Anda di halaman 1dari 50

KELOMPOK 2 Kesehatan Reproduksi Lansia

SINDROMA GERIATRI
JURUSAN BIOSTATISTIK / KKB ADE ANGRIANI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
A.IRMASARI SANIH
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2017 FATHIA SALMA
PENGANTAR

Penampilan suatu penyakit pada lanjut usia sering berbeda padaa saat usia
muda. Di samping itu harus dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi
berkenaan dengan perubahan karena bertambahnya usia, atau memang asa suatu
proses patologi sebagai penyebabnya. Beberapa problema klinik dari penyakit pada
usia lanjut yang sering dijumpai, sehingga disebut sebagain Getriatric Giants, adalah
:
- Sindroma serebral
- Konfusio
- Gangguan otonom
- Inkontinesia
- Jatuh
- Kelainan tulang dan patah tulang
- Decubitus
SINROMA SEREBRAL
Pada usia lanjut, terjadinya artrofi serebral dalam batas-batas tertentu masih
dianggap fisiologik.

Sindroma serebral adalah


kumpulan gejala yang terjadi
akibat perubahan patologik dari
aliran darah serebral. Sirkulasi
serebral mempunyai oto-
regulasi yang bertujuan
menjaga aliran darah.
SINROMA SEREBRAL
Dampak pada Sirkulasi Darah
Dengan adanya kelainan otonomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut, dapat
dikatakan bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap perubahan-perubahan,
baik perubahan posisi tubuh maupun faktor lain misalnya yang berkaitan dengan tekanan
darah seperti fungsi jantung dan ahkan fungsi otak sendiri yang berkaitan dengan pengaturan
tekanan darah (system otonom).
Gerakan leher tertentu, akibat a.vertebrales yang berkelok-kelok dapat berakibat
insufiensi sirkulasi di daerah batang otak yang dapat menimbulkan pusing atau kepala terasa
ringan dan tiba-tiba jatuh (drop attack).
Pada usia lanjut sering ditemukan pembentukan plak atheroma di daerah bifurcation.
Dengan adanya plak-plak atheroma maka mengakibatkan penyempintan pembuluh darah
secara menyeluruh salah satunya pada lumen pembuluh darah arteri otak, sehingga gangguan
fungsi jantung yang berakibat CBF (cerebral blood flow) menurun sesaat yang dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi cerebral, yang bila cukup lama akan berakibat penurunan
kesadaran.
SINROMA SEREBRAL
Kelainan Vaskuler

Pada usia yang amat kanjut umumnya dijumpai kelainan vaskuler, atara lain
srteriosklerosis. Kelainan yang biasanya berhubungan dengan penyakit : hipertensi, dan
mengena arteri-arteri kecil otak yaitu micro-aneurysma.
SINROMA SEREBRAL
Kelainan Vaskuler

Faktor –faktor yang berkaitan dengan oto-regulasi, antara lain:


1. Perubahan diameter arteri dan arteriole serebral
2. Tekanan arterial (CO2 (PaCO2)
3. Aktivitas metabolism jaringan otak
4. Sistim saraf simpatis
5. Sistim renin-angiotensin
SINROMA SEREBRAL
Sindroma Klinis Otak
Sindroma klinis otak dapat dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Sindroma klinis berkaitan dengan seluruh otak
Sindroma klinis kategori ini terdiri atas gelaja:
- apraxia, dengan kaku otot, refleksi meningkat dan tendensi untuk condong ke belakang
- gangguan jalan
- demensia
- Inkontinensia
2. Sindroma klinis utamanya berkaitan dengan territorial pembuluh karotis.
Sindroma ini dapat dkategorikan menjadi kelainan utama yaitu serangan otak sepintas, penyakit pembuluh
darah otak (stroke) dan asteritis.
3. Sindroma klinis utamanya berkaitan dengan territorial pembuluh vertebrobasiler.
Sinroma ini diakibatkan oleh gangguan sirkulasi di daearah otak bagian posterior termasuk kosteks okpital
dan cerebellum.adapun gejalanya yaitu : jatuh, ataksia, nistagmus, pusing, mual-muntah, episode
hipotensi dan gangguan termoregulasi. Yang paling penting dari sindroma ini adalah terjadinya drop
attack (serangan jatuh).
GANGGUAN SARAF OTONOM

