Anda di halaman 1dari 40

‘WATER RELATED OCULAR

DISEASE: A REVIEW’
Pembimbing:
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp. M
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp. M

dIisusun oleh:
Verosa Siregar

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU MATA


RST TK. II DR SOEDJONO MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN ‘VETERAN’ JAKARTA
IDENTITAS JURNAL
Judul

• Water Related Ocular Disease: A review

Penulis

• Syeb Shoeb Ahmad

Publikasi

• Ahmad S.S. Water related ocular diseases: A review.Saudi J


Ophthalmol (2017)
ABSTRAK

Sejumlah penyakit mata dapat dikaitkan dengan air yang terkontaminasi dan
kami telah menciptakan istilah Water Related Ocular Diseases (WRODs) untuk
menunjukan kondisi spektrum luas ini. WRODs secara langsung berhubungan dengan
kontak manusia terhadap air dan dapat terjadi melalui mekanisme racun, alergi,
inflamasi atau infeksi. Penyebab non-infeksi dapat mencakup bahan kimia yang
digunakan untuk membersihkan kolam renang, tumpahan minyak dan cedera terkait
olahraga air. Demikian juga, sejumlah organisme infektif yang menyebabkan penyakit
mata yang ditularkan melalui air. Kondisi ini kadang-kadang dapat menimbulkan
kerusakan. Peninjauan dilakukan dengan tujuan berikut: (i) untuk mempelajari
epidemiologi WRODs (ii) untuk menilai presentasi klinis dan penatalaksanaan saat ini
mengenai WRODs (iii) untuk mengetahui tantangan masa depan dan kemungkinan
solusi terhadap masalah ini.
PENDAHULUAN

WROD merupakan istilah yang mencakup


semua penyakit okular yang diisebabkan oleh adanya
paparan terhadap air. WROD dapat bermanifestasi
sebagai penyakir ringan hingga berat

The United States Environmental Protection


Agency menunjukan bahwa setiap tahun 1.8-3.5 juta
orang menengah ke atas dipengaruhi oleh penyakit
rekreasi air, namun dapat juga disebabkakn oleh trauma
mekanik, zat kimia dan racun

The Disability Adjusted Life Years (DALY) dari WRODs


terbukti menjadi masalah kesehatan masyarakat global
KLASIFIKASI

Non-
Infeksi

Infeksi
KONDISI NON-INFEKSI

Terkait Kolam Renang

Terkait Olahraga Air

Terkait Tumpahan Minyak


TERKAIT KOLAM RENANG
Patogenesis

• Paparan iritasi seperti kloramin, khususnya triklorida nitrogen atau trikloramin


(NCl3). Klor bebas bereaksi karena mengandung materi nitrogen yang dimasukan
oleh perenang (urine/urea, keringat, skuama kulit, kosmetik) yang mengarah ke
formasi dari sejumlah produk sampingan desinfeksi termasuk trihalometan dan
kloramin. Trikloramin dianggap sebagai agen penyebab utama yang bertanggung
jawab terhadap iritasi mata.

Manifestasi

• Rasa terbakar, terobek, fotofobia dan penglihatan kabur

Pencegahan

• Mengendalikan semua parameter teknis selama proses desinfeksi air


• Pengaturan kualitas air
• Memastikan kebersihan publik yang baik
• Penyuluhan kesadaran kesehatan
TERKAIT OLAHRAGA AIR

Paparan cairan Nyeri dan


Bahan kimia pencuci piring atau penurunan
(Polutan) residu lainnya di
air sungai
penglihatan secara
tiba tiba

Cedera Tekanan tinggi


Pecahnya
membran
mekanik pengguna jet air
descement
TERKAIT TUMPAHAN MINYAK
Pada 2007, tumpahan minyak terjadi di Daesan, Korea Selatan. Sebuah studi
terhadap 442 individu yang terlibat dalam operasi pembersihan menunjukan bahwa gejala
mata muncul pada periode waktu yang panjang (9,7 bulan) dibandingkan dengan gejala yang
lain seperti sakit kepala (8,4 bulan), gejala kulit (8,3 bulan), neurovestibular (6,9 bulan),
pernapasan (2,1 bulan) dan nyeri (1,8 bulan).
Selanjutnya pada tahun 2000, sebuah ledakan terjadi di pengeboran minyak
Deepwater Horizon di Teluk Meksiko menyebabkan pelepasan minyak dan dispersan kedalam
air. Sejumlah individu kemudian menderita keluhan mata seperti rasa sakit seperti terbakar
dan iritasi.
Kondisi non-spesifik ini biasanya terbatas dan sembuh dengan gejala sisa yang
minimal.
KONDISI INFEKSI

