Anda di halaman 1dari 42

URINARY TRACT Pembimbing

Dr. Eddy Mulyono, Sp.PD, FINASIM

INFECTION
Penyusun :
Fransisca Nathalia Cindy K.

CBD 406162130

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAR

RSUD RAA SOEWONDO PATI

2018
LAPORAN KASUS
 Identitas Pasien
 Nama : Ny. A. A. R.
 Jenis kelamin : Perempuan
 Usia : 19 tahun
 Alamat : Kutoharjo ¾ Pati, Pati – Jawa Tengah
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Pendidikan : SMA
 Status perkawinan : Menikah
 Suku bangsa : Jawa
 Agama : Islam
 Tanggal masuk : 13 Februari 2018
 Tanggal dikasuskan: 15 Februari 2018
 Anamnesis
 Anamnesa didapatkan dari autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan pada tanggal 14
Februari 2018 pukul 05.05 WIB bertempat di Ruang Flamboyan.
 Keluhan utama:
 Demam sejak 6 hari SMRS.
 Keluhan tambahan:
 Nyeri kepala, mual dan muntah.
 Riwayat penyakit sekarang:
 Pasien datang ke IGD RS Soewondo Pati tanggal 13 Februari 2018 pada pukul 09.35 WIB
dengan keluhah;
 Demam sejak 6 hari SMRS, tidak disertai menggigil, demam terus menerus, meningkat
terutama pada malam hari, menurun setelah diberi obat penurun panas tapi
kemudian kembali naik. Keluhan disertai nyeri kepala pada bagian belakang kepala
dan menjalar ke leher, nyeri kepala hilang timbul, memberat setelah beraktivitas
atau kurang istirahat
 Mual dan muntah sejak 5 hari SMRS, frekuensi >3x/hari, mual dan muntah setiap kali
makan, tidak terdapat darah, isi makanan yang dimakan, jumlah sesuai makanan yang
dikonsumsi, membaik setelah diberi obat untuk lambung.
 Tidak ada keluhan BAB dan BAK.
 Riwayat penyakit dahulu:
 Keluhan serupa : disangkal
 Darah tinggi : disangkal
 Kencing manis : disangkal
 Asma : disangkal
 Maag : disangkal
 Alergi obat : disangkal
 Riwayat penyakit keluarga:
 Riwayat keluhan yang sama, penyakit darah tinggi, kencing manis, dan alergi obat
disangkal.
 Riwayat pengobatan:
 3 hari SMRS pasien telah berobat ke klinik dan diberi 4 macam obat, pasien tidak ingat
nama obat, hanya ingat obat untuk demam, nyeri kepala, mual dan muntah. Tetapi
masih belum ada perbaikan. Sudah cek laboratorium widal dan hasilnya (+).
 Riwayat menstruasi:
 Siklus haid normal, 28 hari, terakhir haid 10 hari yang lalu, bila haid tidak nyeri, lama
haid 3-5 hari, jumlah pembalut 2-4/hari. Status obstetri PoAo.
 Riwayat asupan nutrisi:
 Pola makan teratur, 3x sehari, porsi normal, sayuran cukup, jarang makan buah-
buahan. Suka jajan makanan yang dijual di depan rumah, jajan kue-kue pasar.
 Riwayat kebiasaan:
 Riwayat merokok, minum minuman beralkohol, pemakaian narkoba/obat – obatan
terlarang dan olahraga rutin disangkal.

