Anda di halaman 1dari 36

HERPES ZOSTER

OLEH
Puteri Moetia Charisma
Fitriana Anwar

Pembimbing:
dr. Vella, Sp.KK
PENDAHULUAN
• Herpes zoster didefinisikan sebagai penyakit neurodermal yang bersifat
unilateral, nyeri dermatom, dan timbulnya ruam yang dihasilkan dari reaktivasi
Definisi
dan multiplikasi dari Varicella-Zoster Virus (VZV) yang menetap di saraf
ganglion yang diawali oleh adanya varisella.

• Insiden herpes zoster di Eropa dan Amerika Utara adalah 1,5-3,0 per 1000 per tahun
untuk semua usia.
• Faktor resiko utama adalah disfungsi imun selular. Pasien imunosupresif memiliki risiko
Prevalensi 20-100 kali lebih. Pada pasien berusia lebih dari 75 tahun, rata-rata berisiko empat kali
lebih tinggi.

• Anamnesa dan pemeriksaan klinis : Nyeri disertai muncul ruam yang mengikuti
Diagnosis dermatom tubuh  manifestasi klinis terpenting dari herpes zoster
• Pemeriksaan Tzanck test  ditemukan sel datia berinti banyak
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. MT
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lamlagang
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Nomor CM : 1-07-56-83
Tanggal Periksa : 31 Agustus 2016
ANAMNESIS
KU : bintik-bintik berisi cairan di paha kanan dan punggung kanan
KT : Nyeri dan rasa terbakar pada bintik-bintik berisi cairan, demam, nyeri kepala
RPS :
Bintik-bintik berisi cairan dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Pada
Pasien datang ke Poliklinik Kulit
awalnya bintik-bintik berjumlah 3 di bagian paha, semakin hari
dan Kelamin RSUDZA dengan
bintik tersebut semakin bertambah dan menyebar ke bagian
keluhan bintik-bintik berisi cairan
punggung kanan. Bintik-bintik berisi cairan disertai adanya rasa
pada paha kanan dan punggung
nyeri dan terbakar.
kanan.

Pasien juga mengeluhkan adanya demam yang dirasakan


naik turun dan nyeri kepala sejak hari pertama timbul
ruam tersebut.
ANAMNESIS

RPD RPO RPK RKS


• HIV sejak awal Pasien pernah Tidak ada keluarga Pasien bekerja
tahun 2016 mengkonsumsi pasien yang memiliki sebagai wiraswasta
• TB sejak awal tahun obat HIV-AIDS riwayat penyakit yang di kota yang
2016 (ARV) dan OAT (4 sama dengan pasien berbeda (berpindah-
• Riwayat varisela pindah).
FDC). baik HIV-AIDS,
disangkal.
tuberkulosis paru,
varisela dan herpes
zoster.
PEMERIKSAAN FISIK KULIT
Regio :
Regio femur dextra dan thoracalis posterior dextra

Deskripsi Lesi :
Tampak papul dan vesikelyang berkelompok dengan
dasar makulaeritematous, pada beberapa tempat terdapat
krusta berwarna merah kehitaman, ukuran lentikuler,
jumlah multipel, susunan zosteriform, konfigurasi
konfluens, distribusi unilateral.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tzanck test
2. Kultur virus
DIAGNOSIS BANDING

Herpes zoster

Dermatitis Impetigo
herpetiformis bullosa

Pemfigoid
bullosa
DIAGNOSIS KLINIS

HERPES ZOSTER IN HIV POSITIF


RESUME
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDZA dengan keluhan bintik-bintik
berisi cairan pada paha kanan dan punggung kanan. Bintik-bintik berisi cairan dirasakan
sejak 5 hari yang lalu. Pada awalnya bintik-bintik berisi cairan berjumlah 3 di bagian
paha, semakin hari bintik tersebut semakin bertambah dan menyebar ke bagian
punggung kanan. Bintik-bintik berisi cairan disertai adanya rasa nyeri dan terbakar.
Pasien juga mengeluhkan adanya demam yang dirasakan naik turun dan sakit kepala
sejak hari pertama timbul ruam tersebut. Pada pemeriksaan fisik tampak papul dan
vesikel yang berkelompok dengan dasar makula eritematous, pada beberapa tempat
terdapat krusta berwarna merah kehitaman, ukuran lentikuler, jumlah multipel, susunan
zosteriform, konfigurasi konfluens, distribusi unilateral sesuai dermatom.
TATALAKSANA

Sistemik :
- Asiklovir 5x 800mg tablet selama 7 hari
- Asam Mefenamat 3x500 mg tablet selama 5 hari

Topikal :
- Fusidat krim pagi, siang dan malam
- Salisilat talk 2%
EDUKASI
1. Memberitahukan pasien agar mengusahakan gelembung
tidak pecah dengan cara tidak digaruk dan memakai
pakaian yang longgar.
2. Memberitahukan pasien agar makan makanan bergizi dan
teratur agar imunitas tubuh kembali baik.
3. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini
meruapakan penyakit menular, sehingga pasien lebih hati-
hati dalam melakukan kontak langsung dengan orang-
orang di lingkungan sekitar.
4 Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien merupakan
pasien dengan penurunan sitem imun
(immunocompromised), sehingga pasien mudah
terinfeksi dengan berbagai penyakit.
PROGNOSIS

