Anda di halaman 1dari 29

NEPROLITHIASIS / BATU GINJAL

I. DEFINISI
 Batu ginjal adalah adanya batu di ginjal atau saluran
perkemihan
 Kalkulus
 Umum pada kolik dan pelvis
 Kecil besar
NEPROLITHIASIS / BATU GINJAL
 ETIOLOGI
 Infeksi traktus urinarius
 Statis urine
 Immobilitas lama
 Dehidrasi
 Hiperparatiroidisme
 Gout
 Inflamasi usus
 Obat (antasid, laksatif, aspirin)
 Intake kalsium dan vitamin D berlebihan
PATOFISIOLOGI

1. Diet kalsium dan oksalat tinggi


Batu kalsium oksalat
2. Hiperparatiropid dan urine alkalin
Batu kalsium fosfat
3. Penyakit gout, urine asam
Batu urat
4. Penyerapan sistin tidak sempurna
Batu sistin
5. Infeksi UTI, urine alkalin
Batu struvit
MANIFESTASI KLINIK
 Obstruksi
 Iritasi batu  infeksi
 Nyeri hebat
 Batu pada pelvis renalis
Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA
 Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
 Hematuria, piuria
 Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
 Batu yang terjebak pada ureter
 Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha
dan genetalia
 Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah  kolik ureteral
 Batu yang terjebak pada kandung kemih
 Gejala iritasi
 Infeksi traktus urinarius
 Hematuria
 Obstruksi  retensi urine
PENATALAKSANAAN

 Extracorporeal Shock Wave Lytotripsy ( ESWL)


 Nefrostomi perkutan
 Ureteroskopi
 Disolusi batu
 Pengangkatan bedah :
 Nefrolitotomi
 Nefrektomi
 Pielolitotomi
 Ureterolitotomi
 Sistostomi
PENGKAJIAN

 Nyeri dan ketidaknyamanan


 Gejala yang berhubungan
 Observasi urine
 Observasi tanda-tanda infeksi
 Riwayat keluarga
 Faktor predisposisi
 Pengetahuan pasien
1. Nyeri b.d iritasi dari pergerakan batu
 Morfin / meferidin
 Air panas / hangat area panggul
2. Cemas b.d kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan
 Kaji penyebab dan tingkat cemas
 Ekspres feeling
 Jelaskan prosedur
3. Resiko cidera b.d komplikasi post operasi
 Rawat luka dan balutan
 Pastikan aliran urine tidak kena luka
 Tehnik steril
4. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi mengenai kebutuhan cairan,
pembatasan diet dan obat-obatan
 Cairan 2500 – 3000 ml / 3000 – 4000 ml
 Kontrol intake kalsium
 Menghindari makanan tinggi oksalat (teh, kopi, cola, bir, asparagus,
buncis, kol, bayam, anggur, vitamin C dosis tinggi)
 Diet rendah purin (keju, anggur, jerohan)
 jeli aluminium hidroksida (b.kalsium) natrium selulose fosfat
(b.allopurinil)
(BENIGNA PROSTAT HYPERTROFI)

I. DEFINISI
 Terjadi pada laki-laki > 50 th
 Pengaruh hormon
 Hiperplasia dan hipertrofi
II. PATOFISIOLOGI
 Prostat membesar  menyumbat kolum vesikal /
uretra prostatik  urine inkomplit / retensi urine 
hidroureter  hidronefrosis
MANIFESTASI KLINIK

 Komplek gejala obstruktif dan iritatif


 Peningkatan frekwensi, nokturia, dorongan
 Stranguria (anyang –anyangan)
 Abdomen tegang
 Aliran urine tidak lancar
 Volume menurun
 Dribling
 Rasa kandung kemih tidak kosong
 Retensi urine akut
 Anoreksia, mual dan muntah
 Nyeri epigastrik  Retensi urine kronis
Azotemia
Gagal ginjal
EVALUASI DIAGNOSTIK

 Rektal digital
 Urinalisis
 Darah kimia
 IVP, cistografi
 Jantung dan pernafasan
PENATALAKSANAAN

 Farmakologi
 Antibiotik
 Hindari phenylpropandamin
 Alpha-Adrenergik (terazosin)
 Anti androgen (finasteride)
PENATALAKSANAAN
II. BEDAH PROSTAT
 Transurethral Resection ( TUR /TURP )
 Suprapubic Prostatectomy
 Retropubic Prostatectomy
 Perineal Prostatectomy
 Transurethral Incision Of The Prostate ( TUIP )
 Transurethral Laser Insisi Of The Prostat ( TULIP)
 PENGKAJIAN
 Masalah urinari yang terjadi
 Nyeri
 Riwayat keluarga
 Cemas
 Palpasi kandung kemih
DIAGNOSA
Pre operasi
 Ansietas b.d ketidakmampuan berkemih
 Menurunkan ansietas :
 Kenalkan lingkungan rumah sakit
 Komunikasi
 Diskusi masalah
 Jaga privasi
 Nyeri b.d distensi kandung kemih
 Menghilangkan ketidaknyamanan
 Tirah baring
 Analgeetik
 Pantau pola urinari, distensi kandung kemih
 Kateterisasi / cistotomi
- Kurang pengetahuan b.d masalah dan protokol pengetahuan
 Pendidikan kesehatan
 Penjelasan persiapan pra operasi, post operasi
 Prosedur operasi
DIAGNOSA
 Post operasi
- Nyeri b.d insisi bedah, pemasangan kateter, spasme kandung kemih
 Menghilangkan nyeri
 Tirah baring 24 jam
 Lokasi dan penyebab

