Anda di halaman 1dari 56

PEMICU 5 ETIKA

ALMIRA NABILA VALMAI


405130193
LO
• Kekerasan KDRT (Seksual, Fisik, Psikologi) dan
Dasar Hukum
• Kekerasan Kesusilaan dan Dasar Hukum
• Etika kedokteran pada Pemeriksaan Korban
Kekerasan Kesusilaan
• Toksikologi (Alkohol dan Narkotika) dan Dasar
Hukum
• Hukum Perlukaan (Derajat)
• Visum Kasus
Kekerasan KDRT (Seksual, Fisik, Psikologi) dan Dasar Hukum

LO 1
UU no. 23 th. 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
• Pasal 1
1. Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
• Pasal 2
1. Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini
meliputi :
a. suami, isteri, dan anak;
• Pasal 26
1. Korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan
dalam rumah tangga kepada kepolisian baik di tempat
korban berada maupun di tempat kejadian perkara.
2. Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau
orang lain untuk melaporkan kekerasan dalam rumah
tangga kepada pihak kepolisian baik di tempat korban
berada maupun di tempat kejadian perkara.
• Pasal 27
Dalam hal korban adalah seorang anak, laporan dapat
dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh, atau anak
yang bersangkutan yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
KUHP
• Pasal 351
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara
paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
• Pasal 356
Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353,
354 dan 355 dapat ditambah dengan sepertiga:
1. bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya,
bapaknya yang sah, istrinya atau anaknya;
Bentuk dan jenis kekerasan
• Bentuk kekerasan dikategorikan dalam 5 kelompok
– Kekerasan seksual
– Kekerasan fisik
– Kekerasan psikis
– Gabungan 2 atau 3 gejala diatas
– Penelantaran (pendidikan, gizi, emosional)

• Berdasarkan tempat terjadinya


– Kekerasan di dalam rumah tangga (domestik)
– Kekerasan di tempat kerja atau sekolah
– Kekerasan di daerah konflik/pengungsian
– Kekerasan jalanan
• Berdasarkan umur
– Sebelum Lahir : akibat pukulan, tendangan atau rudapaksa
terhadap perut ibu hamil
– Bayi : pembunuhan dan penelantaran bayi
– Pra remaja : perkawinan dibawah umur, penganiayaan
fisik, seks, psikis, inses, prostitusi
– Remaja dan dewasa : penganiayaan oleh teman dekat,
pemaksaan seks, inses, perkosaan, pelecehan seks,
prostitusi, perkosaan dalam perkawinan, pembunuhan
oleh pasangan, kekerasan terhadap perempuan tidak
mampu/pembantu, kawin paksa
– Usia Lanjut : penganiayaan fisik, seks dan psikis
Tanda Pengenalan Korban Kekerasan

• Korban Penganiayaan Fisik


• Memar
– Pada wajah, bibir/mulut, punggung, paha, betis, dsb
– Terdapat memar/bilur baru atau sudah mulai menyembuh
– Corak-corak memar menunjukkan benda tertentu
• Luka lecet & luka robek
– Di mulut, bibir, mata, kuping, lengan, tangan, genitalia, dsb
– Luka gigitan manusia
– Di bagian tubuh lain, terdapat luka baru atau berulang
• Patah tulang
– Setiap patah tulang pada anak < 3 tahun
– Patah tulang baru dan lama ditemukan bersamaan
– Patah tulang ganda/multiple
– Paatah tulang spiral pada tulang-tulang panjang lengan & tungkai
– Patah tulang pada kepala, rahang & hidung, serta patahnya gigi
• Luka bakar
– Bekas sundutan rokok
– Luka bakar pada tangan, kaki atau bokong akibat kontak dengan benda
panas
– Bentuk luka yang khas sesuai dengan benda panas yang dipakai
• Cedera Kepala
– Hematoma subkutan dan atau subdural yang dapat dilihat pada foto
rontgen
– Bercak/area kebotakan akibat tertariknya rambut
• Lain-lain
– Dislokasio/lepas sendi bahu atau pinggul akibat tarikan
– Tanda-tanda luka yang berulang
Tanda Kemungkinan Terjadinya Penganiayaan
Seksual
• Adanya penyakit akibat hubungan seksual
• Infeksi vagina rekuren pada anak < 12 tahun
• Rasa nyeri, perdarahan dan atau discharge dari vagina
• Gangguan dalam mengendalikan BAB/BAK
• Kehamilan pada usia remaja
• Cidera pada buah dada, bokong, perut bagian bawah, paha,
sekitar genital atau anal
• Pakaian dalam robek dan atau ada bercak darah
• Ditemukannya semen di sekitar mulut, genitalia, anus atau
pakaian
• Rasa nyeri bila BAB atau BAK
• Promiskuitas yang terlalu dini (praecox)
• Korban datang ke polisi atau langsung ke IGD/Poliklinik RS.
Biasanya jika korban datang ke polisi terlebih dahulu, polisi
akan membuatkan Surat Permintaan Visum (SPV) ke RS.

• Korban dari IGD/Poliklinik kemudian dirujuk ke Pusat


Pelayanan Terpadu (PPT) RS untuk mendapatkan pelayanan
komprehensif termasuk medikolegal. Bila korban telah
membawa SPV dari polisi maka dokter akan membuatkan
visum. Jika tidak, maka hanya akan dibuatkan Surat
Keternagan Dokter atau hanya dibuatkan rekam medic
forensic jika diduga terkait kasus pidana.
PEMERIKSAAN PADA KEKERASAN
SEKSUAL
Anamnesis:
• Umur • Waktu kejadian.
• Status perkawinan. • Tempat kejadian.
• Haid : siklus, terakhir. • Apakah korban melawan?
• Penyakit kelamin dan • Apakah korban pingsan?
kandungan. • Apakah terjadi penetrasi
• Penyakit lain seperti ayan dan ejakulasi?
dll.
• Pernah bersetubuh?
Waktu persetubuhan
terakhir? Menggunakan
kondom?
Periksa pakaian :
• Robekan lama/baru /memanjang/melintang?
• Kancing putus.
• Bercak darah, sperma, lumpur dll.
• Pakaian dalam rapih atau tidak?
• Benda-benda yang menempel sebagai trace evidence
Pemeriksaan badan - Umum :
• Rambut / wajah rapi atau kusut.
• Emosi tenang atau gelisah.
• Tanda bekas pingsan, alkohol, narkotik. Ambil contoh darah.
• Tanda kekerasan : mulut, leher, pergelangan tangan, lengan,
paha bagian dalam, punggung.
• Trace evidence yang menempel pada tubuh.
• Perkembangan seks sekunder.
• Tinggi dan berat badan.
• Pemeriksaan rutin lainnya.
Genitalia :
• Rambut kemaluan yang melekat jadi satu. Ambil, periksa
laboratorium.
• Bercak sperma. Ambil, periksa lab.
• Vulva : bekas kekerasan.Vulva : bekas kekerasan.
• Bibir vagina : bekas kekerasan. Ambil bahan untuk lab.
• Selaput dara.
• Frenulum labia dan komisura posterior. Utuh atau tidak.
• Vagina dan serviks : bila memungkinkan.
• Tanda-tanda penyakit kelamin.
Alur pemeriksaan forensik klinik
Korban
+
Surat permintaan VeR

Dr. Umum, dr. Obgyn, dr. Bedah, dr. bid. Spesialis lain

Dokter forensik

VeR
Pengertian

• Kekerasan terhadap perempuan


– Segala bentuk tindak kekerasan berbasis gender yang
berakibat atau mungkin berakibat menyakiti secara fisik,
seksual, mental atau penderitaan terhadap perempuan,
termasuk ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan
atau perampasan semena-mena kebebasan baik yang
terjadi dilingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan
pribadi (Deklarasi PBB tentang anti kekerasan terhadap
perempuan Pasal 1 tahun 1993)
Dampak KtP

• Gangguan Fisik dan Mental


• Gangguan Kesehatan Reproduksi
• Kehamilan yang tidak diinginkan
• Penularan melalui hubungan seksual
• Komplikasi Kehamilan
• Gangguan Emosi dan Perilaku
• Penyalahgunaan obat dan alkohol
• Depressi, stress pasca trauma
Kekerasan terhadap anak

• Perlakuan dari orang dewasa atau anak yang usianya lebih tua
dengan menggunakan kekuasaan atau otoritasnya, terhadap
anak yang tidak berdaya yang seharusnya berada dibawah
tanggung jawab dan atau pengasuhnya
• Kekerasan anak meliputi : Kekerasan fisik, kekerasan seksual
maupun kekerasan emosional
UU no. 23 th. 2003 tentang
Perlindungan Anak
• Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud
dengan :
1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan.
4. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung,
atau ayah dan/atau ibu tiri, atau ayah dan/atau
ibu angkat.
• Pasal 80
1. Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau
ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp
72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
4. Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila
yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.
• Pasal 81
1. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan
atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah).
Kekerasan Kesusilaan dan Dasar Hukum

LO 2
Bagan kejahatan seksual dalam kaitan dengan persetubuhan
yang dapat dikenakan hukuman

Persetubuhan

Dalam perkawinan
Diluar perkawinan
(pasal 288)

Dengan persetujuan Tanpa persetujuan


si perempuan si perempuan

Dengan kekerasan/ Si perempuan dalam


Umur si perempuan Umur si perempuan
ancaman kekerasan keadaan pingsan/tidak
> 15 th (pasal 284) < 15 th (pasal 287) berdaya (pasal 286)
(pasal 285)
Kejahatan seksual
• Fungsi penyelidikan ditujukan untuk
– Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda
persetubuhan
– Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda kekerasan
– Memperkirakan umur
– Menentukan pantas tidaknya korban untuk kawin
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda
persetubuhan
• Persetubuhan : suatu peristiwa dimana alat
kelamin laki-laki masuk ke dalam alat kelamin
perempuan, sebagian seluruhnya dan dengan
atau tanpa terjadinya pancaran air mani
• Tanda-tanda persetubuhan :
– Tanda tidak pasti
terdapat robekan pada selaput dara  menunjukkan
adanya benda (padat/kenyal) yang masuk
– Tanda pasti
adanya ejakulasi (pancaran air mani)  pada pemeriksaam
diharapkan ditemukan sperma di dalam liang vagina
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda
kekerasan
• Kekerasan tidak selamanya meninggalkan luka
/bekas.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi :
– Penampang benda
– Daerah yang terkena kekerasan
– Kekuatan dari kekerasan itu sendiri
– Adanya racun serta gejala-gejala akibat dari obat
bius / racun pada korban
– Faktor waktu
Memperkirakan umur

• Merupakan pekerjaan yang paling sulit, tidak ada satu


metode apapun yang dapat memastikan umur seseorang
dengan tepat.
• Pada kasus kejahatan seksual dalam kasus perkosaan yang
dimaksud dalam KUHP pasal 285 atau yang tidak dilakukan
pada seorang yang dalam keadaan tidak berdaya (KUHP
pasal 286), penentuan umur atau perkiraan umur tidak
diharuskan
• Perkiraan umur diperlukan untuk menentukan apakah
seseorang itu sudah dewasa (>21tahun), khususnya pada
kasus homoseksual atau lesbian.
• Perkiraan umur juga diperlukan pada kasus dimana pasal
287 KUHP dapat dikenakan pada pelaku kejahatan
Menentukan pantas tidaknya korban untuk
kawin
• Pengertian pantas tidaknya korban untuk
kawin tergantung dari :
Apakah korban telah siap untuk dibuahi yang
dimanifestasikan dengan sudah pernah
mengalami menstruasi
• Pada UU perkawinan pasal 7 ayat 1 berbunyi :
– Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 tahun
Tanda Kemungkinan Terjadinya
Penganiayaan Seksual
• Adanya penyakit akibat hubungan seksual
• Infeksi vagina rekuren pada anak < 12 tahun
• Rasa nyeri, perdarahan dan atau discharge dari vagina
• Gangguan dalam mengendalikan BAB/BAK
• Kehamilan pada usia remaja
• Cidera pada buah dada, bokong, perut bagian bawah, paha,
sekitar genital atau anal
• Pakaian dalam robek dan atau ada bercak darah
• Ditemukannya semen di sekitar mulut, genitalia, anus atau
pakaian
• Rasa nyeri bila BAB atau BAK
• Promiskuitas yang terlalu dini (praecox)
Etika kedokteran pada Pemeriksaan Korban Kekerasan
Kesusilaan

LO 3
Yang perlu diketahui dalam kasus
kejahatan seksual
• Sperma masih dapat diketemukan dalam keadaan bergerak dalam vagina
sampai 4-5 jam setelah persetubuhan
• Pada orang yang hidup sperma masih dapat diketemukan (tidak bergerak)
sampai sekitar 24-36 jam setelah persetubuhan : sedangkan pada orang
yang sudah mati masih dapat diketemukan dalam vagina paling lama 7-8
hari setelah persetubuhan
• Pada laki-laki yang sehat air mani yang keluar setiap ejakulasi sebanyak 2-5
ml, yang mengandung sekitar 60 juta sperma setiap milimeternya dan
sebanyak 90% dari jumlah tersebut dalam keadaan bergerak (motile)
• Untuk menjaga keaslian barang bukti / korban, maka korban tidak
perkenankan untuk membersihkan diri atau mengganti pakaian; hal ini
dimaksudkan supaya bercak air mani atau mani yang ada tidak hilang,
demikian dengan bukti lain seperti bercak darah, rambut, pasir, dsb.
Korban harus diantar oleh petugas kepolisian/penyidik segera setelah
korban melapor pada polisi guna untuk memenuhi persyaratan yuridis
yang berlaku buat barang bukti
• Untuk mencari bercak air mani yang mungkin tercecer di TKP ,
misal pada sprei atau kain maka barang-arang tersebut disinari
dengan cahaya UV, dimana bagian yang mengandung bercak mani
akan berfluoresensi putih, bagian ini harus diambil dibawa ke
laboratorium
• Jika pelaku kejahatan segerea tertangkap tidak setelah kejadian
kepala glans penis harus diperiksa (mencari sel epitel vagina yang
menempel)
• VeR yang baik harus mencakup dan menjelaskan ke-4 hal diatas
dengan disertai perkiraan waktu terjadinya persetubuhan
• Dalam kesimpulan, dokter tidak akan dan tidak boleh
mencantumkan kata pemerkosaan oleh karena kata tersebut secara
yuridis dalam hal “paksaan”
• Untuk mencegah hal-hal yang negatif, maka sewaktu
pemeriksaan dilakukan pemeriksa perlu didampingi
orang ketiga (juru rawat, polwan)
• Robekan bari pada selaput dara dapat diketahui jika
daerah tersebut masih terlihat darah atau tampak
kemerahan. Letak robekan selaput dara pada
persetubuhan pada umunya di bagian belakang, letak
robekan dinyatakan sesuai dengan menurut angka
pada jam
• Bite Marks atau bekas gigitan / jejas gigi sering
didapatkan pada tubuh kornan kejahatan seksual dan
pada korban kejahatan lainnya.
PENGUMPULAN BARANG BUKTI
1. Pengumpulan, penyimpanan & pengiriman Air
mani
Barang bukti yang mngandung bercak harus di
keringkan sebelum dikirim & jng teralu banyak di
manipulasi:
– Pakaian
– Selimut , Sprei , Sarung bantal
– Kendaraan
(ambil & kirim seluruh tempat duduk,bila perlu
untuk melakukan pemeriksaan kendaraan,konsul
dahulu ke pihak laboratorium)
2. Lubang lubang tubuh manusia
Contoh barang bukti :
◦ Korban jangan membersihkan bag tubuh yg dicederai o.k akan
merusak barang bukti.
◦ Barang bukti hrs diambil o/ dokter yg berpengalaman

Contoh dalam vagina


◦ Sperma motil/ tidak
◦ Pewarnaan harus tipis & didiamkan sampai kering, tutup objek
glass ksh label (pewarnaan yg dipakai,nama korban, nama
pembuat pewarnaann, tanggal, lokasi)
◦ Dokter membersihkan vagina dgn memakai 5-10 ml aquadest.
◦ Swab di taruh di tabung reaksi yg kering dan diberi label.
◦ Seluruh Tabung reaksi di taruh di lemari pendingin sebelum dikirim
• Dubur
– Kasus khusus (sodomi, hub kelamin via dubur
swab & disimpan dalam tabung reaksi yang
kering,di label)
• Rongga mulut
– Kasus khusus (fellatio ,hub kelamin via
oral)swab beberapa tempat dalam rongga
mulut & disimpan dalam tabung reaksi
kering,dilabel)
3. Rambut kemaluan
◦ Rambut kemaluan disisir dgn sisir bersih kumpulkan
rambut yg terlepas yg mungkin berasal dr rambut pelaku.
◦ 24 helai rambut/> harus dicabut ,baik korban / tersangka
4. Kontrol
◦ Pem gol darah dari cairan tubuh (air mani)
◦ Ambil darah & air liur dr org Ybs untuk kontrol. Jika tidak
bersedia diambil dr data di RS.
◦ Air liur dari korban
5. Barang bukti lain
◦ Darah, rambut kepala diambil di kirim ke lab menurut
prosedur.
Pemeriksaan Laboratorium Pada
Korban Kejahatan Seksual
Jenis Barang bukti Metode Hasil yg diharapkan
Pemeriksaan yg diperiksa
Penentuan Cairan vaginal Tnp pewarnaan Sperma yg masih bergerak
adanya
sperma
Dg pewarnaan Bag basis kepala sperma berwrn ungu,
malachitgreen bag hidung merah muda

Pakaian Pewarnaan Baeeci Kepala sperma berwrn merah, bag


ekor berwrn biru muda

Penentuan Cairan vaginal Reaksi dg adanya asam fosfatase yg berasal dari air mani
adanya air
mani
Wrn ungu timbul dlm wktu < 30
detik, berarti indikasi besar. Wrn
ungu timbul < 65 detik, indikasi
sedang
Reaksi florence Adanya kholin dlm air mani
membentuk kristal kholim
peryodida
Reaksi Berberio Adanya spermin dlm air mani
membentuk spermin pikrat
Jenis Barang bukti Metode Hasil yg diharapkan
Pemeriksaan yg diperiksa

Pakaian Inhibisi asam Bercak air mani dpt


fosfatase dg asam dibedakan dr bercak-
tartrat bercak lain
Reaksi dg asam Wrn ungu pd pakaian
fosfatase menunjukkan mani
Cairan dr sal kemih Sinar UV, visual Letak air mani dpt
(Sekret urethra dan perabaan dan diketahui
cairan dr leher penciuman
rahim
Cairan dr ulkus pd Pemeriksaab T. pallidura (Lues, sifilis)
genitalia mikroskopis (Dark-field microscope)
Darah Tes serologi VDRL (+) utk sifilis

Penentuan Urine Hemaglutination Adanya kehamilan  tdk


adanya inhibition test terjadi penggumpalan
kehamilan (Pregnosticon),
agglutination
inhibition test
(Gravidex)
Jenis Barang bukti Metode Hasil yg diharapkan
Pemeriksaan yg diperiksa

