SKENARIO 2
Seorang laki-laki datang ke Poli
THT dengan nyeri kepala 1 tahun
hilang timbul disertai ingus kental
kuning kehijauan dan sering jatuh
di tenggorokan dan akhir-akhir ini
penghidu rasa berkurang.
3/5/2018
KATA Penghidu : penangkapan atau
SULIT perasaan bau
Laki-laki, 23 tahun
Nyeri kepala 1 tahun hilang
KALIMAT
timbul
KUNCI
Disertai ingus kental kuning
kejiauan,jatuh di tenggorokan
Penghidu rasa berkurang
3/5/2018
PERTANYAAN
1. Bagaimana gambaran anatomi, histologi dan fisiologi hidung?
2. Apa penyebab gangguan penghidu?
3. Bagaimana tanda dan gejala gangguan penghidu?
4. Bagaimana patomekanisme kurangnya rasa penghidu?
5. Bagaimana mekanisme nyeri kepala hilang timbul?
6. Bagaimana patomekanisme ingus kental dan jatuh ke tenggorokan
7. Bagaimana langkah-langkah diagnosis dari gangguan penghidu?
8. Apa saja differential diagnosis dari gangguan penghidu?
9. Bagaimana pencegahan terjadinya gangguan penghidu secara
umum?
3/5/2018
Anatomi
Keterangan :
1. Kartilago lateralis superior
2. Septum
3. Kartilago lateralis inferior
4. Kartilago alar minor
5. Processus frontalis tulang maksila
6. Tulang hidung
Higler, Adams Boies. 2012. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC
Keterangan :
1. Kartilago alar
a. Medial crus
b. Lateral crus
2. Spins hidungis anterior
3. Fibro aleolar
4. Kartilago septal
5. Sutura intermaksilaris
Higler, Adams Boies. 2012. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC
Sinus paranasal Perdarahan
Higler, Adams Boies. 2012. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC
Kompleks Osteomeatal (KOM)
Higler, Adams Boies. 2012. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC
Histologi
Eroschenko, Victor P. 2003. Atlas Histologi di Fiore Edisi 9 Cetakan 1. Jakarta: EGC (p. 233)
Fisiologi
Fungsi
penghidu
Fungsi
statik dan
Fungsi Refleks
mekanik respirasi nasal
Fungsi
fonetik
Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta :
FKUI (p.100)
Hiposmia, dapat disebabkan oleh obstruksi hidung seperti pada RA, rinitis
vasomotor, rinitis atrofi, hipertrofi konka, deviasi septum, polip, tumor. Dapat
juga terjadi pada beberapa penyakit sistemis, misalnya diabetes, gagal ginjal,
gagal hati serta pada pemakaian obat seperti antihistamin, dekongestan,
antibiotika, antimetabolit, antiperadangan dan antitiroid.
Anosmia, dapat timbul akibat trauma didaerah frontal atau oksipital. Selain
itu anosmia dapat juga terjadi setelah infeksi oleh virus, tumor seperti
osteoma, atau meningioma dan akibat proses degenerasi pada orangtua.
Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta :
FKUI
Perubahan pada suara.
Tidak lagi peka terhadap sensasi bau dan rasa.
Sakit kepala dan kebiasaan mendengkur.
Timbulnya polip yang memblokir saluran udara yang bisa mengarah pada sinusitis.
Wajah dan telinga cenderung membesar.
Terjadinya penglihatan ganda karena pembesaran polip memberi tekanan pada saraf yang
mengirim sinyal dari mata ke otak.
Pasien yang telah menjalani trakeostomi -prosedur bedah yang membuat lubang ke dalam
trakea di mana tabung dimasukkan untuk menyediakan saluran udara- lebih rentan
mengalami anosmia.
Periksa riwayat trauma kepala (anosmia bisa disebabkan oleh kerusakan otak), diabetes,
penyakit Alzheimer, penyakit Huntington, skizofrenia, penyakit Parkinson, dan multiple
sclerosis karena memperbesar risiko anosmia.
Defisiensi zinc juga merupakan faktor yang bisa membuat seseorang mengalami anosmia.
Lalwani AK, Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology – Head & Neck Surgery, 2004, McGraw
Hill Inc : United States of America
Gangguan penghidu terjadi :
Bila ada hambatan antara partikel bau
dengan reseptor saraf atau
Kelainan pada N. Olfaktorius (dari reseptor
– pusat olfaktorius)
Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta :
FKUI
1. Hiposmia :
Obstruksi hidung -> rinitis alergi, rinitis vasomotor, septum deviasi
2. Anosmia :
Akibat trauma di frontal atau oksipital.
