Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

Anestesi umum pada Laparotomi


appendektomi

Pembimbing :
dr. Irwan Hadi, SpAN

Disusun oleh :
Theresia Riany(406161023)
Yohanna Octaviany Gultom (406162008)
Data Pasien
• Nama : Nn. D
• Umur : 15 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Status : Belum Menikah
• Pekerjaan : Pelajar
• Alamat : Jl Taruna Raya RT 15 RW 3 No 1
• Agama : Islam
• No.CM : 0133****
• Dirawat di ruang : LA05
• Tanggal masuk : 7 November 2017
• Tanggal pemeriksaan: 9 November 2017
Pemeriksaan
• Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah
• Keluhan tambahan : Mual, Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Husada dengan keluhan
nyeri pada seluruh perut terutama perut kanan bawah sejak
5 hari yang lalu, diawali dengan nyeri yang menjalar dari ulu
hati. Nyeri makin hebat saat pasien batuk dan berjalan jauh.
Pasien mengaku keluhan bertambah parah sejak pagi hari
sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Pasien juga mengeluh mual
disertai demam sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit.
Pasien mengaku sudah pernah berobat ke dokter umum dan
diberi obat untuk lambung, namun keluhan tidak membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat penyakit serupa : disangkal
• Riwayat Alergi : disangkal
• Riwayat Hipertensi : disangkal
• Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
• Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
• Riwayat Asma : disangkal
• Riwayat Sakit Maag : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat Hipertensi : disangkal
• Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
• Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
• Riwayat Asma : disangkal
Pemeriksaan Fisik
• STATUS GENERALISATA & DATA ANTROPOMETRI
o Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
o Kesadaran : Compos mentis
o GCS : E4M6V5
o SpO2 : 100%
o BB : 55 kg
o TB : 163 cm

• VITAL SIGN
o Tekanan Darah : 110/70 mmHg
o Nadi : 87 kali/ menit
o Nafas : 20 kali/ menit
o Suhu : 37,7◦C
Pemeriksaan Sistem
•L : tidak tidak ada kelainan pada kepala dan leher, tidak
ada kelainan gigi atau pemakaian gigi palsu
•E : 3-3-2-1
•M : mallampati 1
•O : tidak ada obstruksi atau penyulit jalan napas
•N : tidak ada trauma cervical
Pemeriksaan Laboratorium

Lab 7 November 2017 8 November 2017

HB 12,9 12,2
Ht 38 36
Trombosit 382.000 378.000
Leukosit 5.300
LED 33
PT 10,1/11
APTT 43,3/36
Kalium 4,4
Natrium 143
Chlorida 104
Ureum 10
Creatinin 0,54
Penilaian Status Fisik Menurut ASA
Kelas I Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.

Kelas II Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.

Kelas III Pasien dengan penyakit sistemik sedang atau berat,


sehingga aktivitas rutin terbatas.

Kelas IV Pasien dengan penyakit sistemik sedang atau berat tak


dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya
merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
Kelas V Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.

Kelas VI Pasien yang mati batang otak dan akan diambil organnya
untuk transplantasi.
Resume
• Telah diperiksa seorang perempuan usia 15 tahun dengan
keluhan nyeri perut terutama perut kanan bawah 5 hari yang
lalu, diawali dengan nyeri yang menjalar dari ulu hati. Nyeri
makin terasa saat pasien batuk dan berjalan jauh. Pasien
mengaku keluhan bertambah parah sejak pagi hari sebelum
dibawa ke Rumah Sakit. Pasien juga mengeluh mual disertai
demam sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien
mengaku sudah pernah berobat ke dokter umum dan diberi
obat untuk lambung, namun keluhan tidak membaik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital tidak
ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan sistem LEMON tidak
didapatkan kelainan. Pemeriksaan status fisik menurut ASA
didapatkan ASA I.
Diagnosa Kerja
• Suspek apendisitis kronik
Tata Laksana
1. Medikamentosa • Post operasi :
• Premedikasi :-
- Infus RL 20 tpm
- Ondansentron 8 mg
• Operasi :
- Gentamisin 1 x 320 mg drip
- Infus RL
- Fentanil 100 mcg - Pantoprazole 1 x 40 mg drip
- Lidokain 10 mg - Cernevit (multivitamin) 1 x 1
- Nupovel 100 mg fls drip
- Tramus 30 mg + 10 mg - Extrace (asam askorbat / vit
- Inhalasi Sevofluran 2 C) 1 x 2 g IV
MAC, N2O 2L, O2 1L - PCT 4 x 1 fls drip
- SA/prost 2 amp / 2 amp
Tata Laksana
2. Non Medikamentosa
-Puasa sampai bising usus (+)
-Mobilisasi bertahap
Evaluasi & Komplikasi
Evaluasi
•Keadaan umum dan tanda – tanda vital
•Awasi timbulnya komplikasi

