Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 03D FK UKWMS

I Komang Agus
Maria Jessica R
Meichelle Gracia S.O
Maria Wilhelmina F.L.
Yordani Sumomba
Cornelia Radiktya
• Berasal dari bahasa Yunani, “Dys” yang berarti sulit dan
“Lexia” yang berarti bahasa.
• Bryan dan Mercer :
• suatu bentuk kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan
kalimat yang secara historis menunjukkan perkembangan bahasa yang
lambat dan hampir selalu bermasalah dalam menulis dan mengeja serta
kesulitan dalam mempelajari system representational misalnya berkenaan
dengan waktu, arah dan masa.
• Di Indonesia, dari 50 juta anak sekolah diperkirakan ada 5
juta orang anak yang mengalami disleksia.
• Disleksia cenderung diturunkan dan lebih banyak ditemukan
pada anak laki-laki
• Dalam proses pendidikan formal, anak disleksia banyak
ditemui di sekolah dasar terutama kelas 1, 2, 3.
1. Tipe Auditoris (Auditory Processing Problems)
2. Tipe Visual

Menurut Ingram
1. Disleksia dengan gangguan visuo-spatial
2. Disleksia dengan gangguan bicara (Speech Sound)
3. Disleksia dengan gangguan korelasi
• Kesulitan dalam diskriminasi auditoris dan persepsi sehingga
mengalami kesulitan dalam analisis fonetik. Contoh: tidak dapat
membedakan kata: kakak, katak, dan bapak.
• Kesulitan analisis dan sintesis auditoris, contoh: kata “ibu” tidak
dapat diuraikan menjadi “I-bu”
• Kesulitan auditoris bunyi atau kata. Jika diberi huruf tidak
dapat mengingat bunyi huruf atau kata tersebut atau tidak
dapat mengingat bunyi walau mengerti suatu kata
• Membaca dalam hati lebih baik daripada membaca dengan
lisan
• Kadang disertai gangguan urutan auditoris
• Anak cenderung melakukan aktivitas visual
• Tendensi terbalik, contoh: b dibaca d, p dibaca g, u dibaca n,
m dibaca w, dan sebagainya
• Kesulitan diskriminasi dan mengacaukan huruf atau kata yang
mirip
• Kesulitan mengikuti dan mengingat urutan visual. Jika diberi
huruf cetak untuk menyusun kata akan mengalami kesulitan,
contoh: “Ibu” menjadi “ubi”, atau “iub”
• Memori visual terganggu
• Kecepatan persepsi lambat
• Kesulitan analisis dan sintesis visual
• Hasil tes membaca buruk
• Biasanya lebih baik dalam kemampuan aktivitas auditoris
• Pada balita
• Perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan
anak-anak seusianya.
• Membutuhkan waktu lama untuk belajar kata baru, misalnya
keliru menyebut kata “ibu” menjadi kata “ubi”
• Kesulitan menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan
diri, misalnya kesulitan untuk memilih kata yang tepat atau
kesulitan menyusun kata dengan benar.
• Kurang memahami kata-kata yang memiliki rima, contohnya
“putri menari sendiri”.
• Pada anak di sekolah:
• Kesulitan memproses dan memahami apa yang didengarnya
• Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad
• Sering salah atau terlalu pelan saat membaca
• Lamban saat menulis dan tulisan yang tidak rapi
• Kesulitan mengingat urutan, misalnya urutan abjad atau
nama hari
• Cenderung tidak bisa menemukan persamaan atau
perbedaan pada “a”
• Kesulitan mengeja, misalnya huruf ð´sering tertukar
dengan huruf “b”. atau angka “6” dengan angka “9”
• Lamban dalam menulis, misalnya saat didikte atau
menyalin tulisan
• Kesulitan mengucapkan kata yang baru dikenal
• Memiliki kepekaan fonologi yang rendah. Contohnya,
mereka akan kesulitan menjawab pertanyaan
“bagaimana bunyinya apabila huruf “b” pada “buku”
diganti dengan “s”?
• Faktor genetik
• Faktor lingkungan
• Kerusakan otak
• Gangguan maturasi otak
• Adanya defisit proses informasi
1. Teknik pembelajaran
2. Individual Education Plan (IEP)
3. Pengobatan sejak dini
4. Peran Orang Tua
• dapat melibatkan pendengaran, penglihatan, dan perabaan
untuk meningkatkan kemampuan membaca.
• Pengobatan pada anak disleksia difokuskan pada:
• Belajar mengenal dan menggunakan suara terkecil untuk
menyusun huruf (Phonemes).
• Mengerti bahwa huruf-huruf dan rangkaian huruf-huruf
mewakili bunyi dan kata-kata (phonics).
• Memahami apa yang anak tersebut baca.
• Membaca keras untuk membentuk ketepatan, kecepatan, dan
ekspresi dalam membaca (fluency).
• Membentuk kosakata untuk mengenal dan mengerti kata-
kata.
• Program pendidikan secara individu anak dengan disleksia
• Deteksi dini dan melakukan pengobatan sedini mungkin dapat
meningkatkan kemampuan membaca
• Atasi masalah lebih awal.
• Membaca dengan suara nyaring kepada anak. Langkah ini
adalah yang terbaik ketika anak berumur 6 bulan atau lebih
muda.
• Bekerjasama dengan sekolah anak.
• Mendorong anak memiliki waktu untuk membaca.
• Berikan contoh untuk membaca.
• Disleksia merupakan suatu gangguan yang berpusat pada
sistem saraf, dimana terjadi kesulitan dalam hal membaca,
menulis, mengeja atau dapat dikatakan kesulitan dalam
mengenali huruf-huruf.
• Disleksia terjadi pada individu dengan tingkat kecerdasan
normal. Anak yang mengalami disleksia dapat diidentifikasi
dari klasifikasi disleksia yang ada, yaitu disleksia tipe auditoris,
visual, atau korelasi.
• Disleksia berbeda pada tiap individu sehingga dalam
mendeteksi disleksia biasanya dilakukan saat memasuki usia
sekolah, dan gejala-gejala disleksia biasa akan lebih jelas
ketika anak mulai belajar membaca dan menulis di sekolah.
• Terdapat beberapa penyebab yang memegang peranan dalam
terjadinya disleksia, faktor genetik dan faktor lingkungan cukup
memegang peranan penting didalamnya. Selain itu terdapat
penyebab lain yang terkait yaitu kerusakan otak, malformasi fungsi,
gangguan maturasi otak dan adanya defisit proses informasi.
• Disleksia adalah masalah yang berlangsung sepanjang hidup. Belum
ditemukan cara untuk memperbaiki abnormalitas pada otak yang
menyebabkan disleksia.. Namun, pemberian terapi seperti teknik
pembelajaran yang melibatkan pendengaran, penglihatan, dan
perabaan dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
membaca. Peranan orang tua, deteksi dini dan evaluasi dilakukan
untuk mengetahui kebutuhan khusus dan pemberian pengobatan yang
dapat meningkatkan keberhasilan.

Anda mungkin juga menyukai