KESEHATAN DALAM PRESPEKTIF AGAMA AGAMA ISLAM SANGAT MENGANJURKAN PENTINGNYA KESEHATAN KESEHATAN JIWA/ROHANI DAN RAGA/JASMANI KESUCIAN ROHANI DAN JASMANI PENCERAHAN QALBU/ PENYUCIAN JIWA PENTINGNYA AGAMA DALAM KESEHATAN WHO 1947 WHO … Sehat : 3 aspek Sehat fisik (organo biologik)
Sehat mental (psikologik)
Sehat sosial
1984 3 aspek di atas + aspek spiritual (agama)
Dengan rumusan bio-psycho-sosio- spiritual
APA (American Psychiatric Association) Doa dan Zikir Doa, adalah permohonan yang dipanjatkan kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pengampun Zikir, adalah mengingat Allah dgn segala sifat2nya Doa dan Zikir adalah sesuatu dalam bentuk ucapan amalan dalam bentuk lisan ataupun dalam hati yang berisikan permohonan Doa dan Zikir Dari segi ilmu kesehatan jiwa, doa dan zikir mengandung unsur psikoterapeutik yang mendalam yang mengandung kekuatan spiritual dan kerohanial yang dapat membangkitkan RASA PERCAYA DIRI dan RASA OPTIMISME dua hal yang sangat esensial bagi proses penyembuhan suatu penyakit. Doa dan Zikir Dokter dengan terapi mediknya hanyalah mengobati pasien, sedangkan yang menyembuhkan sesungguhnya adalah Allah swt. QS Asysyuara (26): 80 ﴾٨٠﴿ ين ُ َو ِإذَا َم ِرض ِ ْت فَ ُه َو يَ ْش ِف
dan apabila aku sakit Dialah yang
menyembuhkan Beberapa contoh yang merupakan hasil penelitian dimensi religi yang merupakan hasil penelitian yang diintegrasikan dengan terapi medik-psikiatrik Studi epidemiologik (Lindenthal, 1970 dan Star, 1971) Penduduk yang religius (beribadah, berdoa dan berzikir) risiko untuk mengalami stres, cemas, dan depresi jauh lebih kecil dari pada mereka yang tidak religius dalam kehidupan sehari-harinya 72 % responden menyatakan : terdapat hubungan positif antara komitmen agama dan kesehatan jiwa Foglio dan Brody (1988) Banyak dokter yang mengabaikan dimensi agama, sedangkan dimensi religi merupakan salah satu kebutuhan dasar pasien, selaiin terapi medik-psikiatrik. 88% pasien psikiatik dan 76 % pasien umum dilaporkan membutuhkan terapi psiko-religius. Stinnet dan John DeFrain ( 1987) Pasangan yang berpegang pada agama dalam kehidupan keluarga menduduki peringkat tertinggi bagi keberhasilan dan kebahagiaan dalm berumah tangga Pasangan yang dalam kehidupan sehari-hari tidak berpegang pada agama menduduki peringkat tertinggi untuk kegagalan dan ketidak bahagiaan dalam berumah tangga Survey nasional di USA ( McNichol, 1997) 63 % responden menginginkan dokternya membahas aspek spiritual/keimanan mereka, dan ternayata hanya 10% dokter yang mampu memenuhi permintaan pasien Hal ini disebabkan para dokter selama pendidikannya tdk dilengkapi dng pengetahuan agama. Pendekatan Agama pada gangguan jiwa Dalam hubungan antara agama dan kesehatan (kesehatan jiwa), Cancellaro, Larson, dan Wilson (1982) telah melakukan penelitian terhadap 3 kelompok ( dalam hal riwayat keagamaan mereka) 1. alkoholik kronik 2. drug addict kronik 3. schizophrenia Hasil penelitian Hasil menunjukkan bahwa ternyata pada kelompok kontrol lebih konsisten dalam keyakinan agamanya dan pengalamannya dibanding dengan ketiga kelompok tsb. Menunjukkan bahwa agama dapat berperan sebagai pelindung daripada sebagai penyebab masalah agama (religion may have actually been protective rather than problem producing) Hasil penelitian serupa Daum dan Lavenhar (1980) Mereka yg tdk menganut agama atau tidak pernah menjalankan ibadah keagamaan di usia remaja mempunyai risiko tinggi dan tendensi ke