III. Pemeriksaan Fisik Umum


 Dilakukan pada tanggal 14 Februari 2018 pukul 05.15 WIB.
 Keadaan umum: Tampak sakit sedang
 Tanda vital : Kesadaran: compos mentis, GCS E4V5M6
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 80 kali/menit, regular, isi cukup
 RR : 18 kali/menit
 Suhu aksila : 37,3oC
 BB : 58 kg
 TB : 160 cm
 IMT : 58/2.56 = 22.65 (status gizi normal)
Kepala : Normosefali, distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut

Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-), pupil isokor Ø 3 mm,
refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+)/(+)

Hidung : Bentuk hidung normal, penciuman baik, tidak ada nafas cuping hidung
Telinga : Nyeri tarik aurikula (-)/(-), nyeri tekan tragus (-)/(-), nyeri tekan mastoid
(-/-), liang telinga lapang, serumen prop (-)/(-), benda asing (-)/(-)

Mulut : Bentuk rahang normal, sulkus nasolabialis simetris, mukosa mulut tidak
kering, sianosis oral (-), kelenjar parotis tidak membesar

Tenggorok : T1-T1, tidak hiperemis, detritus (-), mukosa faring tidak hiperemis, post
nasal drip (-)
Leher : Jejas akibat trauma (-), nyeri (-), letak trakea di tengah, tidak ada
pembesaran KGB, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Dinding dada : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis, jejas akibat trauma (-),
retraksi supraklavikula (-), retraksi subkostal (-), retraksi interkostal (-)
Jantung : Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra, lebar 2 cm, tidak kuat
angkat, thrill sistolik/diastolik tidak ditemukan.
Perkusi : Batas jantung atas di ICS II parasternal line sinistra
Batas jantung kanan di ICS IV parasternal line dextra
Batas jantung kiri ICS V midclavicula line sinistra
Auskultasi : BJI-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru depan : Inspeksi : Sela iga tidak melebar, simetris dalam keadaan statis maupun dinamis

Palpasi : Nyeri (-), stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor di semua lapang paru, batas paru-hati di ICS V MCLD
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-), friction rub (-/-)
Paru belakang : Inspeksi : Sela iga tidak melebar, simetris dalam keadaan statis maupun dinamis
Palpasi : Nyeri (-), stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-), friction rub (-/-)
Abdomen : Inspeksi : tampak datar

Auskultasi : BU (+) 8x/menit

Perkusi : Timpani di keempat kuadran, shifting dullness (-), fluid wave (-), liver span 5 cm, nyeri
ketok sudut kostovertebra (-/-), castle sign (-)

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) , hepar tidak teraba membesar, lien tidak teraba membesar,
ballotement ginjal (-/-)

 Anus dan Genitalia  Kelenjar Getah Bening


 Tidak ada kelainan  Tidak ada pembesaran KGB
 Ekstremitas dan Tulang Belakang  Pemeriksaan neurologis
 Akral hangat, CRT < 2s, sianosis (-),  Kaku kuduk dan rangsang meningeal (-)
edema (-)
 Refleks fisiologis ++/++
 Tidak ada nyeri tekan, kifosis (-),
 Refleks patologis -/-
lordosis (-), skoliosis (-)
 Motorik : normotrofi, normotoni, kekuatan 5555/5555
 Kulit
 Sensorik : normal
 Petekie (-), ekimosis (-)
Pemeriksaaan Laboratorium Tanggal 14 Februari 2018 :

Hematologi Hasil Satuan Nilai Normal Kimia klinik Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 6.1 10^3 /µL 3.6 – 11.0 GDS 84 mg/dL 70-160
Eritrosit 4.31 10^6 /µL 4.2 – 5.4 Ureum 15.3 mg/dL 19 – 49
Hemoglobin 12.6 g/dL 11.7 – 15.5 Creatinin 0.61 mg/dl 0,6 – 1.3
Hematokrit 35.5 % 35 – 47 Natrium darah 143.5 mmol/L 135 – 155
MCV 81,1 fL 80 – 100 Kalium darah 4.81 mmol/L 3.6 – 5.5
MCH 29 Pg 26 – 34 Chlorida darah 101.1 mmol/L 95 - 108
MCHC 35,8 % 32 – 36 Imunologi
Trombosit 254 10^3 /µL 150 – 450 HbSAg Non reaktif Non reaktif
RDW-CV 12.4 % 11.5 – 14.5
RDW-SD 42.4 fL 35 – 47 Serologi Hasil Nilai Normal
PDW 12.9 fL 9.0 – 13.0 S. typhi O (+) 1/80 Negatif
MPV 9.7 fL 6.8 -10.0 S. typhi H (+) 1/160 Negatif
P-LCR 32.1 % S. paratyphi A Negatif Negatif
Hitung Jenis Hasil Satuan Nilai Normal S. paratyphi B (+) 1/80 Negatif
Netrofil 76.40 % 50.0 – 70.0
Limfosit 17.30 % 25.0 – 40.0
Monosit 6.10 % 2.0 – 8.0
Urinalisis lengkap Hasil Nilai Normal • Pemeriksaaan ECG Tanggal
Warna Kuning Kuning muda 14 Februari 2018 :
Kekeruhan Keruh Jernih
Kesimpulan; Normal Sinus
Epitel POS (++) Skuamos/LPK
Rhythm, HR 69x/menit
Leukosit Penuh/LPB < 5/LPB
Eritrosit Penuh/LPB < 5/LPB
Kristal Negatif Negatif /LPK
Silinder Negatif Negatif /hyalin 0-1
Lain – lain -
Darah samar Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Normal
Bilirubin Negatif Negatif
Protein urin Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
pH 6.5 4.5 – 8.0
Berat jenis 1.010 1.003 – 1.022
Lekosit Negatif Negatif
 Resume
 Telah diperiksa seorang perempuan usia 19 tahun datang dengan keluhan demam sejak 6 hari
SMRS, tidak disertai menggigil, demam terus menerus, meningkat terutama pada malam
hari, menurun setelah diberi obat penurun panas tapi kemudian kembali naik. Keluhan
disertai cephalgia pada bagian belakang kepala dan menjalar ke leher, nyeri kepala hilang
timbul, memberat setelah beraktivitas atau kurang istirahat. Keluhan mual dan muntah
sejak 5 hari SMRS, frekuensi >3x/hari, mual dan muntah setiap kali makan, tidak terdapat
darah, isi makanan yang dimakan, jumlah sesuai makanan yang dikonsumsi, membaik setelah
diberi obat untuk lambung.
 3 hari SMRS pasien telah berobat ke klinik dan diberi 4 macam obat, pasien tidak ingat nama
obat, hanya ingat obat untuk demam, nyeri kepala, mual dan muntah. Tetapi masih belum
ada perbaikan. Sudah cek laboratorium widal dan hasilnya (+).
 Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis,
tekanan darah tangan 120/80 mmHg. Frekuensi nadi 80 kali/menit, frekuensi napas 18
kali/menit, suhu aksila 37,3o C, dan IMT normal.
 Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan widal (+) dan UL (+) ISK.
DIAGNOSIS TATALAKSANA

 Medikamentosa :
 Diagnosis kerja :
Typhoid fever + ISK  Infus Ringer Laktat 20 tpm
(Sistisis)  - Injeksi:
 Levofloksasin inj. 1x500mg
 Ranitidine inj 2 x 150mg
 - PO:
 Paracetamol tab 3 x 500mg
 Non-medikamentosa:
 Perbanyak konsumsi air putih
 Tidak menahan rasa ingin BAK
 Menjaga kebersihan genitalia eksterna
 Mencuci tangan sebelum, sesudah
makan, dan setelah BAB.
PROGNOSIS

 Ad vitam : bonam
 Ad functionam : bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam
Follow Up 13/02/2018 14/02/2018 15/02/2018

S Demam sejak 6 SMRS, demam tinggi Demam (-), mual, (-) muntah (-), dan Demam (-), mual, (-) muntah (-), dan
terus menerus. Mual, (+) muntah (+), nyeri kepala (+). nyeri kepala (-).
dan nyeri kepala pada belakang
kepala.
O TD: 120/80 mmHg TD: 120/80 mmHg TD: 120/80 mmHg
HR: 80x/mnt HR: 80x/mnt HR: 80x/mnt
RR: 18x/mnt RR: 18x/mnt RR: 18x/mnt
S: 37,6oC S: 37,1oC S: 36,7oC
Lab: Lab:
Leu 6.100 S. Typi O: 1/160
Hb 12.6 S. Typi H: 1/80
Ht 35.5% S. Paratypi B: 1/80
Th 254.000 UL (+) ISK

A Demam Tifoid Demam Tifoid Demam Tifoid


dd ISK ISK ISK

P Inf RL 500 ml 20 tpm Inf RL 500 ml 20 tpm Pasien BLPL


Inj ceftriaxone 1 gr 1x2 Inj levofloxacin 500 mg 1x1 Po levofloxacin 500 mg 1x1
Inj ranitidine 25 mg 2x1 Inj ranitidine 25 mg 2x1 Po omeprazole 20 mg 1x1
Inf paracetamol 500 mg 3x1 Inf paracetamol 500 mg 3x1 Po paracetamol 500 mg 3x1
Periksa: darah rutin, urine lengkap,
widal, fungsi hati
TYPHOID FEVER
DEFINISI

 Infeksi sitemik akut yang disebabkan oleh Salmonella enterik serotype typhi
atau paratyphi. Nama lain penyakit ini adalah enteric fever, tifus, dan tifus
abdominalis.
 Insiden tertinggi pada anak – anak. Di Indonesia usia 3-19 tahun
 Transmisi dapat melalu air yang tercemar pada daerah endemik atau melalui
makanan yang tercemar pada daerah non endemik.
PATOFISIOLOGI Menembus lamina propria  difagosit
oleh makrofag -> diresentasikan
makrofag

Menjalar ke KGB mesentrika -> Melalui


Air/makanan terkontaminasi duktus torasikus -> aliran darah sistemik
kuman (bakteriemia I = asimptomatik)

Sebagian dimusnahkan oleh asam Bersarang di RES (TU hati & limfa) ->
lambung berkembang -> meninggalkan sel
fagosit

Sebagian lolos ke usus halus ->


plak peyeri ileum terminalis Masuk ke aliran darah kembali ->
(bakteriemia II = simptomatik ) gejala
klinis sistemik

Bila respon imun <<  kuman


menembus sel epitel ( sel M) Dari hati -> empedu -> sebagian
dikeluarkan dikeluarkan bersama feses,
sebagian di serap kembali (proses
berulang)
MANIFESTI KLINIS

 Masa inkubasi 10 -14 hari


 Minggu pertama : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi atau diare, nyeri perut, batuk dan epistaksis.
 Demam pola step ladder, tinggi pada sore hari
 Minggu kedua : demam, bradikardi relatif, lidah tifoid (kotor
ditengah, tepi dan ujung berwarna merah), hepatomegali,
splenomegali, meteorismus, dan gangguan kesadaran.
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan darah perifer lengkap (leukopenia/normal/leukositosis, anemia


ringan, trombositopenia, peningkatan laju endap darah, peningkatan SGOT
dan SGPT)
 Uji widal untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita
tersangka demam tifoid yaitu:
 a). Aglutinin O (dari tubuh kuman),
 b). Aglutinin H (flagella kuman), dan
 c). Aglutinin Vi (simpai kuman).
 Titer antibodi O >1:320 atau antibodi H > 1:640 menguatkan diagnosis pada
gambaran klinis yang khas.
 Uji TUBEX. Uji semikuantitatif kolomerik untuk antibodi S. Typhi O9. infeksi
S. Paratyphi menunjukkan hasil negatif. Sensitivitas 75 -80% dan spesifisitas
75-90%.

 Uji typhidot. deteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada protein
membrane luar Salmonella typhi. Hasil positif didapatkan 2-3 hari setelah
infeksi
 Uji IgM dipstick. khusus mendeteksi antibody IgM spesifik terhadap S. typhi
pada spesimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang
mengandung antigen lipopolisakarida (LPS) S. typhoid dan anti IgM (sebagai
control. sensitivitas sebesar 65-77% dan spesifitas sebesar 95-100%.
 Kultur darah.(Gold standard) Hasil biakan darah yang positif memastikan
demam tifoid, akan tetapi hasil negative tidak menyingkirkan demam tifoid
TATALAKSANA

 Istirahat dan perawatan pencegahan komplikasi


 Diet lunak dan terapi suportif
 Pemberian antimikroba
 Kloramfenikol. (DOC) Dosis 4 x 500 mg per hari per oral atau intravena (7
hari bebas demam)
 Tiamfenikol. Dosis 4 x 500 mg. ES depresi sumsum tulang lebih rendah
 Kotrimoksazol. 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung sulfametoksazol 400mg
dan 80mg trimethoprim) selama 2 minggu.
 Ampisilin dan amoksisilin. 50-150mg/kgBB selama 2 minggu. Kemampuan
menurunan demam lebih rendah
 Sefalosporin generasi ketiga. (terbukti efektif untuk demam tifoid)
seftriakson, 3-4 gram dalam dekstrosa 100cc diberikan selama ½ jam perinfus
sekali sehari, selama 3-5 hari.
 Florokuinolon:
 Norfloksasin dosis 2x 400 mg/hari selama 14 hari
 Siprofloksasin dosis 2x 500 mg/hari selama 6 hari
 Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
 Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
 Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
 Levofloksasin dosis 1 x 500 mg/hari selama 5 hari
 Azitromisin 2x500mg
 Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan hanya pada keadaan tertentu
(toksik tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok septik, atau penyakit yang
pernah ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain
salmonella )
 Kortikosteroid (hanya diindikasikan pada toksik tifoid yang mengalami syok
septik) deksametason dosis 3 x 5 mg.
 Pada kehamilan : ampisilin, amoksisilin, ceftriaxone
VACCINE
 Vaksin oral Ty21a dan Vaksin parenteral ViCPS vaksin kapsul polisakarida
 Vaksin Ty21a 3x secara bermakna ↓ 66% selama 5 tahun, 33% selama 3 tahun.
Penurunan insidens sebanyak 53% pada anak >10 tahun dan anak usia 5-9
tahun insidens turun 17%.
 Jenis vaksin dan jadwal pemberiannya, yang ada saat ini di Indonesia hanya
ViCPS.
 Indikasi
 Populasi: anak usia sekolah di daerah endemic, personil militer, petugas
rumah sakit, laboratorium kesehatan, industry makanan/minuman
 Individual: pengunjung/wisatawan ke daerah endemic, orang yang kontak
erat dengan tifoid karie.
 Pada anak usia 2-5 tahun toleransi dan respons imunologisnya sama dengan
orang dewasa.
 Kontraindikasi
 Vaksin hidup oral Ty21a; alergi, penurunan imunitas, dan kehamilan (karena
sedikitnya data). Bila diberikan bersamaan dengan obat anti-malaria
(klorokui, meflokuin) dianjurkan minimal setelah 24 jam pemberian obat baru
dilakukan vaksinasi.
 Efek samping vaksinasi
 Vaksin Ty21a; demam pada 0-5%, kasus sakit kepala (0-5%),
 ViCPS; demam 0,25%, 6,7-24%, nyeri kepala 9-10% dan reaksi local nyeri dan
edema 3-35% bahkan reaksi berat termasuk hipotensi, nyeri dada dan syok
dilaporkan pernah terjadi meskipun sporadic dan sangat jarang terjadi.
 Efektifitas vaksinasi
 Serokonversi (peningkatan titer antibody 4 kali) setelah vaksinasi dengan
ViCPS terjadi secara cepat yaitu sekitar 15 hari – 3 minggu dan 90% bertahan
selama 3 tahun. Kemampuan proteksi sebesar 77% pada daerah endemic
(Nepal) dan sebesar 60% untuk daerah hiperendemik.
Komplikasi

 Komplikasi intestinal. Perdarahan, perforasi, ileus paralitik dan pankreatitis.


 Komplikasi ekstra-intestinal:
 Komplikasi kardiovaskular: gagal sirkulasi perifer, miokarditis,
tromboflebitis.
 Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, KID, thrombosis
 Komplikasi paru: pneumonia, empyema, pleuritis
 Komplikasi hepatobilier: hepatitis, kolesistitis
 Komplikasi ginjal: glomerulonephritis, pielonefritis, perinefritis.
 Komplikasi tulang: osteomyelitis, periostitis, spondylitis, artritis
 Komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik
URINARY TRACT
INFECTION
DEFINISI

 Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, termasuk
ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme.
 Beberapa istilah yang sering digunakan dalam klinis mengenai infeksi saluran kemih :
 ISK uncomplicated (sederhana), yaitu infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai
kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.
 ISK complicated (rumit), yaitu infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita
kelainan anatomis/ struktur saluran kemih , atau adanya penyakit sistemik. Kelainan ini
menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
 First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu infeksi saluran kemih yang
baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurang – kurangnya 6 bulan
bebes dari ISK.
 Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat dibasmi
dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama.
 Asymtomatic significant bacteriuria (ASB), yaitu bakteriuria yang bermakna tanpa disertai
gejala.
KLASIFIKASI
 Infeksi saluran kemih (ISK) diklasifikasikan berdasarkan anatomi :
 Infeksi Saluran kemih (ISK) bawah,
 Presentasi klinis infeksi saluran kemih (ISK) bawah tergantung dari gender.
 Perempuan
 Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna
 Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril)
 Laki – laki
 Presentasi ISK bawah pada laki – laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan
uretritis.
 ISK atas
 Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh
infeksi bakteri.
 Pielonefritis kronik (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan
ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
ETIOLOGI

 Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang


biasanya menghuni usus kemudia naik ke sistem saluran kemih.

No Mikroorganisme Presentase biakan (%)


1. Eschrichia coli 50 – 90

2. Klebsiela atau enterobacter 10 – 40

3. Proteus sp 5 – 10

4. Pseuomonas aeroginosa 2 – 10

5. Staphylococcus epidermidis 2 – 10

6. Enterococci 1–2
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS

 Gejala yang sering timbul ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing
yang biasanya terjadi bersamaan, disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis.
 Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu :
 a. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra
pubik, disuria, frekuensi, hematuri, dan urgensi,
 b. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri
punggung, muntah
Diagnosis

 Anamnesis dan pemeriksaan fisik


 Pemeriksaan penunjang
 Urunalisis: piuria, bakteriuria, hematuria, nitrit (+), leukosit >5/LPB
 Kultur urin
 USG ginjal, CT scan abdomen, sistografi
TATALAKSANA

 Infeksi saluran kemih (ISK) bawah


 Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak,
antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi urin :
 Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika
tunggal, seperti ampisilin 3 gram, trimetropim 200 mg.
 Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria) diperlukan terapi
konvensional selama 5 – 10 hari.
 Infeksi saluran kemih (ISK) atas
 Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48
jam.
 The infection Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga
alternatif terapi antibiotika intravena sebagai terapi awal selama 48-72 jam
sebelum diketahui mikroorganisme penyebabnya :
 - Flurokuinolon
 - Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
 - Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida
 Infeksi saluran kemih berulang
 Terapi jangka panjang yang dapat
diberikan antara lain trimetroprim –
sulfametoksazol dosi rendah (40 – 200
mg) tiga kali seminggu setiap malam,
flurokuinolon dosis rendah,
nitrofurantoin makrokristal 100 mg tiap
malam. Lama pengobatan 6 bulan dan
bila perlu dapat dipepanjang 1-2 tahun
lagi.
 Pada ibu hamil: co-amoxiclav, nitrofurantoin, sefalosporin oral, atau
fosmomisin dosis tunggal
 Pielonefritis: AB IV hingga ps. Afebris selam 24 jam + terapi oral 10-14 hari
 KI: sulfonamid dan quinolon
KOMPLIKASI

 Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu
saluran kemih, obstruksi salran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisitem,
gangguan fungsi ginjal.

Anda mungkin juga menyukai