Anda di halaman 1dari 71

ASFIKSIA MEKANIK

RAMOS SILALAHI
SAMUEL LIONARDI
ALVIN ANTHONIUS

PEMBIMBING : DR. JIMS F. POSSIBLE, SP. KF, M. KES, S. KED


Penjelasan

• Asfiksia  keadaan berupa berkurangnya kadar


oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbon dioksida
(CO2) secara bersamaan dalam darah dan jaringan
tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen
(udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon
dioksida dalam darah kapiler paru-paru.
• Asfiksia mekanik  mati lemas yang terjadi bila
udara pernafasan terhalang oleh berbagai macam
penyebab.
Asfiksia
Definisi :
• Pernafasan berhenti secara efektif sehingga
tubuh kekurangan Oksigen

Anoksia :
1. Anoksia anemik
2. Anoksia Stagnan PENYAKIT
3. Anoksia Histotoksik
4. Anoksia Anoksik ASFIKSIA MEKANIK
Anoksia Anemik

Keadaan dimana tidak cukupnya Hb untuk membawa O2

Pada keadaan anemia berat dan tiba-tiba


Anoksia Anoksik

Keadaan dimana 02 tidak dapat masuk ke dalam paru-


paru
Contoh ; bernapas dalam ruangan tertutup, kepala
ditutup kantong plastik, udara kotor atau busuk,
lembab, atau daerah pegunungan
Dikenal dengan asfiksia murni atau Sufokasi
Anoksia Stagnan

Keadaan sirkulasi darah yang tidak lancar untuk


membawa O2
Contoh ; Gagal jantung, syok, dsb.
Anoksia histotoksik

Terjadi pada jaringan itu sendiri, sehingga jaringan tersebut


tidak dapat menggunakan 02 secara efektif.
1. Ekstraseluler : Anoksia yang terjadi pada gangguan di
luar sel ; keracunan sianida = terjadi kerusakan pada
enzym sitokrom oksidase = kematian segera ; keracunan
barbiturat dan hipnotik lainnya = sitokrom dihambat
secara parsial = kematian perlahan.
2. Intra seluler : O2 tidak dapat masuk ke sel tubuh karena
penurunan permeabilitas membran sel ; keracunan zat
anestetik yang larut dalam lemak (kloroform dan ether)
3. Metabolik : Hasil metabolik yang mengganggu
pemakaian O2 oleh jaringan ; Syndrom Uremikum.
Penyebab Alamiah

Penyakit yang menyumbat saluran pernapasan ;


Laringitis difteri
Fibrosis Paru (mengganggu pergerakan paru)
Asfiksia Mekanik

1. Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas :


• Pembekapan (smothering)
• Benda Asing (gagging, choking)
2. Penekanan terhadap dinding saluran pernafasan :
• Penjeratan (stranggulation)
• Pencekikan (manual strangulation)
• Penggantungan (hanging)
3. Penekanan dari luar pada dinding toraks atau
traumatic asphyxia (Crush)
4. Rongga saluran pernapasan berisi air (drowning)
Keracunan Bahan Kimia

Menimbulkan depresi pusat pernapasan ;


Karbon monoksida
Sianida
(Menghalangi penghantaran O2 ke jaringan pada tingkat
molekuler dan seluler)
PATOFISIOLOGI

1. Primer
Akibat langsung dari asfiksia tersebut ;
Kekurangan O2 ditemukan diseluruh tubuh, tidak
tergantung pada tipe asfiksia
Bagian otak (cerebelum, cerebrum, dan basal ganglia) =
rentan terhadap keadaaan kekurangan o2
Apabila bagian tsb mati, maka digantikan oleh jaringan
glial, sedangkan pada organ lainnya berbeda.
PATOFISIOLOGI

2. Sekunder
Berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi
tubuh ;
Jantung = kompensasi kekurangan o2 dengan
mempertinggi output = tekanan arteri dan vena tinggi =
beban kerja jantung berat = gagal jantung = kematian
- Contoh : Pembekapan, Gantung, Jerat, Cekik, Korpus
Alienum, tenggelam.
PATOFISIOLOGI

Kondisi-kondisi yang berkaitan dengan asfiksia


adalah sebagai berikut:

a. Gangguan pertukaran udara pernapasan.


