Anda di halaman 1dari 30

TRANSLATION I

Suyarmanto
Sastra inggris
pengertian
• Penerjemahan yaitu upaya mengalihkan ( reproducing,
rendering, a process of finding) teks (message, the meaning,
utterance, style) bahasa sumber dengan teks yang sepadan
dalam bahasa sasaran
• Newmark (1988) mengajukan dua kelompok metode
penerjemahan : (1) metode yang memberikan penekanan
terhadap Bsu; (2) metode yang memberikan penekanan pada
Bsa. Dalam metode yang pertama penulis berupaya
mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya makna
kontekstual penulis Tsu, meskipun dijumpai hambatan
sintaksis dan semantik pada Tsa. Dalam metode kedua,
penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang relative
sama dengan yang diharapkan oleh penulis pembaca versi
Bsu.
Metode penerjemahan yang lebih berorientasi pada bahasa
sumber (Bsu) yang dipaparkan oleh Machali.

a. Penerjemahan kata demi kata


• Metode penerjemahan ini digunakan dengan langsung
meletakan kata Tsa dibawah kata dalam Tsu. Kata-kata dalam
Tsu diterjemahkan diluar konteks, dan kata-kata yang bersifat
cultural dipindahkan apa adanya. Jadi, dalam proses
penerjemahan , metode ini dapat terjadi pada tahap analisis
atau tahap awal pengalihan.
b. Penerjemahan harfiah
• Metode penerjemahan ini dilakukan dengan cara mencari
unsur gramatikal Bsu yang terdekat dengan Bsa, tetapi
penerjemahn leksikal atau kata-katanya dilakukan terpisah
dari konteks.Metode ini dapat digunakan pada tahap awal
pengalihan,sehingga penerjemah dapat melihat masalah yang
harus diatasi.
c. Penerjemahan setia
• Metode penerjemahan ini digunakan dengan cara
mereproduksi kontekstual Tsu dengan masih dibatasi oleh
struktur gramatikal nya. Penerjemahan ini berpegan dari
maksud dan tujuan Tsu, sehingga hasil terjemahnnya kadang-
kadang dapat tersa “kaku” dan “asing”
Metode penerjemahan dapat lebih ditekankan kepada Bsa.

a. Adaptasi (termasuk saduran)


• Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan
paling dekat dengan Bsa. Istilah saduran dapat dimasukan disini
asalkan penyadurannya tidak menghilangkan hal-hal penting dalam
Tsu, misalnya tema, karakter maupun alur. Biasanya adaptasi sering
digunakan dalam penerjemahan drama atau puisi.
b. Penerjemahn bebas
• Metode penerjemahan ini merupakan penerjemahn yang
mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks Bsu.Metode ini
sering dipakai dalam media massa. Hasi terjemahan dengan metode
ini biasanya berubah sama sekali dikarenakan penggunaan dan
kegunaannya yang sangat khusus. Beberapa ahli menilai hasil
terjemahan ini sebakai karya nonterjemahan. Jadi, meskipun
Newmark sendiri menyebutnya sebagai metode dalam
penerjemahan, ia sendiri pun keberatan menyebutnya sebagai
hasilnya sebagai terjemahn dikarenakan perubahan yang drastis
tersebut.
c. Penerjemahan idiomatis
• Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks Bsu,
tetapi sering menggunakan kesan keakraban dan ungkapan
idiomatis yang tidak didapati pada versi aslinya.Dengan
demikian, banyak terjadi distorsi makna. Namun beberapa
pakar penerjemahan menyukai metode o\ini karena dianggap
“alami” dan “hidup”
d. Penerjemahan komunikatif
• Sesuai dengan namanya, metode ini memperhatikan prinsip-
prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan
penerjemahan. Jadi metode ini mengupayakan reproduksi
makna kontektual yang sedemikian rupa sehingga baik aspek
kebahasaan maupun aspek isinya langsung dapat dimengerti
oleh pembaca.

perbedaan

• Perbedaan antara metode dan prosedur terletak pada satuan


penerapannya. Metode penerjemahan berkenaan dengan
keseluruhan teks, sedangkan prosedur penerjemahn berlaku
untuk kalimat dan satuan-satuan bahasa yang lebih kecil
seperti klausa, frase, kata, dan sebagainya

• Oleh karena itu, akan dipaparkan beberapa prosedur


penerjemahan yang diambil dari teori yang dipaparkan oleh
Catford ( 1965), Nida (1982) dan Larson(1984)
Oleh karena itu, akan dipaparkan beberapa prosedur
penerjemahan yang diambil dari teori yang dipaparkan oleh
Catford ( 1965), Nida (1982) dan Larson(1984)

• a. Pergeseran bentuk atau (transposisi)


