Presus Difteri
Presus Difteri
Nama : An DA
Umur : 7 tahun 5 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kaligaleg secang
Tanggal masuk RS : 06 Januari 2018
Tanggal keluar RS : 08 Januari 2018
Keluhan utama :
Sulit menelan, muncul bercak putih di kedua
amandel.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
• Pasien datang dengan keluhan demam sudah 2 hari disertai nyeri menelan dan
saat datang terdapat bercak putih di kedua amandel. Karena keluhan kesulitan
menelan tersebut sehingga menurunkan nafsu makan pasien.
• Awalnya pasien masih dapat untuk makan dan minum tetapi saat ini pasien
merasa perih sekali untuk makan dan minum air putih.
• Sebelumnya pasien mengaku sering berobat ke dokter karena keluhan
amandelnya. Dan 5 hari SMRS pasien berobat ke THT untuk rencana
tonsilektomi, tetapi ditunda dan dikonsulkan ke dokter anak karena terdapat 2
pembesaran KGB di regio cervical. Sehari kemudian setelah berobat ke dokter
anak pasien mengeluhkan keluhan yang dirasakan nya saat ini.
• Pasien juga mengeluhkan kepala terasa pusing. Keluhan lain disangkal. Keluhan
batuk pilek (-), mual muntah (-), mimisan (-), sesak (-). BAB dalam batas normal,
tidak berwarna merah atau cokelat. BAK dalam batas normal.
• Pasien mengaku riwayat vaksin lengkap.
• riwayat alergi disangkal, riwayat keluhan serupa
sebelumnya disangkal, riwayat keluarga dan
RPD lingkungan dengan keluhan serupa disangkal.
• -
Riw.
pengobatan
Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
• Nadi : 98x/menit
• Pernafasan :26x/menit
• Suhu : 37,8 ºC
Berat badan : 23 kg
Pemeriksaan generalis
Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Ekspresi : Ekspresi baik
Mata : Pupil bulat isokor, reaksi cahaya langsung +/+, reaksi cahaya tidak
langsung +/+, konjungtiva pucat, skera ikterik
Telinga : Normotia, sekret -/-
Hidung : Deviasi septum -/-, mukosa hiperemis-/-, sekret-/-, pernafasan cuping
hidung (-)
Mulut : Lidah kotor(+), tonsil T3/T3, mukosa bibir lembab.
Leher : KGB cervical (+)
Kulit : Sianosis(-), turgor baik, ruam (-)
Thoraks
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat Abdomen
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba Inspeksi : datar
Perkusi : Kesan normal Palpasi : nyeri tekan (-)
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), Perkusi : Timpani
gallop (-) Auskultasi : Bising usus (+) normal
Pulmo 2x/menit
Inspeksi :Simetris dalam keadaan Genitalia : Laki-laki, tidak ada
stastis dan dinamis, retraksi kelainan
sela iga (-) Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-),
Palpasi :Gerak nafas simetris, vocal udem (-)
fremitus sama kuat di kedua
hemitoraks
Perkusi :Terdengar sonor di kedua
hemitoraks
Auskultasi :Suara nafas vesikuler, ronkhi
-/-, wheezing -/-
DIFTERI
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
GRA% 49.1 35 – 80 %
LED 15
Rontgen
thorax PA
Hasil :
view • Corakan bronchovascular tak tampak
kelainan
• Kedua sinus costophrenicus lancip
• Kedua diafragma licin, dumb diafragma
normal
• CTR < 0,5
• Trachea dan mediastinum di tengah
• Sisterna tulang tak tampak kelainan
Kesan :
• Pulmo tak tampak kelainan
• Besar cor norma.
DIFTERI
Eritromisin syr forte 250mg 4x1 cth
Lapifed Dm 3x1 cth
Sanmol syr 3x2 cth
Nindia drop 3x1cc
Tantum garglin 3x1hari
Difteria merupakan penyakit infeksi akut yang sangat
menular, disebabkan oleh Corynebacterium
diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudo-
membran pada kulit dan/atau mukosa.
Spesies Corynebacterium Diphteriae adalah kuman
batang gram-positif (basil aerob), tidak bergerak,
pleomorfik, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, mati
pada pemanasan 60ºC, tahan dalam keadaan beku dan
kering.
Kemampuan suatu strain untuk membentuk atau
memproduksi toksin dipengaruhi oleh adanya
bakteriofag, toksin hanya biasa diproduksi oleh
C.diphtheriae yang terinfeksi oleh bakteriofag yang
mengandung toxigene
Difteria mempunyai masa tunas 2 hari
Melekat & Efek toksin :
Masuk melalui berkembang biak Produksi hambat
mukosa/kulit pada permukaan toksin pembentukan
mukosa sal nafas protein dalam sel
Fragmen a :
Sel akan aminoterminal
Fragmen B :
Nekrosis jelas mati Tidak terbentuk karboksiterminal Toksin menempel
pada daerah rangkaian pada memb. Sel
kolonisasi polipeptida yg (frag B)
diperlukan Proses
translokasi tidak
Respon inflamasi berjalan Frag. A masuk akibatkan
lokal jar. inaktivasi enzim
Toksin semakin
Nekrotik bentuk Membran melekat translokase
>> daerah
bercak eksudat berwarna keabu-
infeksi melebar
mudah dilepas abuan mudah Sumbat jalan
terbentuk
berdarah nafas
eksudat fibrin
Tergantung dari beberapa faktor :
1. Faktor primer : imunitas pejamu thd toksin difteria, virulensi serta tokseginitas c.
diptheriae (kemampuan bentuk toksik), dan lokasi penyakit
2. Faktor lain : umur, penyakit sistemik penyerta
• Demam jarang melebihi 38,9 dan keluhan serta gejala lain tergantung pada lokalisasi
difteria :
Difteria saluran pernapasan
Difteria hidung
Difteria tonsil faring
Difteria laring
Difteria kulit
Difteria vulvovaginal, konjungtiva, dan telinga
Lokasi Gejala dan tanda gambar
Elek test
(-) (-) Bebas isolasi : anak yang telah mendapat imunisasi dasar diberikan
booster toksoid difteria