Sistem Urinaria 2017-Dr Sonny
Sistem Urinaria 2017-Dr Sonny
Kes
•Eritropoietin mengontrol
produksi eritrosit di
sumsum tulang. Dibentuk
oleh kelompok sel2 khusus
di interstitium jika tekanan
O2 ginjal (anemia,
hipoksia arteri atau aliran
darah ginjal )
3
Cat : Renin disekresi sel granula aparatus jukstaglomerulus
Anatomi Ginjal dan Sistem Kemih
4
Urinary System Organs
5
• Ginjal :
• Korteks
• Medula :
• Luar : lapisan luar
lapisan dalam
• Dalam
• Ginjal tertutup o/ kapsula
ginjal
Renal artery
Renal vein
Pelvis
7
Ureter
Perdarahan Ginjal
8
Perdarahan Ginjal
9
10
11
• Kesatuan fungsional ginjal: NEFRON mempunyai lebih dari satu juga
nefron
• Nefron tdd : glomerulus (badan Malpighi dan tubulus
• Glomerulus letaknya di korteks ginjal, dibedakan :
• Glomerulus kortikal : terletak di 2/3 bagian luar korteks, 85% total glomeruli
• Glomerulus justamedula : terletak di 1/3 bagian dalam korteks, meliputi 15% total
glomeruli
12
• Glomerulus tdd:
• Kapiler-kapiler glomerulus
• Kapsula Bowman
• Tubulus tdd:
• tubulus proksimalis : - konvoluta
- lurus
• ansa Henle : - desendens tipis
- asendens tipis dan tebal
• tubulus distalis konvoluta : lurus
• duktus koligens : - kortikal
- medula
13
• Pada bagian akhir ansa Henle tebal dan
permulaan tubulus distalis konvoluta
tdp makula densa, sel2 tubulus
bergranula yg mensekresi renin. Awal
tub.dist. terletak antara arteriol aferen
& arteriol eferen. Makula densa tmsk
aparatus jukstaglomerulus
• Sel tubulus proksimalis konvoluta
mempunyai brushborder luas
permukaan yg besar mereabsorbsi
cairan paling banyak dibanding bagian
tubuli lainnya
• Persarafan ginjal : banyak serat
postganglionik simpatis yg
noradrenergik yg menggiatkan arteriol
aferen & eferen, aparatus
jukstaglomerulus & banyak bagian dr
sistem tubulus. Peran sistem
parasimpatis di ginjal kurang jelas.
Rangsang simpatis umumnya
vasokonstriksi (1)
14
15
16
Proses-proses dasar ginjal
• Proses dasar ginjal :
• filtrasi glomerulus
• reabsorbsi tubulus
• sekresi tubulus
1. Filtrasi glomerulus :
• pembentukan urin dimulai dg filtrasi glomerulus : aliran plasma
dr kapiler glomerulus masuk ke kapsula Bowman
• ultrafiltrat hampir tidak ada protein dan sel-sel darah
• jumlah filtrat yg dibentuk per satuan waktu : laju filtrasi
glomerulus (LFG) normal 125 ml/men atau 180 L/hari
17
2. Reabsorbsi : peristiwa dimana
zat dlm filtrat dinding tubulus
kapiler peritubuler semua zat
atau sebagian
3. Sekresi : peristiwa dimana zat
dlm darah peritubuler disekresi ke
dalam lumen tubulus
4. Ekskresi : peristiwa dimana zat yg
difiltrasi, tidak direabsorpsi &
disekresi tdp dlm urin keluar
dr papila
• Metabolisme : selain reabsorpsi &
sekresi zat, sel tubulus
memetabolisme bahan makanan,
merubah protein asam
amino/glutamin ammonium/
membentuk bikarbonat dari CO2 +
H2O
18
19
20
Kidney mass balance
Renal handling of inulin
Pax x Cx = Ux x V Px
21
Renal handling of PAH at two different plasma levels
23
2. Filtrasi glomerulus
a. Filtrasi terjadi melalui membran filtrasi, tdr atas :
1. endotel kapiler glomerulus pori yg lebar
2. membran basalis tak tampak ada pori;
bermuatan (-)
3. epitil kapsula Bowman berupa pedosit
celah diantara kaki2nya celah tertutup membran tipis
30
Tubuloglomerular feedback
GFR
50 500
40 400 RBF
30 300 T= Pxr
Myogenic reflex (Laplace) 2h
20 200 Tubuloglomerular feedback
0 0
0 40 80 120 160 200 240 280
RENAL ARTERIAL PRESSURE (mmHg)
0325
32
4. Kontrol fisiologis LFG dan ADG
• susunan saraf simpatis : mempengaruhi arteriol aferen dan eferen mll reseptor
adrenergik vasokonstriksi
• norepinefrin dan epinefrin : vasokonstriksi arteriol aferen dan eferen
• angiotensin II : konstriksi arteriol eferen
• prostaglandin (PGE2 & PGI1) dan bradikinin : vasodilatasi LFG dan ADG
33
Interactions of endothelial cells with smooth muscle or mesangial cells
35