Toksikologis Darah dan urine Thin layer Adanya obat-obat yg


chromatograph, dpt menurunkan /
mikrodiffusi, dll menghilangkan
kesadaran

Penentuan gol Cairan vaginal yg Serologis (A-B- Gol darah dr air mani
darah berisi air mani O grouping test) berbeda dg gol darah dr
dan darah korban
Hasil pemeriksaan yang diharapkan
pada korban kejahatan seksual
Penyebab Hasil pemeriksaan yang diharapkan
Penetrasi Zaakar •Robekan pada selaput dara
•Luka-luka pada bibir kemaluan dan dinding
vagina
Ejakulasi •Sperma di dalam vagina
•Asam fosfatase, Kholin dan sperma di dalam
vagina
•Kehamilan
Penyakit kulit •GO
•Sifilis
Toksikologi (Alkohol dan Narkotika) dan Dasar Hukum

LO 4
Alkohol
Keracunan alkohol  ↓ daya reaksi/kecepatan, ↓ kemampuan untuk menduga jarak dan
ketrampilan mengemudi (kecelakaan lalu lintas / pabrik), ↓ kemampuan untuk
mengontrol diri & hilangnya kapasitas untuk berfikir kritis ( menimbulkan tindakan
melanggar hukum spt perkosaan, penganiayaan, tindakan bunuh diri)

A. Sumber
Whisky, brandy, rum, vodka, gin, wines, beer, ale, air tape, tuak, dan brem.
B. Farmakokinetik
• Alkohol diabsorpsi (80%) di usus halus, sisanya di kolon, dan dalam jumlah sedikit melalui
mukosa mulut & lambung.
• Kecepatan tergantung takaran dan konsentrasi, vaskularisasi, motilitas, pengisian lambung
dan usus halus.
• Alkohol dimetabolisme di hati (o/ ADH & NAD)  asetaldehida  asam asetat (o/ ALDH) 
CO2&H2O.
• Ekskresi dalam bentuk utuh melalui urin, keringat & udara panas.
C. Farmakodinamik
• Alkohol (astringent)  presipitasi dan dehidrasi sitoplasma.
• Kulit : ↓temperatur akibat penguapan
• Mukosa : iritasi & inflamasi
• SSP : anestetik  ↓kemampuan konsentrasi, daya ingat & kemampuan mendiskriminasi
• Kardiovaskular : ↑nadi , vasodilatasi PD kulit
• Ginjal : ↑diuresis
D. Tanda Gejala Keracunan
• 10-20% mg  ↓keapikan ketrampilan tangan & perubahan tulisan tangan
• 30-40% mg  penciutan lapangpandangan, penurunan tajam penglihatan, pemanjangan waktu reaksi.
• <80%  gangguan penglihatan 3 dimensi, kedalaman pandangan, gangguan pendengaran, gangguan
kehidupan psikis.
• 150% ↓kemampuan mengemudi
• 200% banyak bicara, ramai, refleks menurun, inkoordinasi otot-otot kecil, nistagmus, pelebaran PD
kulit.
• 250-300%  penglihatan kabur, tidak dapat mengenali warna, konjungtiva merah, dilatasi pupil, diplopi,
susah memusatkan pandangan.
• 400-500%  aktivitas motorik hilang sama sekali, stupor, pernafasan perlahan dan dangkal, suhu tubuh

Kelainan Keracunan Kronik Alkohol
• Saluran cerna: gastritis kronik dengan aklorhidria, gastritis erosif hemoragik akut, pankreatitis
hemorhagik, malabsorpsi.
• Hati : penimbunan lemak dalam sel hati, ↑SGOT, ↑trigliserida, ↑asam urat, hepatitis alkoholik 
sirosis, hepatoma.
• Jantung : kardiomiopati alkoholik dengan payah jantung kiri/kanan dengan distensi pembuluh balik leher,
nadi lemah dan edema perifer.
Narkotika
• Golongan I : untuk iptek, bukan untuk terapi dan
ketergantungan kuat (heroin, kokain, ganja)
• Golongan II : untuk iptek, pilihan terakhir terapi,
ketergantungan kuat (morfin, petidin)
• Golongan III : untuk iptek, pilihan terapi (kodein
dan garam2 narkotika)
Opiat jangka panjang mengubah sel sel otak,
membutuhkan opiat untuk menjalankan fx
normal
Psikotropika
• Zat obat bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melaluli
pengaruh selektif pada SSP

