Anda di halaman 1dari 18

MATERI 1

PELAYANAN KESEHATAN PADA BAYI DAN ANAK


A. Perawatan Kesehatan pada Bayi dan Balita

1. Defenisi
Pemeliharaan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada bayi dan anak Balita dengan penekanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan preventif serta pengobatan sebagai
pertolongan pertama dan upaya pemulihan kesehatan ke sarana kesehatan.
2. Perawatan kesehatan bayi
a. Makan
Bayi hanya memerlukan ASI atau susu formula, sampai usia 6 bulan
b. Tidur
Bayi perlu banyak tidur. Untuk membantu bayi anda tidur ketika anda ingin tidur, sediakan lingkungan yang nyaman dan atur posisi bayi anda telentang ketika tidur.
c. Defekasi
Bayi anda dapat defekasi 1 atau 4 kali perhari.
d. Berkemih
Bayi akan BAK minimal 4 sampai 5 popok perhari.
e. Perawatan kulit
Ketika mengganti popok, bersihkan bokong bayi dengan sabun dan air. Hindari penggunaan bedak dan krim wangi
untuk membantu mencegah ruam akibat popok.
f. Keamanan
Jaga keamanan bayi semaksimal mungkin sama seperti selama bulan- bulan pertama.
g. Tanda-tanda bahaya
Hubungi dokter anak/bidan dengan segera jika :
◦ Bayi menjadi lesu, tidak mau makan, atau memperlihatkan perilaku yang luar biasa.
◦ Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama.
◦ Bayi tidak defekasi selama 48 jam.
◦ Tali pusat mengeluarkan bau tidak enak atau mengeluarkan pus
◦ Suhu bayi dibawah 36°C atau diatas 38°C
◦ Bagian putih mata bayi menjadi kuning dan warna kulit tampak kuning, coklat.
h. Bayi selalu bersama dengan Ibu
i. Jaga bayi selalu dalam keadaan bersih, hangat dan kering
j. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
3. Perawatan Kesehatan Anak Balita
Bidan yang bekerja dikomunitas melakukan kegiatan pelayanan kesehatan anak balita di rumah (keluarga),
Puskesmas, Posyandu, Polindes.
◦ Pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala
◦ Pemberian Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya. Serta pemberian Vit A dua kali dalam 1
tahun
◦ Penyuluhan pada orang tua menyangkut perbaikan gizi, lingkungan yang sehat, pengawasan tumbuh dan
kembang anak
◦ Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang timbul pada bayi dan balita
B. Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi dan Balita/Deteksi Dini

1. Defenisi
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran tubuh anak, yaitu anak bertambah besar, berat dan tinggi, organ-organ tubuh bertambah besar dan berat.
Perkembangan adalah : Bertambahnya kemampuan anak sebagai hasil dari proses pematangan organ tubuh. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya.
2. Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang dapat digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar :
a. Kebutuhan Fisik-Biomedis (Asuh) meliputi :
◦ Pangan/gizi, merupakan kebutuhan terpenting
◦ Perawatan kesehatan dasar, antara lain Imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dll
◦ Papan/pemukiman yang layak
◦ Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan
◦ Sandang
◦ Kesegaran jasmani/rekreasi
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang
yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negative pada tumbuh kembang anak baik
fisik, mental maupun sosial emosi.
3. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita

a. Definisi
Merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh
kembang dan mengetahui serta mengenal faktor risiko (fisik, biomedik,psikososial) pada balita.
b. Kegunaan deteksi disni tumbuh kembang Balita
Kegunaannya adalah untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang balita secara dini, sehingga upaya pencegahan,
upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin
pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang.
c. Pelaksanaan deteksi dini
Kegiatan ini dapat dilakukan di pusat-pusat pelayanan kesehatan, di posyandu, di sekolah-sekolah dan dilingkungan
rumah tangga
d. Alat untuk melakukan deteksi dini
Macam-macam tes skrining yang digunakan adalah :
◦ Berat badan menurut umur
◦ Pengukuran lingkaran kepala anak
◦ Denver Development stress test (DDST)
◦ Kuisioner perilaku Anak Prasekolah (KPAP)
◦ Tinggi/panjang badan (TB) terhadap umur
C. Immunisasi