b. Penurunan kadar oksigen (O2) dalam darah
(hipoksia).
c. Peningkatan kadar karbondioksida (CO2) dalam
darah (hiperkapnea).
d. Penurunan suplai oksigen (O2) ke jaringan tubuh.
Cara Kematian

1. Wajar
- Penyakit

2. Tidak wajar
- Pembunuhan
- Bunuh Diri
- Kecelakaan
Terdapat empat fase dalam asfiksia, yaitu:

•Fase Dispneu
•Fase Konvulsi.
•Fase Apneu
•Fase Akhir
Gejala klinik :
1. Dispneu : Tubuh kekurangan O2
Penumpukan CO2
2. Konvulsi : Klonik
Tonik
Epistotonik
3. Apneu : Tidak bernapas
4. Stadium Akhir: Paralisa seluruh tubuh
Tanda-tanda umum :
1. Sianosis : Darah mjd encer dan gelap
Mukosa biru
Kuku biru
Lebam mayat gelap
2. Kongesti vena :
Pelebaran pembuluh darah vena pd paru
Perdarahan berbintik di membran transparan
pd organ ( jantung,paru,sklera )
3. Edema :
Kekurangan oksigen, pembuluh darah rusak,
permeabilitas naik -------) Paru-paru
PEMERIKSAAN JENAZAH

Pemeriksaan Luar
• Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku
• Pembendungan, sistemik maupun pulmoner
• Warna lebam mayat biru gelap dan terbentuk lebih
cepat,
• Adanya busa halus pada hidung dan mulut
• Gambaran pembendungan pada mata dimana
terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi
dan palpebra, sehingga seolah-olah si korban matanya
merah.
Pemeriksaan Dalam (autopsi)
• Darah berwarna lebih gelap dan encer, karena
fibrolisin darah meningkat postmortal
• Pada saluran pernafasan terdapat busa halus.
• Seluruh organ-organ dalam tubuh menunjukkan
tanda-tanda pembendungan, sehingga menjadi lebih
berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan
banyak mengeluarkan darah.
• Petechial haemorrhaeges dapat ditemukan pada :
• Mukosa usus halus
• Jantung (epicardial haemorrhages)
• Paru-paru
• Kulit kepala, terutama daerah otot temporal
• Kelenjer thymus
• Mukosa epiglottis dan daerah subglotis
 Edema pulmoner sering terjadi pada kematian yang
berhubungan dengan hipoksia
 Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan
kekerasan seperti :
 Fraktur laring langsung ataupun tidak langsung
• Perdarahan faring terutama bagian belakang tulang
krikoid (pleksus vena submukosa dengan dinding
tipis)
Smothering (Bekap)

Definisi
 Obstruksi mekanik terhadap aliran udara dari lingkungan ke mulut dan
lubang hidup.

Tanda-tanda :
- Tanda umum asfiksia
- Tanda khusus = memar pada pipi dan bibir

Cara Kematian :
- Pembunuhan
- Bunuh diri
- Kecelakaan (anak-anak dan bayi)
Gambaran Post Mortem
Pemeriksaan Luar Jenazah
- Tanda kekerasan tergantung dari jenis benda dan kekuatan menekan
- Luka Lecet, jenis tekan, atau geser, jejas bekas jari atau kuku disekitar
wajah = korban melawan
- Luka memar atau lecet ditemukan dalam permukaan dalam bibir =
akibat bibir terdorong dan menekan gigi, gusi, lidah
- Bekap dengan benda lunak = tidak ditemukan tanda kekerasan, tetapi
memar dan luka bisa dapat ditemukan pada bibir bagian dalam ; lihat
tanda lainnya seperti gincu.
- Bekap dengan 1 tangan dan tangan lain menekan kepala korban = lecet
atau memar pada otot leher bagian belakang ; dapat disayat otot bagian
dalam atau membuka kulit yang menutupi bagian tersebut.
Gambaran Post Mortem
Pemeriksaan Dalam Jenazah
- Darah tetap cair = aktifitas fibrinolisin
- Kongesti = pembendungan yang sistemik (dilatasi jantung kanan = ciri
klasik pada asfiksia)
- Edem pulmonal = Pembengkakan paru-paru.
- Ptekiae ditemukan pada mukosa usus halus.
- Busa halus pada saluran pernapasan

Mikroskopis
- Peningkatan CO2 pada darah dan O2 menurun.
Gagging and Choking

Definisi
 Sumbatan pada jalan napas oleh benda asing = hambatan udara ke paru-
paru
 Gagging = Sumbatan pada orofaring
 Choking = Sumbatan pada laringofaring

Mekanisme Kematian
 Asfiksia atau refleks vagal akibat rangsangan pada reseptor N. Vagus di
arcus faring = hambatan kerja jantung = gagal jantung = kematian.