Quo ad vitam
• Dubia ad Malam

Quo ad functionam
• Dubia ad Malam

Quo ad sanactionam
• Dubia ad Malam
ANALISA KASUS

Teori
Pasien mengeluhkan nyeri dan rasa sesuai dengan teori kebanyakan pasien
terbakar pada lesi mengeluhkan adanya nyeri dermatom atau
rasa tidak nyaman pada fase awal (hal ini
dapat terjadi pada 30 hari pertama sejak
munculnya ruam). Nyeri yang dirasakan
dapat berupa nyeri ringan hingga berat.
Pasien mendeskripsikan nyeri dan rasa tidak
nyaman sebagai rasa terbakar, gatal, dan
rasa seperti tertusuk. Pada sebagian pasien
mengeluhkan nyeri yang sangat hebat. Nyeri
ini dapat mengakibatkan penurunan fungsi
Kasus fisik, emosional, dan sosial.
ANALISA KASUS

Teori
Pasien mengeluhkan demam pada fase prodormal akan timbul rasa
yang dirasakan naik turun dan nyeri dan parestesia yang terjadi
sakit kepala. sesuai dengan dermatom. Gejala
sistemik yang terjadi pada masa
prodromal dapat berupa demam, sakit
kepala dan malaise.

Kasus
ANALISA KASUS

Teori
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan status
general dalam batas normal, status pada fase awal di dahului timbulnya makula
dermatologi pada regio femur dextra dan eritematous, kemudian ditemukan papul pada
thoracalis posterior dextra di dapatkan hari ke tiga sampai hari ke empat yang
tampak papul dan vesikel yang berkembang menjadi vesikel dalam satu atau dua
berkelompok dengan dasar makula hari selanjutnya yang dapat diikuti dengan
eritematous, pada beberapa tempat timbulnya ulserasi (dapat muncul dengan warna
terdapat krusta berwarna merah kehitaman) dan krusta dalam tiga sampai lima
kehitaman, ukuran lentikuler, jumlah
hari selanjutnya. Adanya gesekan baju dan
multipel, susunan zosteriform, konfigurasi
konfluens, distribusi unilateral sesuai garukan yang terjadi dapat mengiritasi lesi, yang
dengan dermatom. dapat mengakibatkan terjadinya infeksi apabila
vesikel pecah.
Kasus
ANALISA KASUS
Teori
Pe
Jika ini terjadi, virus dapat bertransmisi
Lanjutan … melalui cairan vesikel pada orang lain.
Setelah vesikel pecah dan menjadi krusta
(dalam waktu 10 hari sejak timbulnya ruam),
pasien tidak dalam keadaan infeksius lagi.
Dalam waktu dua sampai empat minggu
selanjutnya krusta dapat ditemukan pada
pasien. Penyembuhan pada pasien dengan
usia tua dan pasien dengan
immunocompromised akan memakan waktu
lebih lama. Apabila krusta sudah terkelupas,
hal ini dapat menimbulkan bekas luka dan

Kasus perubahan warna kulit.


ANALISA KASUS
Teori
Pe
Pasien dengan imunosupresi memiliki
Salah satu faktor resiko 20-100 kali lebih besar daripada pasien
terjadinya herpes zoster adalah yang imunokompeten pada usia yang
sama. Kondisi imunosupresif yang
pasien dengan disfungsi imun berhubungan dengan risiko tinggi dari
selular. herpes zoster termasuk “human
immunodeficiency virus” (HIV). Pasien
dengan kondisi immunosupressive
memiliki resiko terbesar terkena herpes
zoster.

Kasus
ANALISA KASUS
Teori
Pe
Pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck
membantu menegakkan diagnosis herpes
• Pemeriksaan penunjang : zoster dengan ditemukannya sel datia
berinti banyak.
1. Tzank test Pemeriksaan isolasi virus dgn kultur
2. Isolasi virus jaringan dan identifikasi morfologi
dengan mikroskop elektron, pemeriksaan
antigen dengan imunofluoresen, tes
serologi dengan mengukur imunoglobulin
spesifik.

Kasus
ANALISA KASUS
Diagnosis Banding

Dermatitis
Herpes Zoster Impetigo Bulosa
herpetiformis
ANALISA KASUS
Teori
Pe
pada pasien dengan immunocompromised
pengobatan antiviral yang diberikan pada
pasien herpes zoster adalah famsiklovir 500
• Pada pasien ini diberikan mg pemberian oral oral setiap delapan jam
selama 7 – 10 hari, valasiklovir 1 gram
Asiklovir 5x 800 mg tablet pemberian oral setiap 8 jam selama 7-10 hari,
selama 7 hari. dan asiklovir 800 mg pemberian oral 5 kali
sehari selama 7 sampai 10 hari. Asiklovir
adalah antivirus pilihan pertama untuk terapi
herpes zoster yang bekerja sebagai inhibitor
DNA polimerase pada virus dan berfungsi
untuk mempercepat mematikan virus.

Kasus
ANALISA KASUS
Teori
Pe Paracetamol atau non-steroidal anti-inflamtory
drug (NSAID) direkomendasikan sebagai lini
pertama. Pengobatan dapat dihentikan,
• Pada pasien diberikan asam tergantung dari parahnya gejala yang timnul
pada pasien. Paracetamol dapat diberikan 0,5-1
mefenamat 3x500 mg tablet g, setiap 4-6 jam, maksimal yang diberikan 4g
selama 5 hari per hari. Apabila diperlukan, paracetamol dapat
dikombinasikan dengan obat-obatan lain,
seperti codeine dan tramadol. NSAIDs juga
dapat diberikan, seperti ibuprofen 200-400 mg,
3-4 kali perhari, dosis maksimum yang dapat
diberikan adalah 1200 mg perhari. Pada

Kasus
Terima Kasih
KRITISI JURNAL

Safety and Immunogenecity of an Adjuvanted Herpes Zoster Subunit Candidate


Vaccine in HIV-Infected Adults : A Phase 1/2a Randomized, Placcbo Controlled
Study

Kosuke Kawai, Emmanouil Rampakakis, Tsen-Fang Tsai, Hee Jin Cheong, Jittima Dhitavat,
Alejandro Ortiz Covarrubias, Lin Yang, Miguel Cashat-Cruz, Homero Monsanto,
Kelly Johnson, John S. Sampalis, Camilo J. Acosta

International Journal of Infectious Diseases Vol (34) pp. 126–131, Maret 2015
Pendahuluan

HIV Faktor Herpes


Resiko Zoster
Metodologi
Fase Penelitian
Penentuan Subjek
Penderita HIV

Penentuan Sample
Usia ≥18 tahun dan terdiagnosis HIV paling kurang 1
tahun

Analisis Data
uji Chi-square atau uji Fisher sesuai untuk variabel
kategori

Penilaian
Pemberian vaksin HZ pada bulan ke-0,2 dan 6
Hasil
Metodelogi
Diskusi
Satu bulan setelah pemberian 3 dosis, konsentrasi serum anti-gE, tidak ada efek
peningkatan pada pasien HIV yang tidak diberikan vaksin. HZ subunit vaksin
(HZ su) dapat diterima secara klinis dan aman pada pasien dewasa yang
terinfeksi HIV.
KRITISI JURNAL
Apakah alokasi subyek penelitian ke kelompok terapi atau kontrol betul- betul
secara acak (random) atau tidak?

Ya

• Penelitian ini dilakukan secara kohort.


• Sampel dipilih secara acak dari total 123 sampel
dan dikelompokkan menjadi 3 kelompok dengan
ART/CD4+ tinggi (94 orang), ART/CD4+
rendah (14 orang), dan pasien yang belum
mendapatkan ART (15 orang).
Apakah semua keluaran (outcome) dilaporkan?

Ya

Penelitian ini semua hasil dari penelitian


dilaporkan, baik mengenai data demografi atau
karakteristik sampel maupun hasil statistik
perbandingan ketiga kelompok.
Apakah lokasi studi menyerupai lokasi anda bekerja atau tidak ?

Tidak tahu

Penelitian dilakukan di tiga negara (Germany,


Unitad States, dan United Kingdom) menggunakan
metodologi clinical trial. Pada penelitian ini tidak
disebutkan dengan jelas tempat penelitiannya.
Hanya disebutkan negara-negara yang dipilih
sebagai tempat penelitian.
Apakah kemaknaan statistik maupun klinis dipertimbangkan ataupun dilaporkan?

Ya

• Distribusi variabel penelitian di sajikan secar deskriptif


dalam Tabel 1.
• Analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Apakah tindakan terapi yang dilakukan dapat dilakukan ditempat anda bekerja atau
tidak?

Ya

• Penggunaan terapi pada penelitian ini


diketahui juga dapat digunakan di tempat
kita bekerja yaitu pemberian vaksin pada
pasien dengan HIV untuk mencegah
terjadinya herpes zoster.
Apakah semua subjek penelitian diperhitungkan dalam kesimpulan?

Ya

• Ada perbedaan yang signifikan secara


statistik dalam pemberian vaksin di
semua kelompok ketika dibandingkan di
antara ketiganya. (p<0,0001)
Kesimpulan

Berdasarkan hasil kritisi jurnal didapatkan dari enam pertanyaan memiliki


jawaban “Ya” sebanyak 5, “Tidak tahu” sebanyak 1 dan “Tidak” sebanyak 1
pertanyaan.
Dapat disimpulkan jurnal yang berjudul “Safety and Immunogenecity of
an Adjuvanted Herpes Zoster Subunit Candidate Vaccine in HIV-Infected Adults :
A Phase 1/2a Randomized, Placcbo Controlled Study: Analisis Studi Kohort dari
Jerman, Amerika Serikat dan Inggris” ini layak dibaca dan layak untuk di
adaptasikan di RSUDZA.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai