DISEASE: A REVIEW’
Pembimbing:
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp. M
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp. M
dIisusun oleh:
Verosa Siregar
Penulis
Publikasi
Sejumlah penyakit mata dapat dikaitkan dengan air yang terkontaminasi dan
kami telah menciptakan istilah Water Related Ocular Diseases (WRODs) untuk
menunjukan kondisi spektrum luas ini. WRODs secara langsung berhubungan dengan
kontak manusia terhadap air dan dapat terjadi melalui mekanisme racun, alergi,
inflamasi atau infeksi. Penyebab non-infeksi dapat mencakup bahan kimia yang
digunakan untuk membersihkan kolam renang, tumpahan minyak dan cedera terkait
olahraga air. Demikian juga, sejumlah organisme infektif yang menyebabkan penyakit
mata yang ditularkan melalui air. Kondisi ini kadang-kadang dapat menimbulkan
kerusakan. Peninjauan dilakukan dengan tujuan berikut: (i) untuk mempelajari
epidemiologi WRODs (ii) untuk menilai presentasi klinis dan penatalaksanaan saat ini
mengenai WRODs (iii) untuk mengetahui tantangan masa depan dan kemungkinan
solusi terhadap masalah ini.
PENDAHULUAN
Non-
Infeksi
Infeksi
KONDISI NON-INFEKSI
Manifestasi
Pencegahan
Acanthamoeba Pseudomonas
Giardiasis Melioidosis
Toxoplasmosis Leptospirosis
Gnathostmiasis Toxocariasis
Coenurosis Adenovirus
ACANTHAMOEBA
Etiologi
Manifestasi Klinis
• Keratitis Acanthamoeba ditandai oleh limbitis dengan stroma anterior dan infiltrat
perineural (radial keratoneuritis). Selain itu, bisa juga ditemukan belang belang
diatasnya atau keratitis pseudodendritik. Infiltrat kemudian membesar dan
bergabung membentuk abses berbentuk cincin sentral atau parasentral.
Selanjutnya terbentuk lesi satelit, kekeruhan stroma, skleritis dan penipisan kornea
dengan pembentukan descematocele. Terkadang perforasi kornea dapat terjadi
sehingga menyebabkan endoftalmitis
GIARDIASIS
Etiologi
Diagnosis
Tatalaksana
Diagnosis
• Larva tahap ketiga nematoda spiruroid Gnathostoma spp (G. spinigerum, G. hispidum,
G. doloresi, G. nipponicum)
• Uveitis anterior, perforasi iris, visualisasi langsung parasit intraokular
Manifestasi
Diagnosis
• Tes ELISA untuk deteksi IgG dan immunoblot untuk deteksi band 24-kDa khusus untuk
Gnathostoma
Tatalaksana
• Coenurus cerebralis tahap larva cystic dari cacing pita anjing. Empat spesies parasit yang diketahui dapat
menyebabkan infeksi pada manusia: Taenia multiceps, T. serialis, T. glomerata, dan T. brauni.
Patogenesis
• Cacing pita dewasa di usus karnivora (anjing, rubah) mengeluarkan telur cacing pita (gravid proglotid)
di feses. Manusia konsumsi air terkontaminasi telur matang yang tidak disengaja. Telur melepaskan
oncospheres, menembus dinding usus untuk memasuki aliran darah dan kemudian menuju mata kista
matang akan mengakibatkan reaksi inflamasi, toxin yang dilepaskan oleh kista akan menginduksi iritasi,
vitritis, neuritis optik atau neuroretinitis
• Kista sering pecah menyebabkan uveitis berat dan glaukoma sekunder. Peradangan kronis akhirnya
mengakibatkan mata yang sakit menjadi buta.
Diagnosis
Tatalaksana
Manifestasi
Diagnosis
Tatalaksana
• basil gram negatif Burkhoderia pseudomallei, Air yang tergenang terutama di ladang
Manifestasi Klinis
• Sistemik : flu, septikemia fulminan akut atau infeksi kronis yang progresif.
• Lokal : ulkus kornea, abses subkonjungtiva, selulitis orbita dan endoftalmitis.
Diagnosis
• Kultur cairan dapat dilakukan pada Ashdown’s Selective Agar atau pada B. Pseudomallei Selektif Agar
(BPSA).
• Tes lain seperti HIA, Latex Aglutinasi, ELISA, Immunofluorescense dan PCR
Tatalaksana
• Ceftazidime (50 mg / kg; hingga 2 gram,setiap 6-8 jam) atau Carbapenem (Meropenem: 25 mg/kg;
hingga 1 gram, setiap 8 jam atau Imipenem 25 mg/kg; hingga 1 gram, setiap 6 jam).
• Perawatan fase akut diberikan selama 10-14 hari, diikuti terapi oral selama 3-6 bulan.
• Obat lain selama fase ini adalah kotrimoksazol.
• Pada anak anak dan pasien hamil dapat menggunakan Amoxicillin-Clavunate.
MELIOIDOSIS
LEPTOSPIROSIS
Etiologi
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Tatalaksana
Etiologi
Manifestasi Klinis
• Ocular Migrans Syndrome (OLM) adalah manifestasi infeksi Toxocara lokal (larva stadium
kedua)
• Infeksi unilateral (90%) endoftalmitis kronis, granuloma kutub posterior, atau granuloma
perifer. Endoftalmitis kronis biasanya terlihat pada anak anak 2-9 tahun pan-uveitis
dengan retina perifer yang ditutupi oleh eksudat putih keabuan.
• Granuloma kutub posterior terjadi pada anak anak 6-14 tahun, pada pemeriksaan dapat
ditemukan adanya granuloma bulat, berwarna putih kekuningan, padat, terletak pada
kutub posterior.
• Granuloma perifer granuloma hemisferik putih disetiap kuadran fundus.
Komplikasi
Tatalaksana
Manifestasi Klinis
Tatalaksana
• Tetes mata steroid diindikasikan jika mata terasa tidak nyaman atau penglihatan
berkurang dan terdapat kekeruhan pada stroma anterior.
ADENOVIRUS
ORGANISME LAIN
Trematoda
1. Abstrak 1 paragraf +