Gangguan otonom merupakan salah satu di antara berbagai sindrom geriatric,


artinya gangguan otonom merupakan keadaan-keadaan yang sering didapatkan pada
usia lanjut, sering memerlukan usaha yang cukup sukar untuk menemukan penyebab
dan pengobatannya, dan menyebabkan gangguan yang cukup berarti yang sering
menggangu kualitas hidup lansia.
GANGGUAN SARAF OTONOM
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya gangguan saraf otonom
pada usia lanjut adalah :
- Bahwa dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan pada
“neurotransmisi” pada ganglion otonom, yang berupa penurunan pembentukan
asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama, yaitu kolin-
asetilase. Keadaan tersebut di atas cenderung untuk menurunkan fungsi otonom.
- Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor
kolin.
Di antara berbagai gangguan otonom pada usia lanjut yang perlu diperhatikan
adalah hipotensi artostatik, gangguan pengatutan suhu, pengaturan kandung kemih dan
gerakan esophagus serta usus besar.
GANGGUAN SARAF OTONOM
Hipotensi Ortostatik
Merupakan penurunan tekanan sistolik atau diasolik sebanyak 20 mmHg pada saat
penderita berubah posisi dari tidur ke posisi tegak.

Gejala dan tanda :


Hipotensi ortostatik seringkali tidak memberi gelaja walaupun tekanan darah sering turun sampai 30 mmHg.
Pada keadaan ini oto-regulasi sirkulasi serebral dapat mengkompensasi penurunan tekanan darah tersebut.
Pada penderita muda, keadaan seperti ini seringkali hanya disertai gejala light-headed (rasa melayang)
ringan dalam waktu yang tidak terlalu lama, oleh karena mekanisme pengaturan vasomotor dengan segera
mengadakan kompensasi. Pada penderita lansia, mekanisme kompensasi tersebut sering tidak efektif, sehingga
tetap tejadi hipotensi dengan gejalanya selama beberapa jam. Bahkan seringkali penderita mengalami
penurunan kesadaran, yang baru membaik bila penderita diletakkan pada posisi berbaring. Gejala lain dari
gangguan otonom sering menyertai hipotensi yang terjadi, antara lain keluar keringat dingin, perubahan besar
pupil, gangguan gastrointestinal, disfungsi kansung kemih dan polyuria nocturnal.
GANGGUAN SARAF OTONOM
Hipotensi Ortostatik
Etiologi dan fatofisiologi hipotensi ortostatik :
1. Penurunan fungsi otonom yang berhubungan dengan usia dan mungkin disertai hilangnya elastisitas dinding
pembuluh darah.
2. Gangguan dari aktivitas baro-refleks akibat tirah baring yang terlalu lama.
3. Hipovolemia atau hiponatremia sebagai akibat berbagai keadaan, antara lain pemberian diuretika.
4. Akibat berbagai penyakit yang mengganggu saraf otonom sebagaimana pada tabel:
GANGGUAN SARAF OTONOM
Hipotensi Ortostatik

Diagnosis hipotensi ortostatik :


Penegakan diagnosis didasarkan pada ditemukannnya penurunann tekanan darah
sebesar 20 mmHg/lebih pada waktu tegak mendadak setelah berbaring. Harus dicarai
kemungkinan terdapatnya bebrbagai penyakit seperti yang terdapat pada tabel dan
penggunaan obat. Tes yang perlu dilakukan yaitu :
1. Tanggapan laju denyut
2. Fungsi regulatorik vasomotor
3. Tekanan negatif bagian bawah badan
GANGGUAN SARAF OTONOM
Hipotensi Ortostatik
Penatalaksanaan hipotensi ortostatik :

Umum : peninggian kepala waktu tidur merupakan upaya penatalaksanaan utama yang harus dilakukan
hilangnya cairan dan garam di malam hari. Dengan cara ini berat badan penderita dapat meningkat sampai beberpaa
kilogram. Semua penyebab hipotensi ortostatik yang bisa dikoreksi harus diobati, dan obat-obat dengan kerja
hipotensif harus dihentikan.
Khusus : melalui terapi
GANGGUAN SARAF OTONOM
Gangguan Regulasi Temperatur
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, dimana kemusdian tejadi berbbagai faktor yang mempengaruhinya.
Berbagai keadaan akan menyebabkan gangguan regulasi suhu sebagaimana terlihat pada tabel :
GANGGUAN SARAF OTONOM
Gangguan Regulasi Temperatur
HIPERTERMIA

