Anda di halaman 1dari 21

PROSES BELAJAR

Pedagogi
Andragogi

SUGENG IWAN
INTELEGENCE QUOTIENT
IQ digunakan antara lain membayangkan
ruang, melihat lingkungan sekeliling secara
runtut dan mencari hubungan antara satu
bentuk dan bentuk lainnya.
IQ tidak mengukur kreativitas, kemampuan
sosial, dan kearifan seseorang.
• Optimalisasi membaca, mengulang, memberi garis di bawah kata-
kata yang penting, membaca dengan suara keras dan menjelaskan
makna bacaannya.
• mengenalkan strategi, mengambil keputusan yang rasional,
mencetuskan ide selancar mungkin, mindmapping, meningkatkan
perbendaharaan kata-kata, berpikir sambil membayangkan, humor,
berpikir kritis, dan bermain.
• Menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan  struktur otak kiri dan
kanan mempunyai tugas yang berbeda  Agar anak bisa membaca
lancar dengan pemahaman penuh, menulis secara kreatif, mengeja,
mengingat, mendengar, berpikir sekaligus pada saat yang sama atau
menjadi juara pada cabang olahraga tertentu.
• menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan bisa melalui kebiasaan
menikmati musik dan kesenian, menikmati warna, ruang dan bentuk,
menghargai kreativitas dan menghargai kepekaan perasaan.
• Masa usia dini merupakan periode emas untuk melakukan proses
stimulasi aktif melalui proses pengindraan dengan tujuan membentuk
wiring system.
• Separuh perkembangan intelektual anak berlangsung sebelum
memasuki usia 4 tahun. perkembangan kognitif usia 17 tahun
merupakan akumulasi perkembangan dari anak lahir.
• Anak berusia 0-4 tahun memiliki perkembangan kognitif sebesar 50%, 4-
8 tahun sebesar 30% dan 9-17 tahun sebesar 20%.
• Perkembangan otak sebelum usia 1 tahun lebih cepat, tetapi
kematangan otak berlangsung sesudah anak lahir.
• Pengaruh lingkungan awal pada perkembangan otak akan berdampak
lama.anak yang mendapat stimulasi lingkungan yang baik, fungsi
otaknya akan berkembang lebih baik.
• Ruang Lingkup IQ meliputi:
– Kapasitas umum seseorang untuk mengerjakan atau melakukan
sesuatu.
– Berhubungan dengan penalaran / berfikir.
• Intellegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan
bertindak secara logis, terarah, serta mengolah dan menguasai
lingkungan secara efektif.
• PENGUKURAN / KLASIFIKASI IQ :
– Very Superior : 130
– Superior : 120 – 129
– Bright normal : 110 – 119
– Average : 90 – 109
– Dull Normal : 80 – 89
– Borderline : 70 – 79
– Mental Defective : 69
– and bellow
• CIRI KHAS IQ (INTELLEGENCE QUOTIEN) :
– Logis
– Rasional
– Linier
– Sistematis
EMOTIONAL QUOTIENT
• Tingkat emosional manusia lebih mampu memperlihatkan
kesuksesan seseorang.
• Intelligence Quotient (IQ) tidak dapat berkembang. Jika seseorang
terlahir dengan kondisi IQ sedang, maka IQ-nya tidak pernah bisa
bertambah maupun berkurang. Artinya, jika seseorang terlahir
dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup, percuma saja dia
mencoba dengan segala cara untuk mendapatkan IQ yang superior
(jenius).
• Emotional Quotient(EQ) dapat dikembangkan seumur hidup dengan
belajar. Kecerdasan Emosional (EQ) tumbuh seiring pertumbuhan
seseorang sejak lahir hingga meninggal dunia.
• Pertumbuhan EQ dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, dan
contoh-contoh yang didapat seseorang sejak lahir dari orang
tuanya.
• Kecerdasan Emosi menyangkut banyak aspek
penting, yang agaknya semakin sulit didapatkan
pada manusia modern, yaitu:
– empati (memahami orang lain secara
mendalam)mengungkapkan dan memahami
perasaan
– mengendalikan amarah
– Kemandirian
– kemampuan menyesuaikan diri
– Disukai
– kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
– Ketekunan
– Kesetiakawanan
– Keramahan
– sikap hormat
• Orang tua adalah seseorang yang pertama kali harus mengajarkan
kecerdasan emosi kepada anaknya dengan memberikan teladan
dan contoh yang baik.
• orang tua harus mengajar anaknya untuk :
– membina hubungan persahabatan yang hangat dan harmonis
bekerja dalam kelompok secara harmonis berbicara dan
mendengarkan secara efektif.
– mencapai prestasi yang lebih tinggi sesuai aturan yang ada (sportif)
– mengatasi masalah dengan teman yang nakal
– berempati pada sesama
– memecahkan masalah
– mengatasi konflik
– membangkitkan rasa humor
– memotivasi diri bila menghadapi saat-saat yang sulit
– menghadapi situasi yang sulit dengan percaya diri
– menjalin keakraban
• Ruang Lingkup EQ (Emotional Quotient):
– Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain,
memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik, dan
berhubungan dengan orang lain (Daniel Goldman).
– Kemampuan mengerti dan mengendalikan emosi (Peter Salovely &
John Mayer).
– Emosi adalah letupan perasaan seseorang.