arah penyalagunaan obat/narkotik 89% dari alkoholik telah kehilangan minat agama pada usia remaja sedangkan pada kontrol 48% minat thd agama naik dan 32% tdk mengalami perubahan minat Hasil penelitian Dari ketiga kelompok tadi dilaporkan bahwa hilangnya minat agama pada penderita schizophrenia lebih rendah dibanding kelompok lainnya. Dalam menjalankan ibadah kelompok schizophrenia lebih malas dgn kelompk kontrol. Didapatkan bahwa hal ini disebabkan krn ketidak harmonisan keluarga. Penderita Schizophrenia Pengajaran agama bagi pdrt schizophrnia, Tuhan dianggap sebagai sosok yang suka menghukum dan bertindak kasar (73%), sdgkn pada kontrol, Tuhan digambarkan sebagai sosok yang penuh kasih sayang dan baik hati (70%) (Wilson, Larsen and Meier, 1983) Kaitan komitmen agama dengan kesehatan fisik Larson (1989): orang yang rajin menjalankan ibadah keagamaan dan religiutasnya tinggi, tekanan darahnya lebih rendah dibanding yang tidak rajin beribadah. Sebaliknya, orang dengan tekanan darah tinggi beranggapan bahwa agama tidak penting dan mereka tidak ikut kegiatan keagamaan. Dalam hal pencegahan dan penyembuhan penyakit Kelompok yang menjalankan kegiatan keagamaan secara rutin memiliki risiko lebih rendah untuk terkena gangguan cardiovasculer. Peneliatian dari House, Robbins, dan Metzner, 1984) pada 2.700 orang (8 – 10 thn): yang mempunyai risiko yang sama, angka mortalitas lebih rendah pada kelompok yang rajin mengunjungi tempat ibadah. Studi kasus pada orang lansia Mereka yang kurang religius angka mortalitasnya lebih tinggi dua kali dibanding kelompok yang religius. Pada penelitian ini variavel-variabel seperti status marital, jenis kelamin,umur, taraf kesehatan pada umumnya, penghasilan, pendidikan, suku bangsa, kesemua variabel tsb sdh dikendalikan. (Zuherman, Kals, and Ostfiet, 1984) Dari berbagai penelitian Hubungan antara komitmen agama dan kesehatan, menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kelompok yang menjalankan ibadah keagamaan dengan kesehatan Dari 200 penelitian epidemiologik Didapatkan adanya hubungan yang positif antara agama dan kesehatan fisik a.l. Kanker rahim, cervix,dan Kanker kandungan lainnya (non uterine cancer) Radang usus/ Colitis dan Enteritis Penyakit cardiovasculer Hipertensi dan stroke Status Kesehatan Umum Morbiditas dan mortalitas Dalam hal kemampuan mengatasi penderitaan dan penyembuhan Pada mereka yang kuat religiusnya dan pengalaman agamanya, ternyata lebih kuat mentalnya dan kurang mengeluh depressi dan lebih cepat dapat berjalan bila dibanding dengan mereka yang kurang atau tidak mempunyai komitmen agama ( Pressman et al., 1990) Demikian pula rasa nyeri dalam proses penyembuhan , ternyata mereka yang religius lebih tahan dan mampu mengatasinya (Sherril and Larson, 1988) Kaitan komitmen agama dengan kesehatan jiwa Telah dilakukan penelitian epidemiologik yang luas untuk mengetahui sejauhmana penduduk menderita psychological distress. Disimpulkan: Mereka yang religius jauh kurang menderita stres dibanding dengan kelompokpenduduk yang tidak/kurang religius. Komitmen agama seseorang menunjukan peningkatan taraf kesehatan jiwanya (Lindenthal et al, 1970; Stark, 1971) Penelitian Chu and Klein, 1985) Terapi keagamaan/ interfensi religi pada kasus-kasus gangguan jiwa ternyata juga membawa manfaat. Angka rawat inap pada penderita schizophrenia yang mengikuti kegiatan keagamaan lebih rendah dibanding yang tidak. Para penderita yang