Dikenal sebagai heat stroke dan didefinisikan sebagai kegagalan mempertahankan


suhu tubuh yang ditandai dengan suhu inti tubuh >40,6oC dan disfungsi susunan saraf
pusat hebat. Dua golongan yang seringkali terserang adalah para lansia dengan penyakit
kronis dan golongan dewasa muda yang melakukan olahraga berat. Begitu manifestasi
sindrom terlihat, angka kematian bisa mencapai 80%.

Gambaran klinik : tidak spesifik antara lain berupa rasa berputar, rasa lemah,
perasaan hangat/demam, anoreksia, nausea, nyeri kepala dan sesak nafas. Pada keadaan
lanjut, timbul gejala disfungsi susunan saraf pusat berupa prikosis, delirium sampai koma
dan gejala anhidrosis berupa kulit yang panas dan kering.
GANGGUAN SARAF OTONOM
Gangguan Regulasi Temperatur
HIPERTERMIA

Komplikasi

1. Kerusakan miokardium (gagal jantung dan aritmia)


2. Gagal ginjal akut
3. Edema serebri (kejang)
4. Nekrosis hepatoseluler (gagal hati)
5. Rabdomiolisis
6. Diathesis hemorhagi
7. Gangguan elektrolit
8. Gangguan metabolism asam-basa
9. Infeksi
10. Dehidrasi dan syok

Penatalaksanaan:
Pemberian terapi spesifik yang terdiri atas upaya pendinginan/penurunan suhu tubuh sampai sekitar 38,8oC dalam satu jam
pertama.
GANGGUAN SARAF OTONOM
Gangguan Regulasi Temperatur
HIPOTERMIA

Didefinisikan sebagai penurunan suhu inti tubuh (rektal, esophageal atau


timpanik) menjadi di bawah 350C. hipotermia dapat dibagi menjadi:
1. Hipotermia primer : bila dianggap bahwa paparan ke dingin merupakan satu-
satunya atau faktor utama yang bertanggung jawab. Pada usia lanjut seringkali
terdapat gangguan regulasi temperature yang “fisiologik” dan tidak sebagai
akibat penyakit tertentu.
2. Hipotermia sekunder : bilamana dianggap bahwa hipotermia adalah akibat
penyakit yang mendasarinya, walaupun suhu badan yang rendah mungkin
dipresipitasi oleh paparan hawa dingin.
GANGGUAN SARAF OTONOM
Gangguan Regulasi Temperatur
HIPOTERMIA

Gejala Klinis
GANGGUAN SARAF OTONOM
Gangguan Regulasi Temperatur
HIPOTERMIA

Komplikasi
JATUH

Jatuh seringkali terjadi atau dialami oleh usia lanjut.


Banyak faktor berperan di dalamnya, baik faktor intrinsic dalam
diri lansia tersebut seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan
otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizziness,
serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata,
tersandung benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya
kurang terang dan sebagainya.
JATUH
Faktor Resiko
JATUH
Penyebab penyebab jatuh pada lansia :

Penyebab-penyabab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor, antara lain:
1. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50% kasus jatuh lansia)
- Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung
- Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua
misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada di rumah tertabrak, lalu jatuh
2. Nyeri kepala dan atau vertigo
3. Hipotensi orthostatic => terlalu lama berbaring
4. Obat-obatan => antidepresen trisklik, antipsikotik, obat-obat hipoglikemik, alcohol
5. Proses penyakit yang spesifik
6. Idiopatik (tak jelas sebabnya)
7. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba
JATUH
Komplikasi :
1. Perlukaan (injury)
- Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya
jaringan otot, robeknya arteri/vena
- Patah tulang
- Hematom subdural
2. Perawatan rumah sakit
- Komplikasi akibat tidak dapat bergerak
- Risiko penyakit-penyakit iatrogenic
3. Diabilitas
- Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik
4. Risiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan
5. Meninggal
JATUH