Acanthamoeba Pseudomonas

Giardiasis Melioidosis

Toxoplasmosis Leptospirosis

Gnathostmiasis Toxocariasis

Coenurosis Adenovirus
ACANTHAMOEBA
Etiologi

• A. Polyphaga, A. Castellani, A. Hatchetti, A. Culbertsoni dan A. Rhysodes 


Legionella, Pseudomonas, Helicobacter
• Kolam renang, penampungan air panas, sistem air minum, pemanas ventilasi
udara dan pelembab

Manifestasi Klinis

• Keratitis Acanthamoeba ditandai oleh limbitis dengan stroma anterior dan infiltrat
perineural (radial keratoneuritis). Selain itu, bisa juga ditemukan belang belang
diatasnya atau keratitis pseudodendritik. Infiltrat kemudian membesar dan
bergabung membentuk abses berbentuk cincin sentral atau parasentral.
Selanjutnya terbentuk lesi satelit, kekeruhan stroma, skleritis dan penipisan kornea
dengan pembentukan descematocele. Terkadang perforasi kornea dapat terjadi
sehingga menyebabkan endoftalmitis
GIARDIASIS

Etiologi

• Giardiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh protozoa Giardia lamblia


(G. intestinalis atau G. duodenalis)  Kista dan trofozoit (tertelan kista)
• Iridosiklitis, Koroiditis, Perdarahan retina, Vaskulitis Retina dan
Degenerasi Retina

Diagnosis

• Pengamatan langsung kista dan trofozoit dalam feses


• Tes antigen (ELISA, tes imunokromatogenik, direct fluoresen, PCR)

Tatalaksana

• Metronidazole, Tinidazole, Albendazole, Furazolidine taua Paromomycin


GIARDIASIS
TOXOPLASMOSIS
Etiologi : Toxoplasma gondii

• Hospes definitif : felidae khususnya kucing domestik.


• Hospes perantara : hewan berdarah panas seperti tikus, ternak dan
manusia
• Ada 3 tahapan infektif : Sporokista (Ookista), Bradizoit, Tachyzoit 
Retinitis fokal

Diagnosis

• Sabine Feldman Dye Test


• Indirect Fluorescent Antibody Assay (IFA)
• Uji aglutinasi langsung
• Latex Aglutination Test;
• Mikropartikel Enzim Immuno Assay (MEIA)
• Enzyme Linked Fluorescent Assay (ELFA).
TOXOPLASMOSIS
Tatalaksana

• Triple Therapy’  Pirimetamin (loading dose 50-100 mg,


kemudian 25-50 mg 1x/hari), Sulfadiazine (loading dose 2-4
g, kemudian 1 g 4x/hari) dan kortikosteroid oral (loading dose
0,5-1,0 mg/kgBB setiap hari). Selain itu, dalam terapi
Quadriple ditambahkan Clindamycin (300 mg 4x/hari selama
3 minggu), obat ini dikombinasikan dengan Sulfadiazine untuk
mencegah radang usus besar.
• Alternatif lain adalah: Kotrimoksazol 2x/hari,i 4-6 minggu;
Atovaquone 750 mg 3x/hari; atau Azitromisin 500 mg per hari
selama 3 hari.
• Pada pasien hamil dapat digunakan Spiramisin 3 g per hari,
yang digunakan pada trimester pertama dan tiga terapi
setelahnya. Clindamisin intravitreal 1,0 / 0,1 ml – 1,5 mg / 0,1
ml) juga mulai banyak digunakan.
GNATHOSTMIASIS
Etiologi

• Larva tahap ketiga nematoda spiruroid Gnathostoma spp (G. spinigerum, G. hispidum,
G. doloresi, G. nipponicum)
• Uveitis anterior, perforasi iris, visualisasi langsung parasit intraokular

Manifestasi

• edema kelopak mata, chemosis konjungtiva, hifema, retinokoroiditis, perdarahan vitreus,


oklusi arteri sentralis retina dan retinal detachment.

Diagnosis

• Tes ELISA untuk deteksi IgG dan immunoblot untuk deteksi band 24-kDa khusus untuk
Gnathostoma

Tatalaksana

• Albendazole, Thiabendazole, Praziquantel, Metronidazole, Diethylcarbamazine, Kina


atau Ivermectin.
GNATHOSTMIASIS
COENUROSIS
Etiologi

• Coenurus cerebralis tahap larva cystic dari cacing pita anjing. Empat spesies parasit yang diketahui dapat
menyebabkan infeksi pada manusia: Taenia multiceps, T. serialis, T. glomerata, dan T. brauni.

Patogenesis

• Cacing pita dewasa di usus karnivora (anjing, rubah)  mengeluarkan telur cacing pita (gravid proglotid)
di feses. Manusia konsumsi air terkontaminasi telur matang yang tidak disengaja. Telur melepaskan
oncospheres, menembus dinding usus untuk memasuki aliran darah dan kemudian menuju mata  kista
matang akan mengakibatkan reaksi inflamasi, toxin yang dilepaskan oleh kista akan menginduksi iritasi,
vitritis, neuritis optik atau neuroretinitis
• Kista sering pecah menyebabkan uveitis berat dan glaukoma sekunder. Peradangan kronis akhirnya
mengakibatkan mata yang sakit menjadi buta.

Diagnosis

• Visualisasi langsung coenuri, CT-Scan (lesi lusen dengan tepi kontras)

Tatalaksana

• Praziquantel (50 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi selama 14 hari).


• Operasi pengangkatan kista tersebut diindikasikan pada kasus yang tidak membaik dengan perawatan
medis selama 1 minggu.
COENUROSIS
PSEUDOMONAS
Etiologi

• Pseudomonas aeruginosa, air danau dan air waduk 10/100->1000/100 ml


• Pengguna lensa kontak, riwayat pembedahan sebelumnya, trauma, penyakit mata dan kondisi
imunosupresan

Manifestasi

• Keratitis  kemerahan, rasa sakit, dan penurunan penglihatan.


• Kelainan pada epitel dengan infilitrasi dan sering ditemukan adanya hipopion 
ENDOFTALMITIS
• Ciri khas infeksi pseudomonas adalah epitel difus yang berubah menjauh dari lesi utama

Diagnosis

• Pewarnaan Gram dan kultur sensitifitas kerokan dari infiltrat kornea

Tatalaksana

• Fluoroquinolon (misalnya: Gatifloksasin) atau terapi kombinasi dengan sefalosprin dan


aminoglikosida
• P. Aeruginosa sangat sensitif terhadap ceftazidime, ciprofloksasin dan amikacin.
PSEUDOMONAS
MELIOIDOSIS
Etiologi

• basil gram negatif Burkhoderia pseudomallei, Air yang tergenang terutama di ladang

Manifestasi Klinis

• Sistemik : flu, septikemia fulminan akut atau infeksi kronis yang progresif.
• Lokal : ulkus kornea, abses subkonjungtiva, selulitis orbita dan endoftalmitis.

Diagnosis

• Kultur cairan dapat dilakukan pada Ashdown’s Selective Agar atau pada B. Pseudomallei Selektif Agar
(BPSA).
• Tes lain seperti HIA, Latex Aglutinasi, ELISA, Immunofluorescense dan PCR

Tatalaksana

• Ceftazidime (50 mg / kg; hingga 2 gram,setiap 6-8 jam) atau Carbapenem (Meropenem: 25 mg/kg;
hingga 1 gram, setiap 8 jam atau Imipenem 25 mg/kg; hingga 1 gram, setiap 6 jam).
• Perawatan fase akut diberikan selama 10-14 hari, diikuti terapi oral selama 3-6 bulan.
• Obat lain selama fase ini adalah kotrimoksazol.
• Pada anak anak dan pasien hamil dapat menggunakan Amoxicillin-Clavunate.
MELIOIDOSIS
LEPTOSPIROSIS
Etiologi

• Leptospirosis disebabkan oleh spirochaeta patogenik genus leptospira seperti L.


Interrogans, yang hidup pada pengerat, anjing, sapi, babi, hewan liar.

Manifestasi Klinis

• Sindroma anikterik dan ikterik (Well Disease)


• Uveitis anterior non-granulomatosa, hipopion, katarak, keratitis interstisial, reaksi inflamasi
vitreous dan membran, vaskulitis retina, sklera kekuningan.

Diagnosis

• Mikroskopik Aglutination Test (MAT), ELISA, Makroskopik Aglutinasi, Hemaglutinasi Indirect,


Lepto Dipstick, Uji Aglutinasi Mikrokapsul dan Uji Aliran Lateral serta PCR.

Tatalaksana

• Ringan - sedang : Doxycicline oral, amoksisilin atau


• Berat : Penisilin G intravena, Cefotaxime atau Ceftriaxone.
LEPTOSPIROSIS
KORIORETINITIS LEPTOSPIRA
TOXOCARIASIS

Etiologi

• larva Toxocara canis, Toxocara cati, Ascaris suum

Manifestasi Klinis

• Ocular Migrans Syndrome (OLM) adalah manifestasi infeksi Toxocara lokal (larva stadium
kedua)
• Infeksi unilateral (90%)  endoftalmitis kronis, granuloma kutub posterior, atau granuloma
perifer. Endoftalmitis kronis biasanya terlihat pada anak anak 2-9 tahun  pan-uveitis
dengan retina perifer yang ditutupi oleh eksudat putih keabuan.
• Granuloma kutub posterior terjadi pada anak anak 6-14 tahun, pada pemeriksaan dapat
ditemukan adanya granuloma bulat, berwarna putih kekuningan, padat, terletak pada
kutub posterior.
• Granuloma perifer  granuloma hemisferik putih disetiap kuadran fundus.

Komplikasi

• Endoftalmitis fulminan, papilitis, glaukoma sekunder dan neovaskular membran koroid.


FIBROSIS KUTUB POSTERIOR
Diagnosis

• Tes ELISA untuk antigen sekretori-ekskretori (TES-Ag) dan analisis


koefisien Toxocara Goldmann-Witman (GW) aquous dan serum.

Tatalaksana

• Thiabendazole (25 mg/kgBB, hingga 3 gram/hari selama 5 hari),


Albendazole (800 mg, 2x/hari selama 6 hari) atau Mebendazole (100-
200 mg, 2x/hari selama 5 hari).
• Laser Argon dapat digunakan langsung untuk membunuh secara
langsung larva yang terlihat di retina.
ADENOVIRUS
Etiologi

• Tranmisi air kolam renang (kotoran manusia)


• Self-limiting konjungtivitis dan keratitis

Manifestasi Klinis

• Demam faringo-konjungtival atau epidemi kerato-konjungtivitis


• Secara umum, konjungtivitis folikel, keluarnya cairan encer yang minimal dan
limfadenitis pre-aurikula.
• Demam faringo-konjungtival disebabkan oleh serotipe 3,7, dan 14  keratitis ringan
(30%)
• Epidemi kerato-konjungtivitis disebabkan oleh serotipe 8,19 dan 37, keratitis yang
terjadi dapat lebih parah.

Tatalaksana

• Tetes mata steroid diindikasikan jika mata terasa tidak nyaman atau penglihatan
berkurang dan terdapat kekeruhan pada stroma anterior.
ADENOVIRUS
ORGANISME LAIN

Trematoda

• Terbentuk nodul subkonjungtiva dan kadang


kadang uvietis granulomatosa yang mengarah
ke pembentukan nodul COA
• Px. PA : nekrosis granulomatosa yang
mengandung fragmen tegumental dan internal
parasit
• PCR serkaria: Procerovum cheni
Legionella, Coxsackie virus B dan infeksi jamur intra-operatif selama operasi
okular karena kontaminasi cairan irigasi
. Telah dilaporkan adanya sebuah kasus endoftalmitis eksogen yang disebabkan
oleh Enterococcus casseliflavus akibat cedera pistol air mainan.
India Selatan juga melaporkan adanya kasus uveitis dari trematoda Procerum
varian dari siput.
Selain itu, infeksi Mycobacterium chelonae dari pelembab yang terkontaminasi
juga telah dilaporkan.
KESIMPULAN

WRODs adalah ancaman konstan akibat


meningkatnya kontaminasi tubuh dengan air oleh berbagai
bahan kimia dan patogen diseluruh dunia. Perubahan iklim
membawa bahaya baru yang dapat meningkatkan risiko
berkembangnya penyakit mata. Terdapat beberapa spesies
yang dapat menyebabkan kerusakan pada mata yang sulit
ditangani akibat spesies yang resisten. Pada kasus tersebut,
ada baiknya untuk meninjau kembali penyebab penyakit
mata terkait kontaminasi air.
CRITICAL APPRAISAL
JUDUL DAN PENGARANG
No Kriteria Ya (+) atau Tidak (-)
1. Jumlah kata dalam judul < 12 +
kata
2. Deskripsi judul Menggambarkan isi utama penelitian, cukup
menarik, tanpa singkatan, tidak digarisbawahi,
tidak diakhiri tanda titik, tidak ditulis di antara
tanda kutip.

3. Daftar penulis sesuai aturan +


jurnal
4. Korespondensi penulis +
5. Tempat dan waktu penelitian +
dalam judul
6. Subyek penelitian -
ABSTRAK
No Kriteria Ya (+) atau Tidak (-)

1. Abstrak 1 paragraf +

2 Secara keseluruhan informatif +

3. Tanpa singkatan selain yang baku +

4. Kurang dari 250 kata + (121)

5. Tidak menuliskan kutipan pustaka +


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai