Anda di halaman 1dari 11

SHOCK

Dr. Tb izzul barr yusuf


 Syok hipovolemik
 Syok cardiogenik
 Syok neurogenik
 Syok septik
Syok hipovolemik

 terjadi karena kehilangan cairan tubuh dlm


jumlah besar:
 Pada luka bakar yang luas
 Muntah hebat atau diare
 Pada ileus obtruksi
 Pada diabetes atau penggunaan diuretik
 sepsis berat, pankreatitis akut, atau
peritonitis purulenta difus.
 Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat
dan kuat, kecuali jika miokard sudah mengalami
hipoksia karena perfusi yang sangat berkurang.
 Respons tubuh terhadap perdarahan bergantung
pada volume, kecepatan, dan lama perdarahan.
 Bila volume intravaskular berkurang, tubuh akan
selalu berusaha untuk mempertahankan perfusi
organ-organ vital (jantung dan otak) dengan
mengorbankan perfusi organ lain seperti ginjal, hati,
dan kulit.
Patofisiologi

 Akan terjadi perubahan-perubahan hormonal


melalui sistem renin-angiotensin-aldosteron,
sistem ADH, dan sistem saraf simpatis.
Cairan interstitial akan masuk ke dalam
pembuluh darah untuk mengembalikan
volume intravaskular, dengan akibat terjadi
hemodilusi (dilusi plasma protein dan
hematokrit) dan dehidrasi interstitial.
 Dengan demikain, tujuan utama dalam mengatasi syok
perdarahan adalah menormalkan kembali volume intravaskular
dan interstitial.
 Bila defisit volume intravaskular hanya dikoreksi dengan
memberikan darah maka masih tetap terjadi defisit interstitial,
dengan akibat tanda-tanda vital yang masih belum stabil dan
produksi urin yang kurang.
 Pengembalian volume plasma dan interstitial ini hanya mungkin
bila diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran,
dsb) dan cairan garam seimbang.
Penatalaksanaan Syok Hipovolemik

 Pasang satu atau lebih jalur infus intravena no. 18/16.


 Infus dengan cepat larutan kristaloid atau kombinasi larutan
kristaloid dan koloid sampai vena (v. jugularis) yang kolaps
terisi.
 Sementara, bila diduga syok karena perdarahan, ambil contoh
darah dan mintakan darah.
 Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan tekanan darah,
infus harus dilambatkan.
 Bahaya infus yang cepat adalah udem paru, terutama pasien
tua. Perhatian harus ditujukan agar jangan sampai terjadi
kelebihan cairan.
Pemantauan yang perlu dilakukan dalam
menentukan kecepatan infus

 Nadi: nadi yang cepat menunjukkan adanya


hipovolemia
 Tekanan darah: bila tekanan darah < 90 mmHg pada
pasien normotensi
 atau tekanan darah turun > 40 mmHg pada pasien
hipertensi, menunjukkan masih perlunya transfusi
cairan.
 Produksi urin. Pemasangan kateter urin diperlukan
untuk mengukur produksi urin. Produksi urin harus
dipertahankan minimal 1/2 ml/kg/jam
 Bila kurang, menunjukkan adanya hipovolemia.
 Cairan diberikan sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba.
 Bila volume intra vaskuler cukup, tekanan darah baik, produksi
urin < 1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg untuk
mempertahankan produksi urine.
 Dopamin 2–5 µg/kg/menit bisa juga digunakan pengukuran
tekanan vena sentral (normal 8–12 cmH2O), dan bila masih
terdapat gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus, sesak,
pucat, dan ekstremitas dingin, menunjukkan masih perlu
transfusi cairan.
Kesimpulan

 Berhasil tidaknya penanggulangan syok


tergantung dari kemampuan mengenal
gejala-gejala syok, mengetahui, dan
mengantisipasi penyebab syok serta
efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-
saat/menit-menit pertama penderita
mengalami syok.

Anda mungkin juga menyukai