• ASPEK EQ (SALOVELY & GOLDMAN)


– Kemampuan mengenal diri (kesadaran diri).
– Kemampuan mengelola emosi (penguasaan diri).
– Kemampuan memotivasi diri.
– Kemampuan mengendalikan emosi orang lain.
– Kemampuan berhubungan dengan orang lain (empati).
• EQ TINGGI
– Berempati.
– Mengungkapkan dan memahami perasaan.
– Mengendalikan amarah.
– Kemandirian.
– Kemampuan menyesuaikan diri.
– Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi.
– Kesetiakawanan.
– Keramahan.
– Sikap hormat.
SPIRITUAL QUOTIENT.

• Spiritual adalah inti dari pusat diri sendiri.


• Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami,
menyemangati dan mengikat diri seseorang kepada nilai-nilai
kebenaran tanpa batas waktu.
• Paul Edwar, bukti ilmiah ketika anda merasakan keamanan
(SECURE), kedamaian (PEACE), penuh cinta (LOVED), dan bahagia
(HAPPY).
• CIRI-CIRI SQ TINGGI
a. Memiliki prinsip dan visi yang kuat.
b. Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman.
c. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan.
d. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.
Proses belajar.
• Tahapan perubahan pada perilaku kognitif,
perilaku afektif dan psikomotorik yang terjadi
dalam diri seseorang.
• Perubahan itu bersifat positif yang berarti
berorientasi ke arah yang lebih baik.
• Dibedakan atas tiga fase yaitu fase informasi
lalu fase transformasi dan terakhir fase
evaluasi
Ciri belajar
1. Belajar mencari makna. Makna diciptakan individu dari apa yang telah mereka
lihat, mereka dengar dan mereka rasakan serta alami.
2. Konstruksi makna proses yang terus menerus.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta namun pengembangan
pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukan sebuah hasil
perkembangan namun perkembangan itu sendiri.
4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman individu dengan dunia fisik dengan
lingkungannya.
5. Hasil belajar tergantung pada apa yang sudah diketahui, tujuan serta motivasi
yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sudah dipelajari.

Proses mengajar bukanlah aktifitas memindahkan pengetahuan dari guru ke murid


namun suatu kegiatan yang memungkinkan seorang individu merekonstruksi sendiri
ilmu yang dimiliki dan menggunakan pengetahuan untuk diterapkan dalam
kehidupan. Maka karena hal tersebut guru sangat diperlukan untuk membantu
individu dalam belajar sebagai perwujudan peran mereka sebagai mediator serta
fasilitator
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PROSES BELAJAR
1. Kematangan  kematangan fisik, psikis dan
sosial.
2. Pengetahuan yang diperoleh sebelumnya 
akan lebih berhasil bila pendidik dan peserta
didik telah banyak memperoleh pengetahuan
yang sedang dipelajari.
3. Motivasi pendidik dan peserta didik harus
mempunyai motivasi yang tinggi.
METODE ALAT-ALAT
BANTU

INPUT
OUTPUT
(Subyek
Belajar) PROSES BELAJAR (Hasil Belajar)

BAHAN
FASILITAS BELAJAR
BELAJAR
Pedagogi dan Andragogi
• Pedagogi adalah seni • Suatu seni dan ilmu
atau ilmu untuk untuk membantu orang
menjadi seorang guru. dewasa belajar"
Istilah ini umumnya
merujuk pada strategi-
strategi pengajaran,
atau corak/gaya (style)
pengajaran.
Asumsi Pedagogi dan Andragogi
Pedagogi Andragogi
• Konsep Diri Anak pribadi • Orang dewasa bukan
yang tergantung pribadiyang tergantung, tapi
• Pengalaman Anak : Sangat pribadi yang matang secara
sedikit psikologis.
• Pedagogi: Guru • Orang dewasa:
menentukan, apa yang akan kaya/banyak pengalaman
dipelajari, di mana, kapan
• Kesiapan Belajar
• Orientasi BelajarAnak:
menunda aplikasi apa yang • Andragogi: Peserta
dipelajari menentukan: apa yang
perlu dipelajari
• Orang dewasa: cenderung
ingin secepatnya
mengaplikasikan
Pedagogi dalam perubahan perilaku
• Perilaku  aktifitas manusia baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak langsung.
• Perilaku  terbentuk dari faktor pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
• Proses belajar dan pengalaman belajar
menentukan bentuk perilaku.
• Perilaku manusia sebagian terbesar merupakan
perilaku yang dibentuk, prilaku yang dipelajari
bagaimana cara membentuk perilaku sesuai
yang diharapkan  pendidikan, penyuluhan.
TEST GAYA BELAJAR
• test-gaya-belajar INDIVIDU.doc

Anda mungkin juga menyukai