Pencegahan
1. Identifikasi faktor resiko
2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
3. Mengatur/ mengatasi faktor situasional
GANGGUAN KESADARAN DAN
KOGNITIF PADA USIA LANJUT
(Konfusio dan Dementia)
Kunfusio
• Kunfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi
kognitif yang ditandai oleh memburuknya secara mendadak derajat
kesadaran dan kewaspadaan dan terganggunya proses berfikir yang
berakibat terjadinya disorientasi.
• Istilah lainnya antara lain keadaan konfusional toksik, delirium akut,
sindroma otak akut, gagal akut dan sindroma psiko-organik akut
Penyebab Konfusio
Penyebab ekstra serebral
1. Penyebab toksik
Penyebab serebral
• Infeksi, misal infeksi paru, ISK, dll)
1. Akbat Intra sebral: • Septikemia dan toksemia
• Ensefalopati hipertensi • Alkoholisme.
• Oedema serebral 2. Kegagalan mekanisme homeostatik:
• Hydrosefalus
• Diabetes mellitus
• Defisiensi vit. B12
• Gagal hati
• Meningitis
• Hipertiroidisme
• Serangan iskemik otak sepintas
• Psikosis korsakoff • Hipptermia , dll
3. Lain-lain
2. Akibat Penurunan pasokan nutrisi serebral: • Retensi urin
• Penyebab kardiofaskular (gagal jantung, dll) • Nyeri hebat
• Penyebab respiratorik (infeksi paru, dll) • Gangguan sensorik mendadak
• Latrogenik (obat hipotensif poten, keracunan, • Depresi
pendarahan & anemia)
• Insomnia
• Obat-obatan
Gambaran Klinik
1. Derajat kesadaran menurun
2. Gangguan persepsi (ilusi, delusi, halusinasi dan mis-interpretasi)
3. Terganggunya siklus bangun-tidur dengan terjadinya insomnia tetapi
siang hari tertidur
4. Aktivitas psikomotor meningkat atau manurun
5. Disorientasi waktu, tempat, dan orang
6. Gangguan memori
Perbedaan Konfusio akut dan Dementia Alzheimer
Konfusio akut Dementia Alzheimer
• Kesadaran berkabut • Sadar penuh
• Jangka waktu pendek (beberapa • Jangka waktu lama (6 bulan atau
hari) lebih)
• Derajat kerusakan kognitif sangat • Awitan lambat, menyelinap
bervariasi dengan periode sadar
penuh • Fungsi kognitif memburuk lambat
• Gangguan memori jangka pendek
tapi progresif
• Kecemasan, agitasi, ketakutan, • Memori jangka pendek atau lama
delusi, halusinasi, mis-interpretasi terganggu
visual sangat jelas • Tak hirau masalah, sering tampak
• Keadaan fisik cepat memburuk, gembira, sulit untuk
penderita tampak sakit berat mempertahankan pembicaraan,
jawaban sering tak sesuai
Dementia
• Dementia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan / memori sedemikian berat sehingga
menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari.
• Demensia dibagi menjadi 2 jenis yaitu Demensia reversibel dan non
reversibel yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, dementia vaskuler,
dementia traumatik, dan infeksi
Jenis dan Penyebab dementia
1. Dementia Reversible atau bisa dihentikan:
• Drugs, Emotional, Metabolik/ endokrin, Eye and ear (disfungsi mata dan
telinga), Nutrisional, Tumor atau trauma, Infeksi, dan Arteriosclerotic
2. Penyakit degeneratif
• Penyakit alzheimer
• Penyakit pick
• Penyakit parkinson
• Penyakit huntington, dll
Diagnosis dementia
• Pelupa
• Cenderung salah menempatkan barang-barang dan pengulangan
kata-kata atau perbuatan
• Kemampuan bicara atau sosialisasi sementara masih baik
• Tidak mampu bekerja dan sering tersesat
• Gangguan psikologik depresi, kecemasan, tidak bisa diam, apatis dan
paranoid
INKONTENSIA
INKONTENSIA URIN & INKONTENSIA ALVI
INKONTINENSIA URINE
• Inkontinensia adalah pengeluaran urin (atau feses) tanpa disadari,
dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan
masalah gangguan kesehatan dan sosial
Penyebab inkontinensia urine:
• Kelainan urologik: radang, batu, tumor, divertikel
• Kelainan neurologik: stroke, demensia, dll
• Lain-lain: hambatanmobilitas, situasi tempat berkemih yang tidak
memadai/ jauh
Jenis Inkontinensia urine
• Inkontinensia akut biasanya reversibel terjadi secara mendadak,