Cara Kematian
 Bunuh diri (jarang terjadi)
 Pembunuhan (bayi dan orang dengan fisik lemah)
 Kecelakaan (saat tertawa atau menangis saat makan)
Post Mortem tersedak

 Ditemukan tanda asfiksia pada pemeriksaan luar dan dalam jenazah


 Dalam rongga mulut (orofaring dan laringofaring) ditemukan sumbatan
beda asing (koran, gigi palsu, sapu tangan, dsb)
 Bila tidak ditemukan benda asing, cari tanda kekerasan oleh benda
asing
Manual Strangulasi (Cekik)

Definisi
 Penekanan pada leher dengan tangan atau lengan bawah = dinding
saluran nafas atas tertekan = penyempitan saluran napas = udara tidak
dapat lewat = asfiksia.

Mekanisme Kematian
 Gejala Asfiksia (4 Fase)
 Refleks Vagal (menjelaskan terminologi sudden cardiac arrest = trauma
pada leher)

Cara Kematian
 Pembunuhan
 Kecelakaan
Cara Manual Strangulasi

 Menggunakan 1 tangan dan pembunuh berdiri depan korban


 Menggunakan 2 tangan dan pembunuh berdiri di depan atau di
belakang korban
 Menggunakan 1 lengan atau pembunuh berdiri di depan atau belakang
korban
Post Mortem manual Strangulasi

Pemeriksaan luar jenazah


 Tanda asfiksia
 Tanda kekerasan pada leher = Luka memar pda leher, bekas tekanan jari
dan kuku, sidik jari, arah pencekikan.
 Tanda kekerasan pada tempat lain = menunjukkan bahwa korban
melakukan perlawanan.

Pemeriksaan dalam jenazah


 Pendarahan atau resapan darah pada otot leher, tiroid, kelenjar ludah,
serta muksa dan submukosa faring dan laring.
 Fraktur os hyoid, os cricoid, os thyroid, cartilago thyiroideae, cartilago
cricoideae, dan trakea.
 Memar atau robekan membran hipothyroideae
 Luksasi artikulatio cricoi-thyroideae dan robekan ligamentum pada
mugging.
Strangulasi (Jerat) dan Hanging (Gantung)

Definisi
 Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat, kabel,
kaos kaki, pakaian, dsb yang melingkari leher dan mengikat leher yang
semakin lama semakin kuat = menutup saluran napas.

Perbedaan
 Jerat = kasus pembunuhan, kecelakaan
 Gantung = Pembunuhan dan bunuh diri, dan kecelakaan

Gantung = kuat dan berat beban berasal dari berat tubuhnya sendiri,
sedangkan Jerat = beban berasal dari kekuatan tarikan pada kedua ujung
benda yang digunakan.
Jerat
 Tali yang digunakan sering disilangkan dan sering dijumpai adanya
simpul.
 Bekas jeratan hampir selalu melewati membran antara cartilago hyoid
dan cartilago thyroid.

Mekanisme Kematian
 Tanda Asfiksia
 Iskemik serebral = penekanan pada arteri = sumbatan suplai O2 ke otak
 Syok Vasovagal = rangsangan pada sinus karotikus = reflek vagal = gagal
jantung
Post Mortem jerat
Pemeriksaan Luar jenazah
 Tanda penjeratan pada leher = jelas dan dalam apabila tali semakin
kecil
- Bentuk jeratan = horizontal atau mendatar = alur jeratan berbentuk
lingkaran, biasa disertai luka lecet atau memar atau jejas karena korban
berusaha membuka jeratan
- Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras,
dan mengkilat.
Pada tempat simpul tali (kulit bawah telinga) = tampak daerah segitiga
- Pinggiran jejas tampak berbatas tegas
- Tanda jerat kadang tampak lebih dari 2 jerat.

