus dipertimbangkan.


• Review Cochrane  penggunaan acetaminophen
(parasetamol), khususnya dosis optimal dan waktu
terbaik pasca operasi.
• parasetamol aman dan efektif dikonsumsi bila
digunakan untuk pengobatan sakit pasca operasi yang
berkaitan dengan pengangkatan gigi molar tiga 
mengurangi intensitas nyeri pada 4 dan 6 jam.
• Penelitian terbaru ibuprofen lebih unggul dibanding
parasetamol dalam mengontrol nyeri paska operasi,
namun juga menunjukkan bahwa obat kombinasi
memiliki efek yang lebih unggul pada 8 jam.
Alternatif mengurangi rasa sakit dan
pembengkakan
• kompres es
– mengurangi ketidaknyamanan dan
pembengkakan
– Mengurangi suhu lokal dan metabolisme sel
berkurang
– banyak dokter menganjurkan penggunaan
kompres es pasca operasi, dan juga telah
direkomendasikan setelah prosedur operasi
endodontik.
PROSEDUR POST-OPERASI

ANTIBIOTIK
• pedoman terbaru  penggunaan antibiotik secara hati-hati
dan selektif.
• osteitis alveolar (dry socket) dan osteomielitis merupakan
komplikasi yang umum terjadi paska pencabutan gigi.
• Penggunaan antibiotik postoperasi mengurangi insiden
atau mencegah komplikasi yang tidak diinginkan,
• Penelitian Van Gool dkk.,
– meninjau keluhan dan komplikasi 932 ekstraksi molar tiga
rahang bawah dan melihat efek dari berbagai faktor (termasuk
penggunaan antibiotik).
– prevalensi yang rendah dari keluhan dan komplikasi dry soket,
penjahitan ketat dan menghindari mucoperiosteum.
– Studi ini menolak persyaratan untuk pemberian profilaksis
antibiotik.
• Ren dan Malmstrom pada tahun 2007  pemberian
antibiotic secara sistemik sebelum operasi efektif
dalam mengurangi kejadian dry socket dan luka infeksi
postoperatif.
• review Cochrane
– penggunaan antibiotik dapat mengurangi risiko infeksi
pasca operasi, dry socket dan rasa sakit.
– belum jelas apakah dapat digeneralisasi untuk pasien
dengan imunodefisiensi atau immunocomprimised.
• Oomens 2012  bukti pendukung masih kurang dalam
penggunaan antibiotik sebagai pencegahan pada
komplikasi pasca operasi (infeksi).
• peran antibiotik berguna dalam mengurangi
infeksi pasca operasi, terutama dry socket.
namun, belum ada studi yang mendukung
peran antibiotic untuk pasien dengan penyakit
lain yang menyertai.
KESIMPULAN
kesimpulan

Tujuan: menambah pengetahuan dokter gigi mengenai alat


diagnostik, obat-obatan untuk mencegah potensi morbiditas

pasien sadar terhadapat risiko komplikasi,

dokter dapat mengidentifikasi dan menjelaskan risiko, serta


perencanaan pengobatan kepada pasien.

CT tidak boleh digunakan secara rutin, namun dilakukan untuk


kasus dengan pedoman khusus dalam pencabutan gigi molar 3
Kesimpulan
Ibuprofen, dan kombinasi dengan parasetamol harus tetap menjadi pilihan
pertama untuk menghilangkan rasa sakit pasca operasi setelah pencabutan gigi
molar tiga.

kortikosteroid baik untuk mencegah, mengurangi atau mengobati pembengkakan


yang besar.

Dalam mencegah infeksi pasca operasi, penggunaan antibiotik berlebihan tidak


dianjurkan,

rekomendasi dari beberapa studi, antibiotic dapat berperan dalam mengurangi


infeksi pasca operasi dan dry socket.

Anda mungkin juga menyukai