biasanya berkaitan dengan sakit yang sedang diderita atau masalah
obat-obatan yang digunakan.
• Inkontinensia yang menetap/ kronik/ persisten tidak berkaitan
dengan penyakit-penyakit akut ataupun obat-obatan dan inkontinesia
ini berlangsung lama.
Inkontinensia Alvi
• Inkontinensia Alvi sering digambarkan sebagai peristiwa yang tidak
menyenangkan tetapi tidak terelakan, berkaitan dengan usia lanjut.
Inkontinensia Alvi seringkali terjadi akibat sikap dokter dan tindakan
keperawatan yang kurang tepat.
• Penyebab Inkontinensia Alvi :
1. Inkontinensia alvi akibat konstipasi
2. Inkontinensia Alvi simptomatik, yang berkaitan dengan penyakit pada
usus besar
3. Inkontinensia Alvi akibat gangguan kontrol persyaratan dari proses
defekasi
4. Inkontinensia Alvi karena hilangnya refleks anal
Gejala klinis
1. Feses yang cair atau belum terbentuk, sering behkan selalu keluar
merembes
2. Keluarnya feses yang sudah terbentuk, sekali atau dua kali perhari,
dipakaian atau tempat tidur.
PENYAKIT TULANG DAN PATAH TULANG
Penyakit Tulang dan Patah Tulang
• Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindrom
geriatrik, dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang
cukup signifikan.
• Tingkat hilang tulang terjadi sekitar 0,5 – 1% per tahun dari berat
tulang pada wanita pasca menopause dan pada pria >80 tahun
Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sedemikian
sehingga hanya dengan trauma minimal tulang akan patah.
1. Osteoporosis Primer (bukan akibat penyakit lain)
2. Osteoporosis Sekunder (akibat penyakit lain
 Gambaran Klinik : gejala pada usia lanjut bervariasi namun seringkali gejala klasik seperti nyeri
punggung. Selain itu penderita lain mungkin datang dengan gejala patah tulang, turunnya
tinggi badan, bungkuk punggung.
 Penatalaksanaan : penderita lansia dengan fraktur osteoporosis terutama bila akibat jatuh,
memerlukan asesmen bertingkat yaitu
1. Asesmen mengenai sebab jatuh
2. Asesmen mengenai osteoporosisnya
3. Asesmen mengenai frakturnya
 Pemeriksaan : skan TK, absorpsiometri foton tunggal maupun ganda dan sinar X (DEXA)
 Penatalaksanaan Osteoporosisnya :
1. Tindakan dietik (diet tinggi kalsium)
2. Olahraga
3. Obat-obatan
Osteomalasia
Osteomalasia adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya kekurangan
kalsifikasi matriks tulang yang normal.prevalensi pada usia lansia diperkirakan 3,7%.
 Penyebab utama : kekurangan sinar matahari, malabsorbsi, gastrektomi, penyakit hati kronis,
penyakit ginjal, dan obat-obatan.
 Gambaran klinik : penderita mengalami nyeri tulang, nyeri tekan tulang, kelemahan otot, dan
tampak sakit.
 Pemeriksaan : biokimiawi tulang, radiologi, skan isotop tulang dan biopsi tulang.
 Pengobatan : pemberian vitamin D, konsumsi diet yang kandungan kalsiumnya rendah bagi
usia lansia
Penyakit Paget Tulang
Penyakit paget tulang adalah suatu keadaan yang ditandai dengan adanya kombinasi antara
peningkatan reabsorpsi dan deposisi tulang. Sering kali terkena pada tulang tengkorak, tulang
panjang, pelvis, sakrum dan vertebrae.
Insidensi pada usia 60 thn sekitar 2-4%, sedangkan pada usia >85 thn sekitar 10%.
 Gambaran klinik : penderita mengalami asimtomatik, dan mengeluhkan nyeri.
 Pemeriksaan : pemeriksaan darah, foto rontgen tulang, skan isotop atau biopsi tulang.
 Pengobatan : terapi kalsitonin dan pemberian difosfonat 200mg/hari selama 4-6 minggu.
Penyakit Keganasan Tulang
Dua keganasana primer dari tulang yaitu khondrosarkoma dan osteosarkoma, merupakan
keganasan yang bisa dijumpai pada usia lanjut.yang sering khondrosarkoma sering mengenai
tulang pinggul kostae dan bagian atas femur atau humerus.
 Gambaran klinik : gejala berupa nyeri, pembengkakan tulang dan deformitas.
 Pemeriksaan : pemeriksaan biokimiawi dan pemeriksaan radiologik
 Pengobatan : berupa eksisi radikal bagian yang terkena dan disertai radioterapi dan kemoterapi
intensif.