 Tanda asfiksia
 Lebam mayat
Post Mortem jerat
Pemeriksaan Dalam jenazah
 Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi
ataupun ruptur
 Tanda asfiksia
 Resapan darah di bawah jaringan kulit dan otot
 Memar dan ruptur pada beberapa keadaan
 Oedema Paru
Gantung
 Kerusakan pada medulla spinalis dan batang otak
 Asfiksia = terhambatnya aliran udara
 Iskemia otak
 Refleks vagal

Tipe gantung
 Typical = titik gantung terletak di atas daerah oksipital dan tekanan
pada artei karotis paling besar
 Atypical = titik gantung terdapat di samping kepala sehingga leher
dalam posisi sangat miring (fleksi-lateral)
Jenis tali :
• Lunak : Selendang, kain, dll
• Keras : Tali, kawat, dll

Luka yg disebabkan lilitan tali di leher disebut :


Jejas jerat

Sifat jejas jerat intra vital :


1. Melekuk ke dalam
2. Warna merah coklat
3. Perabaan keras ( kertas perkamen )
4. Resapan darah di bawah kulit
Penyebab kematian pada penggantungan, yaitu:
 Asfiksia
 Iskemia otak akibat gangguan sirkulasi
 Vagal reflex
 Kerusakan medulla oblongata atau medulla spinalis
Cara kematian pada penggantungan, yaitu:
 Bunuh diri (paling sering)
 Pembunuhan, termasuk hukuman mati
 Kecelakaan, misalnya bermain dengan tali lasso, tali parasut pada
terjun payung, dan penggunaan tali untuk mendapat kepuasan seks
Hal yang perlu diperhatikan:
 Ada tidaknya alat penumpu korban
 Arah serabut tali penggantung
 Distribusi lebam mayat
 Jenis simpul tali gantungan
Pemeriksaan TKP :
• Lokasi
• Posisi korban
• Keadaan tali

Teknik otopsi :
1. Perhatikan alat-alat leher
2. Resapan darah di bawah jejas jerat
3. Tulang rawan trakea
4. Mukosa esofagus
OBSERVASI MATI GANTUNG PENJERATAN

Motif Bunuh diri Pembunuhan

Tanda asfiksia Kurang jelas Jelas

Tanda jeratan di leher Miring, tidak kontiniu Horizontal dan kontiniu

Letak jeratan Antara dagu dan laring Di bawah tiroid

Bekas tali Keras, kering, coklat tua seperti kulit Lunak dan kemerahan
disamak

Lecet setentang tali Jarang dijumpai Umumnya ada

Tanda perlawanan Tidak ada Sering ada

Fraktur laring dan trakea Jarang Sering

Fraktur os hyoid Sering Jarang

Dislokasi vertebra Ada pada juridicial hanging Jarang

Perdarahan pada saluran pernafasan Sangat jarang Ada, bersama buih dari mulut dan
hidung

Air ludah Mengalir dari salah satu sudut mulut Tidak ada

Tardieu’s spot Jarang Sering

Muka pucat Sianosis dan kongesti


Crush / Trauma Asfiksia
Definisi
 Penggantungan (hanging) merupakan suatu strangulasi berupa tekanan
pada leher akibat adanya jeratan yang menjadi erat oleh berat badan
korban
Crush / Trauma Asfiksia
Definisi
 Adanya tekanan yang bersamaan pada dada dan perut = dada terfiksasi
= kompresi dada dan perut = diafragma tidak dapat bergerak = paru
tidak mengembang = gangguan penapasan.

Contoh :
 Tertimbun pasir, longsor, tembok, pohon, kecelakaan mobil, terhimpit,
berdesakan, dsb.

Cara Kematian :
 Kecelakaan dan pembunuhan (burking = kombinasi pembekapan dan
tekanan pada dada)
Post Mortem Crush / Trauma Asfiksia
• Tanda Asfiksia
• Jika benda yang memberi penekanan itu besar = bukan meninggal
karena asfiksia, melainkan karena hancur dan rusaknya organ dalam.
Drowning (Tenggelam)
Definisi
 Masuknya cairan kedalam saluran penapasan.
 Seluruh tubuh tidak harus masuk ke dalam air, asalkan mulut dan
lubang hidung berada di dalam air.
 Jumlah air yang fatal untuk masuk ke paru-paru : Dewasa = 2 Liter dan
bayi / anak-anak = 30 – 40 cc.

