Anda di halaman 1dari 47

Gadar Neuro

Konsep
Cedera Kepala
BY. ARIFIN HIDAYAT, SST., M. Kes
PERTEMUAN KE-XII

L/O/G/O
R
U
IM
T
I MAN T A N
P
O

LI
AN TE
AL

AT KNI
K K E SE H
K
CEDERA KEPALA

???...
Otak
• 2 % dari BB.
• Konsumsi Oksigen 20% dari Oksigen total
(45 mL O2/min).
• Konsumsi Glukosa 25%.
Definisi
• Cedera kepala adalah cedera yang terjadi
pada kulit, tulang kepala dan otak.

• Disebut juga kranioserebral trauma yang


disertai dengan penurunan atau
perubahan kesadaran, walau sedkit.
Insiden ini sangat tinggi, terutama pada
usia produktif.
Anatomi kepala
Anatomi kepala
Mekanisme cedera
Coup-countercoup
Klasifikasi
Secara praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi
yaitu berdasarkan:

• Mekanisme,
• Beratnya dan
• Morfologinya.
Mekanisme cedera
• Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan
dengan kecelakaan mobil-motor, jatuh atau
pukulan benda tumpul.

• Cedera kepala tembus disebabkan oleh


peluru atau tusukan.

• Adanya penetrasi selaput dura menentukan


apakah suatu cedera kepala termasuk
cedera tembus atau cedera tumpul.
Beratnya cedera
Berdasarkan GCS maka cedera kepala
dibagi menjadi cedera:
• Ringan dengan GCS 13-15,
• Sedang dengan GCS 9-12 dan
• Berat dengan GCS 3-8
Menilai GCS
KOMPONEN MATA (EYES) NILAI
•Membuka Mata Spontan (4)
•Membuka Mata Dengan Stimulus Suara (3)
•Membuka Mata Dengan Stimulus Nyeri (2)
•Tidak Dapat Membuka Mata (1)

KOMPONEN VERBAL (SUARA)


•Orientasi Baik (5)
•Gelisah (confused) (4)
•Kata tidak jelas (INAPROPRIATE) (3)
•Suara yang tidak jelas artinya (2)
•Tidak ada suara (1)

KOMPONEN MOTORIK (REAKSI MOTORIK)


•Mengikuti perintah (6)
•Melokalisir nyeri (5)
•Menghindari nyeri (4)
•Reaksi fleksi (3)
•Reaksi ektensi (2)
•Tidak ada reaksi (1)
Fraktur kranium
Dapat terjadi pada atap (kalvaria) atau dasar
tengkorak. Pada kalvaria dapat berbentuk garis
bintang, depresi-nondepresi dan terbuka-tertutup,
sedangkan pada dasar tengkorak terbagi menjadi
dengan atau tanpa kebocoran CSS dan dengan atau
tanpa paresis nervus VII (saraf fasialis).

Tanda-tanda klinis fraktur basis kranii antara lain:


 Ekimosis periorbita (Racoon eyes sign),
 Kebocoran CSF (rhinorrhea, otorrhea) dan
 Paresis nervus fasialis.
Lesi intrakranial
Diklasifikasikan menjadi lesi fokal dan lesi
difus.

• Lesi fokal yaitu pendarahan epidural,


pendarahan subdural, dan kontusio atau
pendarahan intraserebral).

• Cedera otak difus umumnya menunjukkan


gambaran CT-Scan yang normal namun
keadaan neurologis penderita sangat buruk
bahkan keadaan koma.
Fraktur impresi
CT SCAN DARI FRAKTUR IMPRESI
INTRA CRANIAL HEMATOM
SUBDURAL HEMATOM
• Perdarahan antara
duramater dan
araknoid
• Koma 50 %
• “Lucid interval” 
penurunan syaraf
progressif koma
SUBDURAL HEMATOM
Sub araknoid
• Perdarahan
di araknoid
• Sumber
perdarahan
dari
aneurisma
• Nyeri hebat
secara tiba-
tiba
• Mual muntah
Intracerebral

• Penyebab stroke
• Penyebab: hipertensi, tumor,
embolisme
• Manifestasi klinis: neurogikal
sign, Nyeri, mual dan muntah
Intraserebral hematom

Pre operasi Pasca operasi


Patofisiologi
• Kontusi/benturan memar otak atau cedera otak.
• Fenomena coup dan counter coup  kerusakan di
dua sisi area otak.
• Pada kontusio, kejadian perdarahan minimal, namun
ishemia, nekrosis dan infarck terjadi akibat edema
yang berkembang disebabkan oleh respon inflamasi
jaringan otak yang cedera  pompa Na dan K tidak
optimal  fungsi axon putus
• Bila terjadi laserasi akibat pecahnya batok kepala,
kejadian perdarahan resikonya sangat besar.
• Akibat perdarahan dan edema, tekanan intrakranial
meninggi
Tekanan Intra Kranial (TIK)
• Tek. Normal 5 - 15 mmHg atau antara
60 - 180 mmH2O

• Tekanan > 250 mmH2O disebut PTIK


Gejala PTIK
• Penurunan tingkat kesadaran, gelisah (nyeri kepala
berat), iritebel, papil edema, muntah proyektil (trias
TIK).

• Penurunan fungsi neurologis seperti : perubahan


bicara, reaksipupil, sensori motorik.

• Sakit kepala, mual, muntah dan diplopia

• TTV tidak stabil

• Triad Cushing yaitu tekanan sistolik meningkat, nadi


cepat, napas irigular merupakan respon PTIK
terlalu tinggi (indikasi herniasi)
Pengkajian cedera kepala
• Pasien cedera kepala seringkali berada
dibawah pengaruh alkohol dan atau obat-
obatan, sehingga sulit untuk kooperatif dan
dikontrol.

• Hal-hal yang harus dilakukan penolong pada


saat mengevaluasi pasien.
Tatalaksana cedera kepala di triage (IRD)

• Triage/ penapisan, bertugas memeriksa tanda vital dan memberi


label sesuai kegawatan.
• Semua pasien dengan cedera kepala segera di
konsultasikan pada dokter jaga bedah syaraf.
Langkah-langkah tatalaksana cedera kepala di
ruang gawat darurat

1. General precaution
2. Stabilisasi sistem kardiorespirasi (ABC)
3. Survey sekunder ( pemeriksaan status general terdiri
dari anamnesa dan pemfis seluruh organ)
4. Pemeriksaan neurologis
5. Menentukan diagnosa klinis dan pemeriksaan
tambahan (dokter)
6. Menentukan tatalaksana
1. General precaution (perlindungan umum)
a. Informed to consent dan informed consent
b. Perlindungan diri
• Mencuci tangan dengan antiseptik
• Pemakaian sarung tangan
• Memakai masker dan goggles
• Memakai jubah pelindung
• Linen
• Alat perawatan pasien
• Kebersihan lingkungan
• Benda tajam
• Penempatan pasien

c. Persiapan alat dan sarana pelayanan


2. Stabilisasi Sistem Kardiorespirasi

Pemeriksaan Evaluasi Perhatikan, catat dan perbaiki

A (airway) Patensi saluran nafas? Obstruksi?


Suara tambahan?
B (Breathing) Apakah oksigenasi efektif? Rate & depth
Gerakan dada
Sianosis
C (Circulation) Apakah perfusi adekuat? Pulse rate dan volume
Warna kulit
CRT
Perdarahan, TD
D ( Disability) Status neurologis Apakah ada kecacatan Tingkat kesadaran
neurologis? Pupil ( besar, bentuk, reflek
cahaya) bandingkan kanan &
kiri
E (Exposur) Cedera organ lain? Jenis, deformitas dan gerakan
ekstremitas
3. Survey sekunder

a. Anamnesis ( Meliputi: Identitas pasien, keluhan utama,


mekanisme trauma, waktu dan perjalanan trauma,
pernah pingsan atau sadar setelah trauma, penyakit
penyerta
b. Pemeriksaan fisik umum (pemeriksaan dengan
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) serta
pemeriksaan khusus head to toe/ B1  B6
Pemeriksaan fisik yang berkaitan erat dengan
cedera otak
1. Pemeriksaan kepala
Cari tanda:
a. Jejas dikepala (hematom sub kutan, luka terbuka, luka tembus dan
benda asing)
b. Tanda patah dasar tengkorak; ekimosis periorbita (brill hematoma),
ekimosis auricular (battle sign), rhinorhoe, dan otorhoe serta
perdarahan di membran timpani.
c. Tanda patah tulang wajah meliputi; fraktur maxilla, fraktur
mandibula
d. Tanda trauma pada mata meliputi; perdarahan konjungtiva,
kerusakan pupil dan jejas pada mata.
e. Auskultasi pada arteri karotis untuk menentukan adanya bruit
diseksi aorta
2. Pemeriksaan pada leher dan tulang kepala
Mencari tanda adanya cedera pada tulang
servikal dan tulang belakang dan cedera pada
medula spinalis, pemeriksaan meliputi jejas,
deformitas, status motorik, sensorik dan
autonomik
3. Pemeriksaan neurologis, terdiri atas;
a. Tingkat kesadaran
b. Syaraf kranial (syaraf II,III, yaitu
pemeriksaan pupil; besar dan bentuk, reflek
cahaya bandingkan kanan kiri
c. Fundoskopi dicari tanda-tanda edema pupil,
perdarahan pre retina
d. Autonomis (bulbocavernesus reflek,
cremaster reflek, spingter reflek)
4. Pemeriksaan foto polos kepala
Indikasi: kehilangan kesadaran, amnesia; nyeri kepala
menetap; jejas pada kulit kepala; kecurigaan luka tembus;
keluar cairan cerebrospinal atau darah dari hidung/telinga;
deformitas tulang kepala yang terlihat atau teraba,
5. Pemeriksasan CT scan
Indikasi GCS < 13 setelah resusitasi
Deteorisasi neurologis (penurunan GCS 2 poin atau lebih,
hemiparases, kejang.
Nyeri kepala/ muntah yang menentap
Pasien multi trauma
Survei Primer
• Mengamankan jalan nafas dengan
menstabilkan tulang servikal dan mengecek
tingkat kesadaran awal;

• Mengkaji pernafasan status pernafasan;

• Mengkaji sirkulasi dan mengendalikan


pendarahan utama. (lakukan tindakan jika
diperlukan sebelum melakukan pemeriksaan
sekunder)
Survei sekunder
S – symtoms (gejala)
A – alergies (alergi)
M – medication (pengobatan)
P – post medical history (riwayat penyakit
masa lalu)
L – last oral intake (intake oral terakhir)
E – events preceding the accident (kejadian
yang mempercepat kecelakaan)
Survei Sekunder

• TTV

• Pengkajian head to toe (termasuk neurologi).


Catat keutuhan batok kepala, termasuk adanya
rhinorhea (perdarahan hidung) dan otorhea
(perdarahan telinga). Kaji adanya
kemungkinan tanda-tanda fraktur servikal
Tindakan menurunkan edema
serebri
 Osmotik diuretik : Manitol 20%. Hiperosmolar,
edema
berlebihan pada pasien tertentu. Dosis 1 ml/kg BB.
 Diuretik/Furosemide : 20 - 40 mg.
 Koreksi natrium dan protein.
 Steroid (deksametason)
 Antihipertensi
 Antikonvulsan, pencegah batuk
 Barbiturat (depressi SSP) koma
Tindakan keperawatan
Tindakan medik dan keperawatan pada fase ini
adalah mempertahankan perfusi cerebral dan
mencegah terjadinya ishkemia
Tindakan keperawatan
• Amankan jalan nafas dan memberikan oksigenasi
adekuat, nasal kanul atau non rebreathing mask.
Otak tidak toleran terhadap hipoksia, sehingga
oksigenasi adekuat penting dilakukan jika pasien
mengalami koma, oksigen bisa juga diberikan
melalui endotracheal. Hal ini untuk mencegah
aspirasi karena pasien cedera kepala mudah
mengalami muntah.

• Siapkan untuk log-rolling, dan sunction orofaring


bila produksi sekret berlebihan.
Tindakan keperawatan
• Stabilisasikan pasien pada papan spinal, leher
harus diimobilisasikan dengan colar rigid dan alat
imobilisasi kepala.

• Setiap cedera kepala diperlakukan fraktur


spinal sampai hal ini tidak terbukti.
Tindakan keperawatan
• Mencatat tekanan darah, pernafasan (laju dan pola),
pupil (ukuran dan reaksi terhadap cahaya), sensasi
dan aktivitas motorik volunter, GCS, tandan
peningkatan tekanan intra kranial, juga saturasi O2.
Catat pada lembar observasi.

• Pasang dua buah IV line keteter dengan ukuran


besar. Star pemberian NaCl 09% atau RL. Kontrol
adanya perdahan eksternal dengan bebat tekan.

• Posisikan pasien dengan bagian kepala 30 derajat


lebih tinggi untuk memfasilitasi venus return lebih
baik
Tindakan keperawatan
• Gunting pakaian, jika tidak memungkinkan untuk
dilepas. Tutupi dengan selimut.

• Pertahankan suhu tubuh tidak tinggi untuk


menurunkan metabolisme otak. Susu tinggi
berdampak pada meningkatnya TIK.

• Pasang penghalang tempat tidur untuk menghindari


pasien jatuh
Thank You!!!
Ada
pertanyaan???
arifinhidayat001@gmail.com
085291103850
L/O/G/O
R
U
IM
T
I MAN T A N
P
O

LI
AN TE
AL

AT KNI
K K E SE H
K

Anda mungkin juga menyukai