• Prosedur transposisi atau yang disebut shift oleh Catford
(1965)dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pergeseran
tataran dan pergeseran kategori . Pergeseran tataran terjadi
bila transposisi menghasilkan unsur Bsa yang berbeda
tataranya, yaitu tataran fonologi, grafologi, gramatikal, dan
leksikal dengan unsur Bsu. Pergeseran kategori terjadi bila
transposisi menghasilakn unsur Bsa yang berbeda dari segi
struktur, kelas kata, unit, dan sistemnya. Ada empat jenis
pergeseran bentuk yang akan dibahas dibawah ini:
1. Pergeseran bentuk jenis pertama
• a. Beberapa nomina jamak dalam bahasa Inggris menjadi
tunggal dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
a pair of scissors sebuah gunting
a pair of trousers sebuah celana
a pair of glasses sebuah kaca mata
• b. Pengulangan ajektiva atau kata sifat dalam bahasa
Indonesia yang maknanya menunjukan variasi yang tersirat
dalam ajektiva menjadi penjamakan nominanya dalam bahasa
Inggris.
Contoh:
Tsu: Gedung di Jakarta bagus-bagus
Tsa: The buildings in Jakarta are built beautifully
• c. Ajektiva+ nomina menjadi nomina + pemberi sifat
Contoh:
Tsu: greedy boy
Tsa: anak laki (yang) rakus

• Demikian juga kalau ajektivanya dibentuk dari verba sperti dalam


frase living cell = sel-sel yang hidup, atau frase yang kata sifatnya
merupakan gabungan seperti dalam longdeceased people = orang
yang sudah lama meninggal. Namun, apabila frase nominal itu berisi
sederetan kata sifat dan kata bilangan, maka yang terjadi adalah
bahwa penerjemahannya dimulai dari ajektiva yang paling dekat
dengan nominanya dan bergerak ke depan (yaitu ke kiri)
Contoh:
Tsu: Two splendid modern electric pan
1 2 3 4
Tsa: Dua (buah) panci listrik modern yang bagus sekali
4 3 2 1
`
• 2. Pergeseran jenis kedua
• Pergeseran jenis kedua ini dilakukan jika suatu struktur
gramatikal Bsu tidak ada dalam Bsa, seperti dalam contoh-
contoh dibawah ini. Pergeseran bentuk jenis ini selalu
menyiratkan adanya pilihan ( versi Bsa-nya yang berterima
dapat lebih dari satu)

a. Peletakan objek di latar depan dalam bahasa Indonesia tidak


ada dalam konsep struktur gramatikal bahasa Inggris, kecuali
dalam kalimat pasif atau struktur khusus, sehingga terjadi
pergeseran bentuk menjadi struktur kalimat berita biasa.
Contoh:
TSu: Meja itu harus kita angkat.
TSa: We must raise the tabl.
b. Peletakan verba di latar depan dalam bahasa Indonesia tidak
lazim dalam struktur bahas Inggris, kecuali dalam kalimat
imperative. Maka, padanannya memakai struktur kalimat berita
biasa.
Contoh:
TSu: berbeda penjelasannya.
TSa: the explanation differs.

TSu: Telah disahkan penggunannya.


TSa: its usage has been approved.
• 3. Pergeseran bentuk jenis ketiga
• Pergeseran jenis ketiga terjadi apabila suatu ungkapan
dalam Bsu dapat diterjemahkan secara harfiah dalam Bsa
melalui cara gramatikal, tetapi padanannya kaku dalam Bsa,
seperti dalam contoh-contoh berikut:
a. Nomina /frase nominal dalam Bsu menjadi verba dalam Bsa.
Contoh:
TSu: to train intellectual men for the pursuits of an intellectual
life.
TSa: melatih para intelektual untuk mengejar kehidupan
intelektual.

Jika frase di atas diterjemahkan secara harfiah maka bunyinya


akan menjadi melatih para intelektual untuk pengejaran
kehidupan intelektual. Namun frase ini terasa kaku dalam
bahasa Indonesia.
b. Gabungan ajektiva bentukan dengan nomina atau frasa
nominal dalam Bsu menjadi nomina + nomina dalam Bsa.

Contoh:
Bahasa Inggris bahasa Indonesia
Adj + nomina nomina + nomina
____________________________________________
Mechanical technique teknik mekanik
Medical student mahasiswa kedokteran
c. Klausa dalam bentuk partisipun( bergaris bawah) dalam Bsu
dinyatakan secara penuh dan eksplisit dalam Bsa.

Contoh:
(i) TSu: The approval signed by the lawyer is valid
TSa: Persetujuan yang ditandatangani oleh.....

(ii) TSu: The cells carrying the germ are dangerous


TSa: Sel-sel yang membawa/mengandung......
d. Frase nominal dengan ajektiva bentukan dari verba (tak)
transitif dalam Bsu menjadi nomina + klausa dalam Bsa.

Contoh:
Ajektiva + nomina nomina + klausa
___________________________________________
Lending bank bank yang memberikan pinjaman

thinking person orang yang berpikir


e. Semua struktur yang oleh Catford (1965) disebut pergeseran
kelas adalah transposisi atau pergeseran bentuk jenis ketiga ini:

Contoh:
(i) TSu: I disavow any knowledge of their plot
TSa: saya menyangkal mengetahui apapun tentang
persekongkolan mereka
( nominaverba)
(ii) TSu: The neighbours were hostile to the family
TSa: Para tetangga itu memusuhi keluarga tersebut
( ajektivaverba)
(iii) TSu: It was an arduous climb up the mountain
TSa: sungguh sukar mendaki gunung itu
( nomina verba)
4. Pergeseran jenis keempat
Pergeseran bentuk ini dilakukan dengan maksud mengisi
kesenjangan leksikal (termasuk peranti gramatikal yang
mempunyai fungsi tekstual, seperti /-lah/, /-pun/) dalam Bsa
dengan menggunakan suatu struktur gramatikal. Berkut ini
adalah beberapa contoh:
a. Suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam Bsu yang
dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam Bsa.

Contoh:
TSu: Perjanjian inilah yang diacu
Tsa: It is this aggreement which is referred to (not anything
else)adept
b. Pergeseran unit dalam istilah Catford (1965) termasuk dalam
transposisi atau pergeseran bentuk, misalnya dari kata menjadi
klausa, frasa menjadi klausa, dan sebagainya, yang sering kita
jumpai dalam penerjemahan kata-kata lepas bahasa Inggris
sebagaimana dicontohkan berikut:

Contoh: (dari kata menjadi frasa)


(i) adept = sangat terampil
(ii) deliberate = dengan sengaja, tenang dan berhati-
hati
(ii)skillfull = dengan mahir
b. Pergeseran Makna (modulasi)
Prosedur modulasi dijelaskan antara lain oleh Hoed ( 1993) dan
Machali (1996).Kedua pakar ini mengemukakan prosedur
modulasi yang berbeda. Menurut Hoed (1993), modulasi dapat
dibagi atas dua kelompok yaitu penggeseran sudut pandang dan
penggeseran cakupan makna. Penggeseran sudut pandang
terjadi apabila unsur Bsu memperoleh padanan Bsa yang
berbeda sudut pandangnya. Penggerseran cakupan makna
terjadi jika unsur Bsa memperoleh padanan Bsa yang berbeda
cakupan maknanya. Sementara itu, Machali didasarkan atas
pandangan Newmark (1988) membagi modulasi menjadi
modulasi wajib dan modulasi bebas. Modulasi wajib dilakukan
apabila suatu kata, frasa, atau struktur, tidak ada padanannya
dalam Bsa, sehingga perlu dimunculkan. Modulasi bebas adalah
prosedur penerjemahan yang dilakukan karena alasan
nonlinguistik, misalnya untuk memperjelas makna,
menimbulkan kesetalian dalam Bsa, dan mencari padanan yang
terasa alami dalam Bsa.
Berikut ini adalah contoh-contoh dari modulasi wajib:

1. Pasangan kata dalam Bsu yang hanya salah satunya saja ada
padanannya dalam Bsa.

Contoh: kata lessor dan lesse dalam bahasa Inggris.


Biasanya kata lesse diterjemahkan sebagai penyewa tetapi
padanan untuk kata lessor tidak ada. Maka, padanannya dapat
dicari dengan mengubah sudut pandangnya atau dicari
kebalikannya. Orang/pihak yang meyewakan atau pemberi
sewa.
2. Struktur aktif dalam Bsu menjadi pasif dalam Bsa dan
sebaliknya.

Contoh:
(i) infinitive of purpose dalam bahasa Inggris:
TSu: The problem is hard to solve.
Tsa: Masalah itu sukar (untuk) dipecahkan (kata “untuk”
bersifat mana suka).

(ii) Konstruksi pasif nol dalam bahasa Indonesia menjadi


konstruksi aktif dalam bahasa Inggris .
TSu: Laporan itu akan saya sampaikan besok pagi.
Tsa: I will submitt the report tomorrow morning.
3. Struktur subyek yang dibelah dalam bahasa Indonesia perlu
modulasi dengan menyatukannya dalam bahasa Inggris.

Contoh:
(i) TSu: Buku tersebut telah disahkan penggunannya oleh
Depag.
Tsa: The use of the book has been approved by Depag.

(ii) TSu: Gerakan Non-Blok dituntut perannya


Tsa: The role of the Non-aligned Movement has been
pursued.
Modulasi wajib juga terjadi pada penerjemahan kata yang hanya
sebagian aspek maknanya dalam Bsu dapat diungkapkan dalam
Bsa, yaitu dari makna bernuansa khusus ke umum, seperti
dalam contoh-contoh berikut:
Society = masyarakat (hub.sosialnya,dsbg)
Community = masyarakt (kelompok orangnya)
Jadi kata bernuansa khusus dalam bahasa Inggris diterjemahkan
menjadi kata bernuansa umum dalam bahasa Indonesia.
Modulasi bebas adalah prosedur penerjemahan yang dilakukan karena
alasan nonlinguistis, berkut ini adalah contoh-contohnya:
1. Menyatakan secara tersirat dalam Bsa apa yang tersirat
dalam Bsu.
Contoh:
TSu: environmental degradation
TSa: penurunan mutu lingkungan
(konsep mutu tersirat dalam Bsu)
Dalam dunia penerjemahan, gejala ini disebut gejala
eksplitasi,yakni memperjelas apa yang tersirat dalam makna.
Namun gejala eksplitasi ini dapat terjadi sebaliknya, misalnya:
TSu: These conflicts, which more often than not have regional
causes......” (perhatikan yang bergaris bawah
TSa: Konflik-konflik ini, yang lebih sering disebabkan oleh
sebab-sebab regional...(Perhatikan bahwa penerjemah
tidak menerjemahkan kata-kata than not)
2.Frase preposisional sebab akibat dalam Bsu menjadi klausa
sebab akibat dalam Bsa.

Contoh:
TSu: We all suffer from the consequences of moral degradation
Tsa: Kita semua menderita karena (adanya) penurunan moral.

3. Bentuk negatif ganda dalam Bsu menjadi positif dalam Bsa.

Contoh:
TSu: conflicts are bound to occur
TSa: Konflik militer tak urung terjadi juga
2. Frase preposisional sebab akibat dalam Bsu menjadi klausa
sebab akibat dalam Bsa.

Contoh:
TSu: We all suffer from the consequences of moral degradation
Tsa: Kita semua menderita karena (adanya) penurunan moral.

3.Bentuk negatif ganda dalam Bsu menjadi positif dalam Bsa.

Contoh:
TSu: conflicts are bound to occur
TSa: Konflik militer tak urung terjadi juga
c. Adaptasi
Adaptasi adalah pengupayaan padanan kultural antara dua
situasi tertentu (Newmark, 1988). Beberapa ungkapan kultural
yang konsepnya tidak sama antara Bsu dan Bsa memerlukan
adaptasi. Misalnya: salam resmi pembuka surat Dear Sir dalam
bahasa Inggris diterjemahkan menjadi ‘Dengan hormat’, bukan
‘Tuan yang terhormat’ (Hoed, 1976)

d. Pemadanan Berkonteks (Contextual Meaning)


Pemadanan berkonteks adalah penempatan suatu informasi
dalam konteks agar maknanya jelas bagi si penerima informasi
atau berita . Menurut Machali (1996) semakin kaya konteks
suatu berita ( yang terwujud dalam kaliamt), semakin kecil
kemungkinan salah informasi.
e. Pemadanan Bercatatan
Apabila semua prosedur penerjemahan yang telah disebutkan
tidak dapat menghasilkan padanan yang diharapkan, maka
langkah yang dapat dilakukan adalah dengan pemadanan
bercatatan. Hal ini berlaku misalnya dalam penerjemahan kata
atau ungkapan yang padanan leksikalnya sama sekali tidak ada
dalam Bsa seperti kata angklung,batik, gado-gado, maka
penerjemahannya dapat dilakukan dengan memberinya catatan(
baik sebagai catatan kaki maupun sebagai catatan akhir).
Contoh:
TSu: kebaya is a traditional uniform used by javanese woman.
Tsa: Kebaya adalah pakaian tradisional wanita jawa.
(note: a long-sleeved blouse worn over the kain or skirt-
wrapping)
f. Transferensi (Transference)
Transferensi adalah pengalihan nilai-nilai yang terdapat dalam
Bsu melalui unsur bahasa yang digunakan untuk mewakilinya
dalam Bsa. Salah satunya adalah berupa pemindahan unsur Bsu
ke dalam Bsa seperti apa adanya. Pada tataran teks,
kesepadanan dapat dinilai berdasarkan kesesuaian antara
metode yang digunakan penerjemah dari jenis teks yang
diterjemahkan. Kata-kata yang dipindahkan tersebut, kemudian
menjadi kata pinjaman dalam Bsa.

Anda mungkin juga menyukai