 Medikasi

 Pantau obstruksi

 Pantau balutan

 Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan paska operasi dan masa penyembuhan


 Pendidikan kesehatan
 Hindari duduk lama

 Buah / pelunak feses

 Latihan berkemih

 Hindari kerja berat, pergi jauh

 Cukup minum air

 Hindari makanan pedas, kopi, alkohol

 Disfungsi seksual b.d ejakulasi retrogad, sterilitas


ASKEP GAGAL GINJAL AKUT
 DEFINISI
• Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk
dalam cairan tubuh akibat gangguan eksresi renal dan
menyebabkan gangguan fungsi endokrine, metabolik,
cairan, elektrolit dan asam basa.
MANIFESTASI KLINIK

Kardiovaskuler
 Hipertensi

 Pitting edema

 Edema periorbital

 Pembesaran vena leher

 Friction rub perikardial

 Pulmoner
 Krekel

 Nafas dangkal

 Kusmaul

 Sputum kental dan liat


MANIFESTASI KLINIK
 Gastrointestinal
 Anoreksia, mual dan muntah
 Perdarahan saluran GI
 Ulserasi dan perdarahan pada mulut
 Konstipasi / diare
 Nafas berbau amonia
 Muskuloskeletal
 Kram otot
 Kehilangan kekuatan otot
 Fraktur tulang
 Foot drop
 Integumen
 Warna kulit abu-abu mengkilat
 Kulit kering, bersisik
 Pruritus
 Ekimosis
 Kuku tipis dan rapuh
 Rambut tipis dan kasar
 Reproduksi
 Amenore
 Atrofi testis
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

 Riwayat keluarga
 Penyakit yang dialami
 Obat-obatan nefrotoksis
 Kebiasaan diet
 Penambahan BB atau kehilangan BB
 Manifestasi klinik yang muncul pada sisitem organ
DIAGNOSA DAN
Kelebihan volume cairan INTERVENSI KEPERAWATAN
b.d penurunan haluaran urine, retensi cairan dan
natrium
 Kaji status cairan
• timbang BB harian
• keseimabngan masukan dan haluaran
• turgor kulit dan adanya edema
• distensi vena leher
• tekanan darah, denyaut dan irama nadi
 Batasi masukan cairan
 Identifikasi sumber potensial cairan
 Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional dari pembatasan
 Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan
cairan
 Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN

2. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual


dan muntah
 Kaji status nutrisi
 Kaji pola diet nutrisi
 Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
 Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
 Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium
diantara waktu makan
 Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan
 Timbang berat badan harian
 Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
3. Intoleransi aktifitas b.d anemia, keletihan
dan retansi produk sampah
 Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
 Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas
perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika
keletihan terjadi
 Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat
 Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
4. Gangguan harga diri b.d ketergantungan, perubahan
peran, citra tubuh dan fungsi sex
 Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap
penyakit dan penanganan
 Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga
terdekat
 Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga
 Ciptakan diskusi yang terbuka tentang perubahan yang
terjadi akibat penyakit dabn penanganannya
 Gali cara alternatif lain untuk ekspresi seksual lain selain
hubungan sex
 Diskusikan peran memberi dan menerima cinta,
kehangatan, dan kemesraan
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
5. Gangguan integritas kulit b.d penurunan minyak dan aktivitas kelenjar
keringat, kelebihan cairan
6. Konstipasi b.d penurunan mobilitas, intake antasid, pembatasan cairan
7. Resiko cidera b.d perubahan absorbsi kalsium dan ekskresi fosfat,
perubahan metabolisme vitamin D
Gagal Ginjal Kronik
DEFINISI
 Merupakan penyakit ginjal tahap akhir
 Progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi
uremia
 ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)
ETIOLOGI

 Diabetus mellitus
 Glumerulonefritis kronis
 Pielonefritis
 Hipertensi tak terkontrol
 Obstruksi saluran kemih
 Penyakit ginjal polikistik
 Gangguan vaskuler
 Lesi herediter
 Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)
PATOFISIOLOGI
 Penurunan GFR
 Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan
klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun,
kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat.
 Gangguan klirens renal
 Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomerulus yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
 Retensi cairan dan natrium
 Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin
secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko terjadinya
edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.
 Anemia
 Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi
perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI.
 Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
 Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika
salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi
peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan
kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal,
tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di
tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
 Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)
 Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.

Anda mungkin juga menyukai