Komplikasi
•Infeksi Pasca Operasi
•Ileus
ALDRETE SCORE SCORE = 10
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad sanationam : ad bonam
• Quo ad fungsionam : ad bonam
PEMBAHASAN
• Pada kasus ini didapatkan pasien dengan suspect
appendicitis kronik. Pasien tidak memiliki faktor resiko
sehingga masuk dalam kategori ASA 1. Lalu dilanjutkan
dengan tindakan laparotomi appendektomi dengan anestesi
umum.
• Anestesi umum dilakukan untuk menangani penyebab rasa
nyeri dan rasa tidak nyaman pada pasien. Sedangkan
manajemen airway yang dipilih adalah LMA atas dasar pasien
tidak memiliki resiko aspirasi, dan operasi tidak berlangsung
lama sehingga LMA termasuk aman untuk pasien. Pada
pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya penyakit kronis
ataupun penyulit tindakan anestesi seperti asma atau alergi
obat.
• Pada tahap pre-anestesi dilakukan pemeriksaan salah
satunya LEMON:
- Look externally : tidak ditemukan adanya kelainan anatomi
kepala dan leher.
- Pada pasien evaluasi 3-3-2-1 dapat dilakukan.
- Malampati Score yaitu 1, tonsil masih bisa terlihat.
- Obstruksi : tidak ditemukannya benda asing, stridor, gargling
- Neck mobility : tidak terdapat limitasi dari mobilitas leher
pasien

Kesimpulannya, pada pemeriksaan pasien dengan LEMON


tidak terdapat adanya kesulitan dalam pemasangan LMA
ataupun intubasi.
• Pada pasien ini, obat yang digunakan untuk induksi secara
intravena yaitu nupovel yang berisi propofol. Propofol ini
memiliki keuntungan dalam sedikitnya kejadian Post
Operative Nausea and Vomiting (PONV) pada prosedur rawat
jalan.
• Waktu paruh nupovel (propofol) yaitu 24-72 jam. Dosis
induksi yang cepat dapat menimbulkan efek sedasi (30-45
detik) dengan durasi berkisar antara 20-75 menit tergantung
dosis dan redistribusi dari sistem saraf pusat.
• Sebagian besar propofol terikat dengan albumin (96-97%).
Setelah pemberian bolus intravena, konsentrasi dalam
plasma berkurang dengan cepat dalam 10 menit pertama
(waktu paruh 1-3 menit) kemudian diikuti bersihan lebih
lambat dalam 3-4 jam (waktu paruh 20-30 menit).
• Dosis induksi nupovel (propofol) menyebabkan pasien
kehilangan kesadaran dengan cepat akibat ambilan obat
lipofilik yang cepat oleh SSP, dimana dalam dosis yang kecil
dapat menimbulkan efek sedasi, tanpa disertai efek
analgetik.
• Pada pemberian dosis induksi (2mg/kgBB) pemulihan
kesadaran dapat berlangsung cepat namun dapat
menyebabkan perubahan mood tetapi tidak sehebat
thiopental.
• Propofol dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke
otak dan konsumsi oksigen otak sehingga dapat
menurunkan tekanan intrakranial dan tekanan intraokular
sebanyak 35%.
• Lidokain adalah anestetik lokal kuat, kerja cepat dan lebih
stabil dibandingkan dengan dengan anestesi lokal lainnya.
• Lidokain memiliki kemampuan konduksi di sepanjang serabut
saraf secara reversibel, baik serabut saraf sensorik, motorik,
maupun otonom. Kerja obat tersebut dapat di pakai sebagai
penyekat rasa sakit atau impuls vasokonstriktor menuju
daerah tertentu.
• Fentanil merupakan obat dari golongan opioid yang banyak
digunakan dalam bidang anestesi, dimana kekuatannya 100
kali dibandingkan dengan morfin.
• Fentanil bekerja pada reseptor spesifik di otak dan medulla
spinalis untuk menurunkan rasa nyeri dan respons emosional
terhadap nyeri.
• Waktu paruh fentanil berkisar antara 3-4 jam dan dapat
memanjang hingga 7-8 jam pada beberapa pasien.
• Fentanil dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilasi dan
hidroksilasi, metabolit ada di darah dalam waktu 1-2 menit
setelah pemberian. Sisa metabolisme dieksresikan di urin
dalam beberapa hari.
• Tramus digunakan sebagai muscle relaxant, termasuk dalam
golongan non-depolarisasi.
• Tramus bekerja dengan cara menghalangi asetilkolin
menempati celah saraf otot sehingga asetilkolin tidak dapat
bekerja.
• Berdasarkan lama kerja, tracrium termasuk dalam pelemas
otot kerja sedang sehingga dibutuhkan waktu sekitar 3-5
menit hingga obat bekerja.
• Karena menggunakan pelumpuh otot non-depolarisasi maka
diperlukan penawar.
• Penawar yang digunakan prostigmin sehingga ditambahkan
sulfas atropine untuk mengurangi efek dari prostigmin
dimana dapat menyebabkan hipersalivasi, bradikardia serta
hipermotilitas.

Anda mungkin juga menyukai