Anda di halaman 1dari 31

KRISIS HIPERTENSI

Disusun Oleh :
Reza Muhammad 1620221190

Dokter Pembimbing :
dr. Heppy Oktavianto, Sp. PD
PENDAHULUAN

 Krisis hipertensi merupakan salah satu kasus kegawatan


di instalasi gawat darurat.
 Ditandai dengan peningkatan tekanan darah akut dan
sering berhubugan dengan gejala sistemik
 Krisis hipertensi ditandai dengan peningkatan akut
tekanan darah sistolik >180/120mmHg.
STATUS PENDERITA
Nama : Sdr. Aprianto
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Purwasaba RT 03/01 Mandiraja
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Tanggal masuk : 02 Januari 2018
Tanggal pemeriksaan : 02 Januari 2018
No CM : 02032511
Anamnesis
Keluhan Utama
 Demam
Keluhan Tambahan
 Pusing disertai dengan kedua mata sulit melihat
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
 Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Margono Soekarjo pada tanggal
7 Desember 2017 dengan demam. Keluhan tersebut sudah
dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
 Demam tinggi terutama dirasakan menjelang sore hari. Demam
dirasakan sempat turun namun kembali demam tinggi esok hari.
 Mual (+), muntah (-), perdarahan gusi (-). Keluhan disertai dengan
batuk berdahak dengan dahak berwana kuning sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit
 Pasien juga mengaluh pusing dan merasa kedua mata sulit meiha
sejak sore hari. Pandangan pasien mendadak samar-samar sejak
pagi hari.
 Pasien mendadak kejang di IGD RSMS sebanyak 2x dengan durasi 5
menit.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat hiperensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat penyakit ginjal : (+)
 Riwayat oedem tungkai : disangkal
 Riwayat cairan di paru : (+)
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat penyakit liver : disangkal
 Riwayat maag : disangkal
Anamnesis
Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat hiperensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat penyakit ginjal : (+)
 Riwayat oedem tungkai : disangkal
 Riwayat cairan di paru : (+)
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat penyakit liver : disangkal
 Riwayat maag : disangkal
PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan di IGD RSMS, 02 Januari 2018.


 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign
 Tekanan Darah : 220/140 mmHg
 Nadi : 120 x/menit
 Respiration Rate : 32 x/menit
 Suhu : 39.0 0C
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Pemeriksaan kepala
 Kepala : Mesosefal
 Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
 Telinga : Discharge (-), deformitas (-)
 Hidung : Discharge(-),deformitas (-) dan napas cuping hidung (-)
 Mulut : Bibir sianosis (-), lidah sianosis (-)

Pemeriksaan leher
 Deviasi trakea (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-)
 Palpasi: JVP 5+2 cmH2O
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan thoraks
Paru
 Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
 Palpasi : Vokal fremitus lobus superior kanan = kiri, Vokal fremitus lobus
inferior kanan = kiri
 Perkusi : Sonor pada apek redup pada basal, Batas paru-hepar SIC V LMCD
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, Ronki basah halus -/-, Ronki basah
kasar -/- ,Wheezing -/-
Jantung
 Inspeksi : Ictus Cordis tampak di SIC V 2 jari lateral LMCS
 Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V 2 jari lateral LMCS dan kuat angkat (-)
 Perkusi : Batas atas kanan : SIC II LPSD
Batas atas kiri : SIC II LPSS
Batas bawah kanan : SIC IV LPSD
Batas bawah kiri : SIC V 2 jari lateral LMCS
 Auskultasi : S1>S2 reguler; Gallop (-), Murmur (-)
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan abdomen
 Inspeksi : Cembung
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), undulasi (+), distensi (+)
 Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, pekak sisi (-),pekak
alih (+)
 Hepar : Tidak teraba membesar
 Lien : Tidak teraba membesar
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior


Ekstremitas
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Edema - - - -

Sianosis - - - -

Akral dingin - - - -

Reflek fisiologis + + + +

Reflek patologis - - - -
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
Laboratorium
Tanggal 03 Januari 2018,
Pemeriksaan Penunjang
EKG tanggal 7 Desember 2017
Diagnosis Kerja Terapi
HT emergency  O2 10 lpm
 IVFD RL 10 tom
Obs konvulsi
 Inf. PCT 3x1 gr
Nefrotik syndrome +
 Inj. Diazepam 5 mg jika
Ascites kejang
 Inj. Furosemide 1x1 amp
 In. Perdipine 9cc/jam
 Inj. Phenitoin 3x100 mg
 PO. MP tab 2x4 mg
PROGNOSIS

 Ad vitam : dubia ad bonam


 Ad sanationam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
Tanggal A
S-O P
04/01/18 Subjektif:  HT - O2 10 lpm

Follow Up
HP-1 - Pandangan kabur emergenc - IVFD RL 10 tom
(+) y - Inf. PCT 3x1 gr
- Kejang (-)  Obs. - Inj. Diazepam 5 mg jika
- Demam (+) Konvulsi kejang
Objektif :  Sindrom - Inj. Furosemide 1x1 amp
TD : 190/120 mmHg nefrotik - In. Perdipine 9cc/jam
N : 118x/menit + Ascites - Inj. Phenitoin 3x100 mg
S : 38.9 C - PO. MP tam 2x4 mg
RR : 24 x/menit

05/01/18 Subjektif:  HT - O2 10 lpm


HP-2 Keluhan membaik emergenc - IVFD RL 10 tom
Objektif : y - Inf. PCT 3x1 gr
TD : 160/110 mmHg  Obs. - Inj. Diazepam 5 mg jika
N : 116x/menit Konvulsi kejang
S : 37.8 C  Sindrom - Inj. Furosemide 1x1 amp
RR : 24 x/menit nefrotik - In. Perdipine 9cc/jam
+ Ascites - Inj. Phenitoin 3x100 mg
- PO. MP tam 2x4 mg
- Diet lunak

06/01/18 Subjektif:  HT - O2 10 lpm


HP-3 - Pandangan kabur emergenc - IVFD RL 10 tom
- Perut terasa penuh y - Inf. PCT 3x1 gr
Objektif :  Obs. - Inj. Diazepam 5 mg jika
TD : 170/110 mmHg Konvulsi kejang
N : 120x/menit  Sindrom - Inj. Furosemide 1x1 amp
S : 37.9 C nefrotik - In. Perdipine 9cc/jam
RR : 24 x/menit + Ascites - Inj. Phenitoin 3x100 mg
- PO. MP tam 2x4 mg
- Diet lunak
Pemeriksaan Laboratorium 05 Januari 2018 pukul 14.50

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Kimia Klinik
Total protein 4,54 (L) 6.40-8.20 g/dL

Albumin 1.14 (L) 3.40-5.00 g/dL

Globulin 3.40 2.70-3.20 g/dL


DEFINISI

 Peningkatan tekanan darah akut dengan atau tanpa adanya kerusakan


organ target akut sebagai konsekuensi dari hipertensi itu sendiri
(seperti ensefalopati, infark miokard, angina unstable, edema pulmo,
eklamsia, stroke, trauma kepala, perdarahan arteri yang mengancam
jiwa atau diseksi aorta) (NIH, 2003).
 Krisis hipertensi merupakan salah satu kegawatan di bidang
neurovaskular yang sering dijumpai (NIH, 2003).
 Membutuhkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang
mengancam jiwa (Devicaesaria, 2014).
Krisis hipertensi dapat dibagi menjadi 2 yaitu (Devicaesaria, 2014):
 Hipertensi emergensi (darurat)
Peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastolik >120 mmHg
secara mendadak disertai kerusakan organ target. Hipertensi emergensi
harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu jam dengan memberikan
obat-obatan anti hipertensi intravena.
 Hipertensi urgensi (mendesak)
Peningkatan tekanan darah seperti pada hipertensi emergensi namun tanpa
disertai kerusakan organ target. Pada keadaan ini tekanan darah harus
segera diturunkan dalam 24 jam dengan memberikan obat-obatan anti
hipertensi oral.
EPIDEMIOLOGI

 Pasien hipertensi yang datang ke IGD 20%-nya merupakan pasien krisis


hipertensi.
 Data di Amerika Serikat menunjukkan adanya peningkatan prevalensi
hipertensi dari 6.7% pada penduduk berusia 20-39 tahun, menjadi 65%
pada penduduk berusia di atas 60 tahun.
 Dari total penduduk 30% di antaranya menderita hipertensi dan hampir 1-
2% akan berlanjut menjadi krisis hipertensi disertai kerusakan organ
target.
 Sebagian besar pasien dengan stroke perdarahan mengalami krisis
hipertensi
(Vaidya dan Ouellette, 2007).
ETIOLOGI
Berdasarkan penyebab, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
 Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%
kasus.
 Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar
5% kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain (Schrier,
2000).
PATOFISIOLOGI
PENATALAKSANAAN
a. Hipertensi urgensi

a. Penatalaksanaan umum
 Pada fase awal standart gold penurunan
tekanan darah dapat diturunkan sampai
160/110 mmHg (Devicaesaria, 2014).
b. Penatalaksanaan spesifik
i. ACE inhibitor (captopril)
ii. Calcium-channel blocker (Nicardipine)
iii. Beta blocker (Labetalol)
iv. Simpatolitik (Clonidine)
b. Hipertensi emergensi

a. Penatalaksanaan umum
 Tingkat idealnya adalah dengan penurunan Mean
Arterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal dan 15%
pada 2-3 jam berikutnya (Devicaesaria, 2014).
Penatalaksanaan khusus
KOMPLIKASI
Tekanan darah yang tidak terkontrol tinggi dapat
menyebabkan:
a. Serangan jantung atau stroke
b. Aneurisma
c. Gagal jantung
d. Melemah dan menyempitnya pembuluh darah di ginjal
e. Menebal, menyempit atau robeknya pembuluh darah di
mata.
PROGNOSIS
Penyebab kematian tersering adalah stroke (25%), gagal
ginjal (19%), dan gagal jantung (13%). Prognosis menjadi
lebih baik apabila penanganannya tepat dan segera
(Devicaesaria, 2014).

Anda mungkin juga menyukai