• Golongan I : untuk iptek, tidak untuk terapi, ketergantungan kuat


(MDMA, ekstasi, LSD, psilosibina)
• Golongan II : untuk iptek, untuk terapi, ketergantungan kuat (
amfetamin, fensiklidin, metilfenidat)
• Golongan III : untuk iptek, untuk terapi banyak, ketergantungan
sedang (flunitrazepam)
• Golongan IV : untuk iptek, terapi umum, ketergantungan lemah
(diazepam, lorazepam, triazolam)

Metamfetamin : struktuknya mirip dopamin


Hukum Perlukaan (Derajat)

LO 5
Kualifikasi Luka
1. Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak
menimbulkan penyakit atau tidak menghalangi
pekerjaan korban.
– Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat 1.
2. Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B
Luka derajat II adalah apabila luka tersebut
menyebabkan penyakit atau menghalangi pekerjaan
korban untuk sementara waktu.
– Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 351 ayat 1.
3. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A
menurut KUHP pasal 90, yaitu:
– Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa
bahaya maut
– Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban
selamanya
– Hilangnya salah satu panca indra korban
– Cacat besar
– Terganggunya akan selama > 4 minggu
– Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu
Visum Kasus

LO 6
PRO JUSTITIA Jakarta,7 Desember 2016
VISUM ET REPERTUM
No.123/AB/ASD/2016
Yang bertanda tangan dibawah ini dr Z, dokter IGD RS A atas permintaan Kepolisian setempat
dengan nomor surat 1241//AV/ASS/2016 tertanggal enam desember tahun dua ribu enam belas
telah dilakukan pemeriksaan autopsi pada tujuh desember dua ribu enam belas di ruang autopsi
RS A pada pukul sembilan Waktu Indonesia Barat atas korban hidup menurut surat permintaan
dengan keterangan sebagai berikut :
Nama : Nn E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : Tujuh belas tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Tidak ada keterangan
Pekerjaan : Tidak ada keterangan
Alamat : Jalan susilo 4
Lanjutan VeR No : 123/AB/ASD/2016
Halaman ke 2 dari 3 halaman

Hasil Pemeriksaan :
1. Korban datang dengan penurunan kesadaran dan dibawa oleh polisi ke IGD RS A ----
2. Korban ditemukan di kamar sebuah losmen dalam keadaan tidak sadar dan tidak
berpakaian lengkap -------------------------------------------------------------------------------------
3. Menurut keterangan korban, korban mengaku satu hari sebelumnya pergi ke
diskotik dan disana ia minum minuman keras bersama pacarnya. Setelah minum
beberapa gelas, korban lupa tentang kejadiannya yang dialaminya ---------------------
4. Korban mengeluh nyeri saat buang air kecil -----------------------------------------------------
5. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya robekan baru yang mencapai dasar dari
selaput darah---------------------------------------------------------------------------------------------
Lanjutan VeR No : 123/AB/ASD/2016
Halaman ke 3 dari 3 halaman
Kesimpulan :
Telah diperiksa seorang anak perempuan berumur tujuh belas tahun yang pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya robekan baru yang mencapai dasar dari selaput
darah yang tidak menimbulkan rasa sakit atau halangan dalam menjalanankan
aktivitias sehari-harinyaa---------------------------------------------------------------------------------
Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya keilmuan saya yang sebaik-baiknya
mengingat sumpah sesuai Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana--------------------

Dokter yang memeriksa,

Dr M
NIP : 4051230193

Anda mungkin juga menyukai