Jenis-jenis :
 Wet Drowning = Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran
pernapasan setelah korban tenggelam.
 Dry Drowning = Keadaan dimana cairan tidak masuk ke dalam saluran
pernapasan, melainkan akibat spasme laring.
 Secondary Drowning = Terjadi kematian setelah beberapa hari setelah
korban tenggelam = meninggal akibat komplikasi.
 Immersion Syndrome = Korban tiba-tiba meninggal akibat tenggelam
dalam air yang sangat dingin = refleks vagal
Sebab Kematian
 Refleks vagal = tenggelam tipe 1, kematian terjadi sangat cepat, pada
post mortem tidak ditemukan tanda asfiksia dan air dalam pari-paru
sehingga sering disebut dry drowning
 Spasme Laring = rangsangan air ke dalam laring, pada post mortem
ditemukan tanda asfiksia tetapi air tidak ditemukan di dalam paru-paru
 Pengaruh air yang masuk ke paru-paru
- Pada air tawar, anoksia dan gangguan elektrolit sehingga terjadi absorpsi
cairan yang masif karena konsentrasi air tawar lebih rendah dibanding
darah = hemodilusi darah = air masuk ke dalam aliran darah sekitar
alveoli = sel darah pecah (hemolisis) = tubuh kompensasi lepaskan ion
kalium = fibrilasi ventrikel jantung = gagal jantung = anoksia otak.
- Post mortem = tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan > kiri, adanya
buih serta benda air pada paru.
Sebab Kematian
 Pengaruh air yang masuk ke paru-paru
- Pada air asin = anoksia dan hemokonsentrasi, tetapi tidak terjadi
gangguan elektrolit.
- Konsentrasi air asin lebih tinggi dari darah = air ditarik dari sirkulasi
pulmonal ke jaringan intersisial paru = edem pulmonal,
hemokonsentrasi, hipovolemi, dan kenaikan kadar magnesium darah
- Hemokonsentrasi mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat = payah
jantung.
- Post mortem ditemukan tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kiri > kanan,
dan ditemukan buih serta benda air.
Drowning (Tenggelam)
Cara kematian
 Kecelakaan
 Bunuh diri
 Pembunuhan
Post mortem Drowning (Tenggelam)
Hal yang perlu diperhatikan :
 Identitas korban = Pakaian, anatomi korban, sidik jari, gigi, kelainan
apapun.
 Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam = pada mayat segar
dapat diketahui dari pemeriksaan dengan metode diatom (organisme
laut)
 Kadar Elektrolit dalam bilik jantung kiri dan kanan
 Benda asing dalam paru dan saluran pernapasan
 Kadar alkohol = menentukan cara kematian
Post mortem Drowning (Tenggelam)
Pemeriksaan Luar jenazah
 Mayat dalam keadaan basah (berlumuran pasir / lumpur / benda asing
dari air)
 Busa halus pada hidung dan mulut
 Mata setengah terbuka
 Kutis Anserina
 Washer woman
 Kadaverik Spasme
 Luka lecet (gesekan benda dalam air)
 Puncak kepala mungkin terbentur dasar waktu terbenam ke dalam air
Post mortem Drowning (Tenggelam)
Pemeriksaan dalam jenazah
 Busa halus dan benda asing dalam saluran pernapasan (Pasir, tumbuhan
air, dsb)
 Paru-paru membesar seperti balon (dapat menutupi kantung jantung)
 Pada pengirisan paru, banyak keluar cairan (terutama tenggelam di laut)

Laboratorium
 Diatom = alga, ganggang (pada mayat segar pada jaringan paru, pada
mayat yang sudah membusuk pada jaringan ginjal, otot skelet, dan
sumsum tulang paha)
 Darah jantung = elektrolit dari bilik jantung
 Mikroskopik jaringan
 Pemeriksaan keracunan = alkohol dan obat

Anda mungkin juga menyukai