Post infeksi virus, tumor (osteoma), meningioma & degeneratif
(orang tua)
3. Parosmia :
terutama terjadi kerena trauma
4. Kakosmia :
dapat timbul pada epilepsi unsinatus lobus temporalis
pada kelainan psikologik seperti depresi, psikosis
Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta :
FKUI
Udema organ Gangguan aerasi
Obstruksi
pembentuk dan drainase
ostium sinus
KOM sinus
Terjadi tekanan
Perubahan
negatif di dalam
tekanan O2
rongga sinus
1. Turner, A. Logan. Disease of the Nose, Throat, and Ear: For Practitioners and Students.
Penerbit Butterworth-Heinemann.
2. http://www.chapelhillent.com/sinusitisHeadaches.php
Sinusitis Hidung
Sekret Kuning
Kehijauan
Turun Ke Post
Tengorokan Nasal
Drips
Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta :
FKUI
Onset, sejak kapan
Nyeri kepala (hilang timbul/ terus menerus)
Konsistensi sekret (encer /kental)
Warna sekret
ANAMNESIS Riwayat infeksi hidung,
Riwayat infeksi sinus (sinusitis),
Riwayat trauma kepala, dan
Riwayat lamanya keluhan.
Kelainan sensoris lain
Inspeksi
Palpasi
PEMFIS Rhinoskopi anterior
Rhinoskopi posterior
Nasoendoskopi
transiluminasi
Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta :
FKUI
Foto Polos
PEM. CT-scan
PENUNJANG MRI
Sinuskopi
Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta :
FKUI
3/5/2018
Patogenesis
terjadi perubahan mukosa hidung akibat
peradangan atau aliran udara yang
berturbulensi, terutama di daerah sempit di
kompleks ostiomeatal. Terjadi prolaps
submukosa yang diikuti oleh reepitalisasi
dan pembentukan kelenjar baru. Juga
terjadi peningkatan penyerapan natrium
oleh permukaan sel epitel yang berakibat
retensi air (sembab) sehingga terbentuk
polip.
Soepardi, Efiaty Arsyad, Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telingan Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. 2012. Jakarta : Badan penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 101-103.
Anamnesis
Keluhan utama penderita polip nasi ialah
hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampai
berat, rinore mulai yang jernih sampai purulen,
hiposmia atau anosmia.
Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri pada
hidung disertai sakit kepala di daerah frontal.
Bla disertai infeksi sekunder mungkin didapati
post nasal drip dan rinore purulen.
Gejala sekunder yang dapat timbul ialah
bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis
gangguan tidur, dan penurunan kualitas hidup.
Soepardi, Efiaty Arsyad, Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telingan Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. 2012. Jakarta : Badan penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 101-103.
Dapat menyebabkan gejala pada saluran
napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi,
terutama pada penderita polip nasi dengan
asma.
Selain itu harus ditanyakan riwayat rinitis
alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan
alergi obat lainnya serta alergi makanan.
Soepardi, Efiaty Arsyad, Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telingan Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. 2012. Jakarta : Badan penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 101-103.
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi
mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai
atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut
rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah
selesma (common cold) yang merupakan
infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti
oleh infeksi bakteri.
Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta :
FKUI
Gejala Sinusitis
Keluhan utama rinosinusitis ialah hidung
tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan pada
muka dan ingus purulen, yang seringkali turun
ke tenggorok (post nasal drip). Dapat disertai
gejala sistemik seperti demam dan lesu.
Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta :
FKUI
PATOFISIOLOGI
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus
dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam
KOM. Mukus juga mengandung substansi antimikrobia dan zat-
zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus
merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi
bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai
rinosinusitis akut bakterial dan memeriukan terapi antibiotik.
Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta :
FKUI
Etiologi
Banyak teori mengenai etiologi dan patogenesis
rinitis atrofi dikemukakan,antara lain: 1) infeksi
oleh kuman spesifik. Yang tersering ditemukan
adalah spesies Klebsiella, terutama Klebsiella
ozanea. Kuman lainnya yang juga sering ditemukan
adalah Stafilokokus,Sterptokokus dan
Pseudomonas aeruginosa. 2) Defisiensi FE, 3)
Defisiensi vitamin A, 4) Sinusitis kronik,5) Kelainan
hormonal,6) penyakit kolagen, yang termasuk
penyakit autoimun.
3/5/2018
GEJALA KLINIS
Keluhan biasanya berupa napas berbau,ada
ingus kental yang berwarna hijau, ada kerak
(krusta) hijau,ada gangguan penghidu,sakit
kepala dan hindung merasa tersumbat.
Biasakan mencuci tangan sesering mungkin
Jaga lingkungan agar tetap bersih.
Mencegah stres
Mengonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan
Jaga kondisi sinus agar tetap kering dan bersih
dengan minum air yang cukup agar cairan hidung
tetap encer.
Gunakan obat semprot hidung untuk melawan
alergen.
Jangan terlalu sering mengorek hidung.
Serta hindari zat-zat yang menyebabkan alergi
yang terdapat di lingkungan, seperti debu, asap
rokok.
Soepardi, Efiaty A. dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL Edisi Ketujuh Cetakan 2. Jakarta :
FKUI