Metastase Keganasan Pada Tulang


Tulang merupakan tempat metastase yang sering didapati dari sarkoma, karsinoma
payudara, bronkhus,prostat, tiroid dan ginjal.
 Gambaran klinik : bisa terjadi tanpa gejala atau biasa dengan gejala nyeri tulang.
 Pemeriksaan : pemeriksaan radiologik dan skan radio-isotop
 Pengobatan : kemoterapi, tamoksifen serta pemberian anti-androgen.

Osteomielitis Akut
 Gambaran klinik : gejala nyeri atau tanda infeksi yang lain, demam dan penurunan gerak daerah
terkena dan spasme otot paravertebral.
 Pemeriksaan : pemeriksaan radiologik
 Pengobatan : pemberian antibiotik selama 6-8 minggu, tindakan operatif, tirah baring dan
mobilisasi cepat dengan penunjang lumbal.

Osteomielitis Kronik
Keadaan ini sering merupakan kelanjutan dari osteomielitis akut atau berasal dari infeksi
tuberkulosisi. Gelajanya berupa sinus kronik
Fraktur Pada Usia Lanjut
Pada usia lanjut fraktur sering terjadi hanya dengan trauma ringan atau bahkan tanpa
adanya kekerasan yang nyata. Secara umum dapat dikatakan bahwa jatuh yang mengakibatkan
fraktur terutama diakibatkan oleh penerangan yang kurang, gangguan penglihatan, konfusio dan
pengalihan perhatian.
Jenis fraktur :
1. Fraktur leher femur/fraktur sendi koksa
Fraktur pada femur merupakan masalah kesehatan penting pada usia lanjut dan seringkali
merubah hidup seorang lansia menjadi buruk, menyebabkan mortalitas segera yang cukup
tinggi dan berbagai komplokasi berat dan kecacatan.
2. Fraktur pergelangan tangan
fraktur ini biasa terjadi karena terjatuh dengan posisi tangan menahan
tubuh. Terapi dilakukan dengan mengadakan reposisi dan fiksasi gips. Tanpa
komplikasi fraktur ini akan sembuh dalam waktu 6-8 minggu.
3. Fraktur kolumna vertebralis
Fraktur ini sebagai akibat osteoporosis bisa terjadi dalam bentu crush atau
bentuk multipel. Gejala dan tanda sering tidak khas, kadang penderita
merasa nyeri dengan derajat ringan sampai sedang.

 Penatalaksanaan :
1. Tindakan terhadap fraktur
2. Tindakan terhadap jatuh
3. Tindakan terhadap kerapuhan tulang
4. Keperawatan dan rehabilitasi saat penderita imobil
Dekubitus
Ulkus dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini
merupakan masalah yang khusus pada lansia. Kekhususannya terletak pada
insidens kejadiannya yang erat kaitannya dengan imobilitas.
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah
kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya
penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah setempat.
Usia lanjut mempunyai potensi yang besar untuk terjadi dekubitus karena
perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia seperti:
1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan
2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastik
3. Menurunnya efisiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi
lebih tipis dan rapuh.

 Tipe ulkus dekubitus :


1. Tipe normal, mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang
2,5 derajat celcius.
2. Tipe arteriosklerotik, mempunyai beda temperatur <1 derajat celcius
3. Tipe terminal, terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak
dapat menyembuh.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai