Anda di halaman 1dari 16

AGAMA

BAB I

Bersikap Kritis terhadap Nilai-nilai


Universal di dalam Masyarakat
Nilai & Norma
• Nilai adalah perasaan tentang apa yangt
diinginkan atau tidak dinginkan yang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang yang
memiliki itu. Semua orangf memiliki tata nilai
yang digunakannya untuk digunakannya untuk
menilai baik atau buruknya sesuatu didalam
kehidupannya.
• Norma adalah hasil kesepakatan bersama
didalam suatu masyarakat atau kelompok,
sehingga setiap anggota dapat menerimanya dan
menaatinya dalam kehidupannya. Norma juga
berarti peyunjuk-petunjuk untuk hidup yang
berisi perintah atau larangan agar setiap manusia
berperilaku sesuai dengan aturan atau norma itu.
• Tujuan norma yaitu untuk menciptakan keteriban
dan kedamaian serta kerukuna dalamn
kehidupan bersama dalam masyarakat, baik
dibidang keagamaan, kesusilaan, kesopanan,
adat-istiadat, hukum dan peraturan di sekolah.
Nilai dan norma memiliki hubungan yang erat.
Karena norma mengatur setiap perilaku individu
maupun kelompok masyarakt. Bila terjadi pelanggaran
maka orang tersebut akan dihina, dikucilkan, dalam
pergaulan, dan dicemooh.
Contoh nilai dan norma yang berlaku secara
universal di dalam masyarakat
1. Kekayaan dan Kebahagiaan
Kekayaan bukanlah sumber kebahagiaan. Orang yang
mengejar kekayaan karena mereka mengira setelah
kaya mereka akan bahagia.
Tuhan Yesus pernah dicobai oleh iblis. Iblis
membawa Tuhan keatas gunung yang sangat tinggi dan
memperlihatkan kepada-Nya: “Semua itu kan kuberikan
kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku” (Matius
4:8-9). Namun Tuhan Yesus menolak tawaran iblis,
karena Tuhan Yesus tahu bahwa kekayaan dunia bukan
sumber kebahagiaan, kakayaan adalah anugerah dari
Tuhan Yesus yang harus kita pergunakan untuk
kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan bersama.
2. Kedudukan
Di dalam lingkungan masyarakat terdapat kendudkan
baik kedudukan yang tinggi maupun yang rendah. Yang
kedudukannya dianggap rendah biasanya adalah orang
yang miskin, tidak berpendidikan atau orang-orang yang
dilahirkan dalam kelas sosial yang rendah.
Di dunia orang yang berkedudukan tinggi itu dianggap
hebat. Mereka selalu diberikan perlakuan yang istimewa.
Jika tidak mereka akan tersinggung dan marah.
Kedudukan itu penting dan berharga bila seorang
memiliki kedudukan yang tinggi, ia dapat menciptakan
keduukan yangt besar di lingkungannnya: organisasi,
partai, pemerintahan, dll. Namun kedudukan bukanlah
segalanya-galanya.surat Yakobus misalnya,
memperingatkan kepada orang Kristen tidak terkesima
oleh kedudukan. Sebaliknya, orang miskinpun tidak boleh
kita anggap rendah dan remehkan karena kemiskinannya.
Yakobus juga meperingatkan orang yang kaya
dari mereka yang berkedudukan tinggi agar tidak
menganggap bahwa semua itu akan membuat ia
dihormati secara berlebihan.
Tuhan Yesus mengingatkan, “Barangsiapa ingin
menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi
hamba untuk semuanya” (Markus 10:42-43). Tuhan
Yesus tidak memperhitungkan kedudukan-Nya yang
yang tinggi dan penting. Ia bahkan melepaskan
semuanya, “mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama
dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat
sampai mati, bahkan samapai mati di kayu salib.”
3. Kemasyuran
Kemasyhuran hampir sama dengan kedudukan.
Perbedaannya, orang yang berkedudukan tinggi tidak
selalu termasyhur, dan orang yang termasyhur tidak
selalu berkedudukan tinggi.Banyak orang yang suka
mencari kemasyhuran. Mereka senang bila mendapat
perhatian dari orangt banyak.
ketika Yesus dicobai, Ia pun ditawarkan
kemasyhuran oleh iblis. Iblis mengajak Yesus ke
bubungan Bait Allah di Yerusalem. Iblis menantang
Tuhan Yesus, “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-
Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia
akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan
mereka akan Menatang Engkau di atas tangannya,
supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.”
Tuhan Yesus justru menolak tantangan dan
tawaran itu. Bagi-Nya, hal itu sama saja dengan
mencopai Allah. Bahkan ketika Ia menyembuhkan
orang banyak, Dia meminta kepada murid-murid-
Nya agar tidak meberitahukan kepada siapa pun,
karena Tuhan inbig agartidak ada orang yang
mengikuti Dia hanya karena menyaksikan dan
mengalami mukjizat-mukjizat-Nya atau karena
kemasyhuran-Nya belaka. Tuhan Yesus tahu bahwa
kenyataan bahwa Mesias harus menderita tidak
dapat diterima oleh banyak orang, bahkan murid-
murid-Nya sekalaipun. Itulah sebabnya
kemasyhuran bukanlah sesuatu yang penting bagi
Yesus. Nilai-nilai Yesus memang radikal dan
berlawanan dengan nilai-nilai dunia umumnya.
4. Persahabatan
Persahabatan sebagai satu jiwa yang tinggal di
dalam dua tubuh (Aristoteles). Ia juga mengatrakan
bahwa mencari sahabat itu mudah namun
membangun persahabatan membutuhkan upaya
yang sangat berat. Nilai persahabatan pada
umumnya yaitu “setia kepada kawan”. Namun
banyak orang yang salah memahami, seperti
tawuran yang dianggap sebagai setia kawanan,
namun sebenarnya itu salah. Seringkali
persahabatan digunakan untuk menjerumuskan
kawan dalam kehancuran.
Bila persahabatan itu merupakan suatu jiwa yang
tinggal di dalam dua tubuh, maka seorang sahabat
sejati tidak akan rela membawa temannya kedalam
kehancuran.
Menurut Rasul Paulus “Karena waktu kita
masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-
orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh
Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk
orang yang benar — tetapi mungkin untuk orang
yang baik ada orang yang berani mati. Akan tetapi
Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh
karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita
masih berdosa”(Roma 5:6-8). Tuhan Yesus rela
mati untuk orang yang berdosa, yaitu kasih agape.
Berdasarkan teladan Yesus, kita harus menolong
dan mengasihi teman-teman kita, dan berpihak
pada mereka yang lemah.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

TUHAN Sangat mengasihi Mu


GBU 

Anda mungkin juga menyukai