diikut sertakan dalam berbagai kegiatan keagamaan (ibadah, sembahyang, sholat) menunjukkan hasil yang nyata dalam penurunan berbagai gejala-gejala psikiatrik. (Martin, 1984; Finney and Mahoney, 1985; Griffith, Mahy, and Young,1986) Selain itu juga terbukti bahwa komitmen agama menurunkan angka kematian karena bunuh diri. Mereka yang tidak mengikuti kegiatan keagamaan mempunyai risiko 4 kali untuk bunuh diri dibanding yang religius. (Comstock and Partrige, 1972) Pandangan Psikiater Psikiater negara maju: Pelayanan kesehatan jiwa, lebih terpaku pada hal-hal yang ilmiah dan orientasi biologik semata, sementara itu secara bersamaan dituntut suatu pelayanan yang pendekatannya lebih kepada multi dimensional dan manusiawi. Psikiatri di negara maju dianggap gagal dalam memahami manusia seutuhnya, terutama dimensi spiritual manusia, tidak jarang mereka terpana krn ketidak tahuannya akan dinamika spiritual/kerohanian, tidak saja terhadap pasieannya, tetapi juga pada diri mereka sendiri. Dengan mengabaikan aspek spiritual atau kerohanian pasien, sesungguhnya banyak kerugian yang bisa timbul, misalnya kesalahan diagnosis , pengasingan pasien. Hingga kini sebagian besar psikiater di negara maju masih resisten terhadap aspek spiritual ini. Sebahagian masih beranggapan bahwa komitmen agama dalam psikiatri adalah harmful daripada beneficial. Untuk itu perlu perubahan pandangan agar lebih memahami manusia dan menghargainya. (manusia sebagai mahluk bio-psiko- sosio-spiritual). Aspek spiritual adalah suatu kebutuhan dasar manusia (basic spiritual needs) Dalam dekade akhir abad 19, Ilmu pengetahuan modern telah dikuasai oleh dunia Barat. Sejak saat itu agama telah tersisihkan, tidak mendapatkan tempat di negara dan universitas, dan isu agama dalam kehidupan manusia ditinggalkan karena tidak atas dasar ilmiah Akan tetapi ilmu pengetahuan modern dan psikiatri modern kini menampakkan kekurangan-kekurangannya, begitu banyak temuan-temuan baru yang menunjukkan kekurangannya. Banyak permasahan manusia yg tak bisa terjawab oleh ilmu pengetahuan dan psikiatri modern. Maka kini orang mulai beralih orientasi kepada pendekatan elektik-holistik di bidang ilmu kedokteran. Di dalam konteks pendekatan yang baru ini, maka AGAMA yang terpinggirkan selama ini, kembali menjadi perhatian central. Konteks yang baru ini dalam arti multireligi, multikultural, dan wajah AGAMA tidak lagi nampak traditional seperti sebelumnya, melainkan dengan wajah baru yang lebih inovatif namun tetap pada akidah dasar yang tetap abadi. Setiap orang apakah ia orang yang beragama atau sekuler sekalipun, mempunyai kebutuhan dasar yang sifatnya kerohanian (spiritual needs). Setiap orang membutuhkan rasa aman, tenteram, terlindung, bebas dari rasa cemas, dpressi, stres dan sejenisnya. Bagi mereka yang beragama, kebutuhan rohani ini dapat diperoleh lewat AGAMA, namun mereka yang sekuler akan menempuh lewat penyalagunaan obat, alkohol dan zat adictif lainnya. Terapi jiwa yang tidak tenang Kegelisah, kecemasan, jiwa yang tidak tenang dapat diatasi tidak hanya dengan obat- obat penenang, anti cemas, namun yang terpenting adalah dengan senantiasa mengingat Allah, hati akan jadi tenang. ….Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (Q.S. ar.Ra’d13:28) Kesimpulan Melihat hasil dari berbagai penelitian ilmiah klinis yang mencari hubungan antara komitmen agama dengan kesehatan (fisik dan jiwa), ditemukan indikasi yang kuat bahwa komitmen agama mampu mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, atau mempertinggi kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan dan mempercepat proses penyembuhan. H.A.M. dalam prespektif AGAMA Agama sebagai sebuah system kepercayaan kepada Ilahi dan tanggapan iman kepadaNYA Agama mengajarkan cinta-kasih-sayang antara Pencipta dan yang diciptakan . Antara manusia dan seluruh alam. Agama bisa menjadi rahmat bagi sesama, sealam semesta bila moralitas dan cintakasih menjadi jantung kehidupan beragama AJARAN AGAMA Ajaran agama yang menekankan cinta-kasih- sayang menampilkan wajah agama yang sejuk, ramah, yang mengajarkan nilai-nilai luhur, menghargai dan menyenangkan sesama di tengah kehidupan bersama. Agama yang berwajah demikian menjadi daya pemikat tersendiri bagi yang memandang dan yang memeluknya Pemerintah hendaknya menjadikan AGAMA sebagai landasan etis-moral dan spiritual dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasayarakat Pemerintah hendaknya menjunjung tinggi peran AGAMA dan berupaya meningkatkan dan menfasilitai pelayanan, pengamalan dan penghayatan ajaran AGAMA bagi setiap pemeluknya. Pemerintah c.q. Departemen Agama merupakan lembaga utama sebagai Fasilitator pembangunan kehidupan keagamaan dan kerukunan ummat beragama. Dengan demikian diharapkan, warga negara Indonesia dapat hidup semakin sejahtera, aman, damai dan demokratis. MASALAH Kurangnya internalisasi (penghayatan) inti ajaran agama sehingga kehidupan beragama (religiositas) terkesan belum menjunjung tinggi Hak-hak Asasi Manusia. Masih ada sekelompok orang yang mengatasnamakan AGAMA untuk merugikan hak-hak asasi orang lain. Padahal substansi agama itu sendiri sangat menhargai kemanusiaan atau HAM MASALAH Kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menyalagunakan AGAMA yang terjadi ini sangat merugikan warga masyarakat lainnya, dan bahkan tindakan tersebut mencederai wajah agama yang menganjurkan cinta-kasi-sayang terhadap Sang Pencipta dan Sesama. Kekerasan dan rendahnya toleransi sangat mewarnai kehidupan beragama. Kondisi seperti ini sangat meredupkan image agama yang menampilkan kedamaian, solidaritas dan harapan akan kebahagiaan dan kesejahteraan HAK ASASI MANUSIA Beragama adalah salah satu Hak Asasi Manusia Dalam menjalankan tugasnya, Negara harus kuat dan tegas menegakkan dan menjamin HAM Pertanyaan Mengapa para penganut agama yang berbeda tidak bisa toleran dan menghargai perbedaan??? Jawabannya adalah: kesulitan menerima perbedaan. Sulitnya menerima perbedaan ini mendorong terjadinya aksi kekerasan dan penganiayaan terhadap orang lain yang berbeda pandangan/agama Seharusnya, perbedaan pendapat itu mutlak ada dan merupakan hak asasi manusia AGAMA hendaknya mampu mendorong pemeluknya untuk menghargai kemanusiaan, tidak sebaliknya malahan merendahkan kemanusiaan itu sendiri HAM Hak-hak yang tercantum dalam undang- undang no 39 th 1999 tentang Hak Asasi Manusia terdiri dari: Hak untuk hidup Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan Hak membangun diri Hak memperoleh keadilan Hak atas kebebasan peribadi Hak atas rasa aman Hak atas kesejahteraan Hak turut serta dalam pemerintahan Hak wanita Hak atas anak HAM dalam prespektif Islam Penghargaan dan penghormatan terhadap manusia, sesungguhnya dapat ditemukan konsepnya dalam sumber agama Islam Yaitu: Wahai manusia kami ciptakan kamu dari lelaki dan perempuan dan kami jadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa kepadaNYA. (Q.S. Al Hujurat:49:13) Q.S. Al Hujurat (49):13
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Kedudukan wanita dalam Islam Fakta sejarah memperlihatkan bahwa perempuan dalam peradaban Yunani, Romawi, India, Cina dan Arab pra Islam tidak mengalami nasib yang mujur. Mereka menjadi obyek kekerasan dan menjadi pemuas nafsu lelaki semata. Perempuan tidak berhak untuk menentukan nasibnya sendiri termasuk dalam hak-hak reproduksi mereka. Mereka dijadikan "benda" yang memuaskan nafsu laki-laki. Kedudukan wanita dalam Islam Lain halnya dengan kondisi perempuan di masa peradaban Islam. Islam datang mengikis habis warisan peradaban jahiliyah yang menyengsarakan perempuan. Dengan serta merta perempuan ditempatkan pada posisi sebagaimana mestinya yang ditentukan Sang Maha Pencipta sebagai manusia mulia. Islam memposisikan perempuan sebagai ibu generasi. Dan sebagai mitra laki-laki, perempuan memiliki kontribusi besar bagi kemajuan bangsa. Hak Wanita Didalam Islam hak-hak asasi manusia dan perempuan sepenuhnya diakui dan dihormati, Walaupun demikian, manusia sebagai kodratinya tetap tidak bisa dipersamakan . misalnya hak hamil, melahirkan dan menyusui tidak bisa laki-laki juga dituntut untuk disamakan. HAK ISTERI Rasulullah pernah ditanya apa saja hak isteri? Rasulullah bersbda: “kamu harus memberinya makan sebagaimana yang kamu makan, memberinya pakaian sebagaimana yang kamu pakai, tidak memukul wajahnya, tidak melecehkan dan tidak memusuhinya dengan meninggalkan rumah” Meskipun demikian, terkadang banyak pula teks-teks yang kelihatannya saling bertentangan antara mengekang dan membebaskan perempuan. Misalnya saja beberapa ulama melarang perempun ke masjid, pada hal masjid adalah pusat pendidikan informasi, politik, dan ekonomi disamping sebagai tempat ibadah. Larangan tersebut biasanya didasarkan pada teks hadis untuk situasi tertentu mengenai ancaman terhadap perempuan yang suka menggoda dengan wewangian yang dikenakannya. Aisyah telah mengkritik fatwa itu dengan mengatakan bahwa hak pergi ke masjid adalah sama antara lelaki dan perempuan Tidak boleh ada perempuan yang dilarang. Jika persoalannya “mengganggu dan menggoda, maka harus ada penertiban untuk keduanya, lelaki dan perempuan, tidak hanya perempuan saja. Relasi lelaki dan perempuan harus ditertibkan dan diarahkan agar tidak terjerumus pada ketertarikan tubuh dan moral rendah. Hak hidup Islam sangat memuliakan jiwa manusia:.. “…Barangsiapa yang membunuh seseorang bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat bencana di muka bumi, maka seakan- akan ia sudah membunuh semua manusia. Dan siapa yang menghidupkan, maka berarti ia telahikut menghidupkan kepada semua manusia.” (Q.S. al maidah (5):32 …. Tidak ada paksaan dalam menganut Agama Islam, sesungguhnya telah nyata mana petunjuk dan mana kesesatan… (Q.S. Albaqarah (2): 256 … Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku (Q.S. Al kafirun (109):2- 6) Sumber Bahan Bacaan Al- Quranul Karim : Terjemahan Departemen Agama RI Al Quran : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ilmu Kesehatan Jiwa. Dadang Hawari Beberapa problem Kontenporer dalam pandang Islam : Abdul Qadim Zallun Etika Medis : John Rogers; Suatu perpektif Kristen Fikih Kesehatan : Kloning, eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi organ, dan experimen pada Hewan . Abdul Fadl Mochsin Ebrahim Islamic Medical Ethics : Omar Hasan Kasule