1. REABSORBSI : mekanisme transport pada reabsorpsi
• Pemindahan zat:
• Transeluler (melalui membran sel)
• paraseluler (melalui tight junction)
Difusi : pemindahan dr cairan intersisiil ke kapiler peritubuler
• Reabsorpsi aktif sekunder tjd utk : glukosa, asam amino, laktat,
fosfat, asetoasetat, hidroksibutirat, sitrat di tubulus
proksimalis
37
3. REABSORPSI/SEKRESI PASIF ASAM/BASA ORGANIK LEMAH tergantung
pH URIN
• Zat yg larut lemak mudah mll membran sel
• Zat bermuatan lebih sukar mll membran sel
• Zat tidak bermuatan lebih mudah berdifusi
• A-+H+ -- AH, basa lemah ion dlm larutan asam : B++OH- -- BOH
• Cairah peritubuler = 7,4 pH
Jika lumen tubulus lebih bersifat asam Jika lumen tubulus lebih bersifat basa (pH
(pH 5,5) dari pada cairan peritubulus 8,8) dari pada cairan peritubulers :
(pH 7,4):
HA
BOH
H+ A- OH-
HA H+ A- B+
B- OH- BOH
OH-
H+
B+
A-
40
2. Menghitung aliran darah ginjal (ADG)
ADG = APG x 1
1 - HCl
Plasma : volume darah – hematokrit
41
3. Nilai bersihan
• Bila zat yg diekskresi (E)/men = zat yg difiltrasi (F)/men nilai bersihan =
nilai LFG (inulin)
• Bila E/men > F/men zat disekresi (PAH atau diodrast)
• Bila E/men < F/men nilai bersihan < LFG direabsorpsi (urea)
• Nilai bersihan glukosa normal = 0 semua glukosa yang difiltrasi
direabsorpsi
2po 4po 6 po
GLUKOSA mg/dL
Disekresi – E>F
-E=F
Direabosorpsi – E<F
42
VII. TRANSPOR MAKSIMUM (Tm)
• Reabsorpsi maupun sekresi aktif ada batas maksimumnya.
• Kemampuan tubulus mereabsorpsi / sekresi aktif mencapai maksimum karena :
jumlah carrier dan jumlah energi yang terbatas dihambat secara kompetitif
oleh zat lain menggunakan carrier yg sama, secara non kompetitif oleh zat yg
menghambat suplai energi
• Kemampuan reabsorpsi dan sekresi aktif sel tubulus dibatasi oleh gradient
elektrokimia yg melawan transport aktif
• Reabsorpsi/sekresi aktif kadar zat di tempat pengambilan dan di sisi lain
membran gradient elektrokimia melawan transpor selanjutnya
(melambatkan/menghentikan)
• Transpor maksimal untuk zat yg di :
• Reabsorpsi : glukosa, asam amino, laktat, urat, fosfat, sulfat, plasma protein
(pinositosis perlu energi)
• Sekresi : kreatinin, PAH
Tms :Ux.V – Cin.Px
(mg/men)
43
1. Reabsorpsi glukosa
• Dalam keadaan normal, glukosa difiltrasi diserap kembali jika
melampaui kemampuan tubulus utk menyerap glukosa diekskresi ginjal
• Kadar glukosa plasma dimana ginjal mulai mengekskresi glukosa : ambang
ginjal untuk glukosa (200 mg/dL plasma arteri atau 180 mg/dL
plasma vena)
• Tm : 375 mg/men
• SPLAY : terdapatnya glukose dalam urine sebelum Tm tercapai tidak
semua nefrom mempunyai Tm yg sama
Glukosa (mg/men)
44
2. Sekresi PAH
45
VIII. REABSORPSI DAN SEKRESI DI PELBAGAI BAGIAN
NEFRON
1. Tubulus
• Mempunyai : daya reabsorpsi ;
proksimalis brushborder; membran basolateral yg luas;
banyak mitokondria
• Reabsorpsi aktif Na+ , 65% dari jumlah yg
difiltrasi (juga K+)
• Reabsorpsi aktif sekunder : glukosa, asam
amino, HCO3-, fosfat, sulfat
• Reabsorpsi pasif/parasel : urea, klorida
• Sekresi countertranspor : H+ - Na+
Catatan : • Sekresi aktif : asam organik (urat, PAH); basa
ion Cl- dapat direabsorpsi organik (katekolamin)
para selluler. Na+ masuk
ke lumen tubulus paraseluler • Sekresi obat-obatan : pencillin, salicylate
dalam keadaan tertentu • Cairan tubulus yg masuk ansa Henle :
isosmotik 46
2. Ansa Henle :
• Ansa Henle desenden yg tipis : permeabel
untuk air, sedikit untuk solut (urea, sodium
[Na+]); hanya sampai medula luar, pada nefron
jukstamedula sampai medula dalam
mendekati papilla. Cairan ujungnya :
hiperosmotik. Ujung ansa Henle tipis nefron
jukstamedula 1200 mosm/L. Diserap 20%
air
• Ansa Henle asenden yg tipis : tidak permeabel
untuk air, permeabel untuk NaCl (keluar) dan
urea (masuk)
• Ansa Henle asenden yg tebal : tidak
permeabel untuk air kotranspor Na+, K+,
2CL- melalui transpor aktif sekunder.
Mempunyai Na+ - H+ countertransport di
membran lumen mengsekresi H+.
Reabsorpsi HCO3-.
Ansa Henle tipis dan tebal diserap 25% solut :
Na+, CL-, K+, Ca++, Mg++, HCO3- diluting
segment
47
3. Tubulus distalis konvoluta
• Makula densa
• Diluting segment
48
4. Tubulus distalis akhir & duktus koligens kortikal
• 2 jenis sel :
• Sel prinsipalis : reabsorpsi Na+ & sekresi K+
tergantung pompa Na+-K+ATPase menyerap
air jika ada ADH
• Sel intercalated : sekresi H+ dan meng-
absorpsi HCO3-
• Reabsorpsi Na+ & sekresi K+ dikontrol
Lumen aldosteron menggiatkan dan menambah
Na+ Na+ pompa Na+-K+ dan menggiatkan saluran Na+
K+ K+ luminal.
• Sekresi aldosteron pd plasma Na+ rendah,
SEL PRINSIPALIS plasma K+ tinggi, ACTH , Angiotensin II
HCO3- Lumen • Mereabsorpsi Na+ kira-kira 2%
H+
Cl- • ADH maksimal cairan tubulus maksimal
menjadi isotonis diserap 10% air
SEL INTERCALATED 49
5. Duktus koligens medula
• Permeabilitasnya untuk air diatur ADH maksimal
menyerap 4,7% air
• Osmolaritas urine mencapai 1400 mosm/L
• Volume urin yang obligatory 500 ml
• ADH tidak disekresi diabetes insipidus dengan gejala
poliuri (15 ml/men atau >), osmolaritas mencapai 30
mosm/L
• Ada polidipsi
• Pemekatan cairan tubulus kadar urea dan berdifusi
masuk interstitium di medula dalam dan osmolaritas
interstitium medula
• Reabsorpsi aktif NaCl
50
IX. PEMBENTUKAN URIN PEKAT memerlukan:
• Medula ginjal yg hiperosmotik
• kadar ADH yang tinggi
53
X. KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH
• Keseimbangan cairan tubuh dipertahankan mll pengaturan volume CES &
osmolaritas CES
• Volume CES mempertahankan tek. darah
• Mempertahankan keseimbangan garam pengaturan jangka panjang vol. CES
• Osmolaritas CES diatur ketat mencegah kembung / mengkerutnya sel2 tubuh
• Mempertahankan keseimbangan air penting untuk pengaturan osmolaritas CES
54
A. Kontrol volume CES penting dlm pengaturan
tekanan darah jangka panjang
55
B. Kontrol keseimbangan garam :
penting dlm pengaturan volume CES
57
Kadar K+ plasma
Kadar plasma Na+ Kadar ACTH plasma Kadar plasma
angiotensin II
Korteks adrenal
Aldosteron
Perdarahan
Tekanan onkotik plasma
Diare Garam Simp. langsung
+ air hilang Volume plasma ( adrenergik)
Tekanan vena Jukst. glom. sel Makula densa
Refleks Arus balik vena Sekr. renin
baroreseptor
Tekanan atrial
Angiotensin II
Saraf simpatis ginjal Isi sekuncup
Adren. Korteks
Arteriol aff. Konstr. Isi semenit
Tekanan onkot. Sekr. Aldosteron
Tek. Hidr. Glom Tekanan darah sistemik glom.
LFG Reabs. Na+
TD + D. Kol. Kort
Ekskresi Na+ Berkeringat banyak
Ekskresi Na+
Vol. plasma Plasma onkot.
Simp. renal
Renin ADH
Tek. hidr Angiotensin II
Tek. onk.
Kap. peritub Aldosteron
Reabs. tubuler Na+ Reabs. Tub. H2O
58
C. Kontrol osmolaritas cairan ekstrasel dan konsentrasi
natrium/sodium
Defisit air
Osmolaritas CES
osmoreseptor
Sekresi ADH hipofisis post ; Plasma ADH
Permeabilitas tub. distalis dan dukt. koligens
Reabsorpsi air
Ekskresi air 59
– tek. darah arteri / vol. darah refleks kardiovaskular
merangsang sekresi ADH kurang pekak dibanding
osmolaritas
– Perangsang sekresi ADH :
* ingin muntah (nausea) * rasa sakit, stres, pasca bedah
* hipoksia * exercise
* berdiri * angiotensin II
– sekresi ADH :
* Volume CES/darah
* Tekanan osmolaritas
* Tekanan darah
* Alkohol
60
2. Mekanisme haus :
osmolaritas CES dehidrasi sel pusat haus.
Respiratorik :
PCO2 (ventilasi berkurang) asidosis (pH )
PCO2 (ventilasi meningkat) alkalosis (pH )
Asidosis kadar H+ plasma /kadar HCO3-
Alkalosis kadar HCO3- /kadar H+
Asidosis ginjal mensekresi H+ dan menambah HCO3-
Alkalosis HCO3- diserap maksimal 28 mEq/L, sisanya diekskresi
ginjal mengatur HCO3-, paru kadar PCO2
65
• Pada bufer, bikarbonat dalam filtrat mengikat H+ yg disekresi sel
tubulus
• CO2 terbentuk masuk ke dlm sel tubuli
• CO2 carbonic anhydrase asam bikarbonat & pecah men-HCO3-
yg masuk ke cairan interstisiil dan berdifusi dlm darah seper-
HCO3- kembali dlm darah
• Buffer bikarbonat :
tidak mengasamkan urin
Sel Tubulus Lumen Tubulus
• >90% bikarbonat filtrat diserap Cairan
interstis.
Na+ + HCO3-
66
II. KOMBINASI KELEBIHAN H+ dengan BUFFER FOSFAT
dan AMMONIA MEKANISME MEMBENTUK HCO3-
BARU
pK buffer = 9,0
disekresi & diekskresi dng Cl-
urin diasamkan
- masuk
2HCO3 darah (me+)
pK sistem buffer = 9,0
67
Lumen
• Duktus koligen mengsekresi
ammonia (NH3) dan dilumen
Na+
Glutamine baru mengikat H+ membentuk
ATP
K+
NH3 NH3 Cl- ammonium (NH4+)
HCO3- HCO3- + H+ H+
70
Sampel darah arteri
<7,4 pH >7,4
Asidosis Alkalosis
HCO3 -
PCO2 HCO3 -
PCO2
Metab. Respir. Metab. Respir.
1. PCO2 , sekresi H+
2. Hipokalemia : ( K+ asidosis intrasel)
sekresi H+, reabsorpsi K+
3. Carbonic anhydrase, dihambat sekresi H+
4. Aldosteron : reabsorpsi Na+, sekresi K+, merangsang
sel intercalated, sekresi H+
Cat.:
- di sel intercalated ada pompa H+-K+ di membran lumen
- di tub. dist. akhir dan duktus koligen
72
PENGATURAN EKSKRESI PTASSIUM (K+) dan
KONSENTRASI ESnya
• Hiperkalemia :
• gelombang T tinggi
• paralisis atria, kompl. QRS
memanjang
• ventrikel aritmia berhenti
dalam distol
• Hipokalemia : pemanjangan PR
interval, gelombang U tinggi
• Reabsorpsi K+ di tub. proks. dan
AH tebal relatif tetap
pengaturan K+ diatur di tub. dist
akhir dan duktus
73
4 Faktor yg mengatur sekresi K+ :
1. Kadar K+ ES : sekresi K+
• Na+ - K+ pump terangsang. K+ masuk sel dan lumen
• Kadar ES tinggi merangsang sekresi aldosteron, sekresi K+
2. Aldosteron : jumlah dan kegiatan pompa Na-K, menambah
saluran K+ di membran lumen sekresi K+
3. arus cairan tubulus di tubulus distal dan duktus koligen
sekresi K+; terbawa arus
4. Asidosis akut sekresi K+ asidosis menghambat pompa Na-K.
alkalosis : sekresi K+
74
PENGATURAN EKSKRESI Ca++ dan KADAR Ca++ ES
76
Reabsorpsi Ca++ :
• Naik : • Turun :
• PTH • PTH
• volume ES • volume ES
• tekanan darah • tekanan darah
• plasma fosfat • plasma fosfat
• Asidosis metabolik • Alkalosis metabolit
• Vitamin D3
77
PENGATURAN EKSKRESI FOSFAT
78
PENGATURAN EKSKRESI Mg++ dan
KADAR Mg++ PLASMA
83
CYTOMETROGRAM pada manusia
84
T
86
87