1. Defenisi
Immunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kekebalan tubuh manusia terhadap
penyakit tertentu.
2. Penyakit yang dapat dicegah dengan Immunisasi
◦ Difteri
◦ Pertusis
◦ Tetanus
◦ Polromyelitis
◦ Campak
◦ Hepatitis B
3. Kebijakan Immunisasi
◦ Jangkauan pelayanan ditingkatkan
◦ Semua Puskesmas dan Pustu memberikan pelayanan Immunisasi
◦ Skrining secara ketat dilaksanakan untuk menghindarkan hilangnya kesempatan Immunisasi.
◦ Pelaksanaan program dilakukan secara steril digunakan untuk tiap suntikan
◦ Satu jarum dan satu syaringe steril digunakan untuk tiap suntikan
◦ Penyuluhan dilakukan untuk menunjang program
◦ Dampak program terhadap penyakit yang dapat diatasi melalui Immunisasi
◦ Pemantauan kegiatan Immunisasi secara lintas sektor dan lintas program
peningkatan pelayanan kesehatan BBL, bayi, dan anak
balita menjangkau seluruh sasaran
A. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
◦ Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam setelah lahir.
◦ Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah
lahir.
◦ Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah
lahir.
B. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan
kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
◦ Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
◦ Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.
◦ Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan.
◦ Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan.
◦ Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui
sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan
kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang.
C. Pelayanan kesehatan anak balita

Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
◦ Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada
Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di
bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
◦ Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun.
Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi
dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam
gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
◦ Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
◦ Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
◦ Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.
Peningkatan deteksi dini resiko/komplikasi kebidanan dan BBL
oleh tenaga kesehatan maupun masyarkat
A. Pengertian Deteksi Dini

Deteksi dini resiko kehamilan adalah usaha menemukan seawal mungkin adanya kelainan,
komplikasi dan penyulit kehamilan serta menyiapkan ibu untuk persalinan normal.
Deteksi dini dalam pelayanan antenatal adalah mengarah pada penemuan ibu hamil beresiko
agar dapat ditangani secara memadai sehingga kesakitan atau kematian dapat dicegah.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya deteksi dini seseorang terhadap
komplikasi kehamilan

◦ Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendukung perilaku ibu dalam


upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi lebih mudah memperoleh informasi tentang kesehatan.
◦ Informasi

Menurut Snehandu B.Kar (Notoatmodjo, 2003) informasi tentang kesehatan


mempengaruhi seseorang dalam hal upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Upaya deteksi dini seseorang yang rendah disebabkan karena
tidak atau kurangnya memperoleh informasi yang kuat.
◦ Budaya

Menurut WHO (Notoatmodjo, 2003) upaya deteksi dini seseorang juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang
lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama.
◦ Sosial Ekonomi

Menurut WHO (Notoatmodjo, 200 3) faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Status ekonomi
keluarga juga berperan bagi seseorang dalam mengambil keputusan bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
C. Upaya yang dapat dilakukan ibu dalam deteksi dini terhadap komplikasi
kehamilan

◦ Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu,


Puskesmas, Rumah Sakit paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.

◦ Dengan mendapat imunisasi TT 2x.

◦ Bila ditemukan kelainan-kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering


dan lebih intensif.

◦ Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi gizi seimbang

◦ Hal-hal yang dapat dilakukan seorang ibu untuk menghindari terjadinya


komplikasi kehamilan:
◦ Dengan mengenal tanda-tanda bahaya kehamilan secara dini.
◦ Segera Posyandu, Puskesmas, atau Rumah Sakit terdekat bila ditemukan
tanda-tanda bahaya kehamilan tersebut

Anda mungkin juga menyukai