Anda di halaman 1dari 23

Dasar-Dasar Reaksi Hipersensivitas

Dr. Indra Z,Sp.THT-KL

Program Studi Pendidikan Dokter


Universitas Malikussaleh
HIPERSENSIVITAS:
# RESPON IMUN YANG BERLEBIHAN
# TIDAK DI INGINKAN
# MENIMBULKAN KERUSAKAN JARINGAN

Von Pirquet (1906) mengusulkan nama Alergi yang


berarti reaksi yang berlebihan
Sekarang istilah Hipersensivitas = Alergi
Kondisi badan yang berubah setelah berkontak
dengan antigen sehingga antigen itu atau
antigen yang mirip dengannya dapat
menimbulkan reaksi patologis dalam tubuh
Semula reaksi alergi dibagi 2 golongan
berdasarkan kecepatan timbulnya reaksi:
1. Tipe Cepat (immediate type, antibody-
mediated)
2. Tipe lambat (delayed type, cell mediated)

Coombs dan Gell membagi 4 jenis reaksi


hipersensivitas:
Tipe I Anafilaksis
Tipe II Cytotoxic
Tipe III Complex-mediated
Tipe IV Cell-mediated (delayed type)
Ditambah 1 jenis reaksi lain yaitu:
Tipe V Stimulatory hypersensivity

Reaksi tipe I, II, III dan V berdasarkan reaksi


antara antigen dan antibodi humoral dan
digolongkan dalam jenis reaksi tipe cepat,
walaupun kecepatan timbulnya reaksi
mungkin berbeda.
Reaksi tipe IV mengikutsertakan reseptor pada
permukaan sel limfosit (cell mediated) dan
karena reaksinya lambat disebut tipe lambat
(delayed type)
Manifestasi dan Mekanisme
Reaksi Hipersensivitas

Tipe I Reaksi hipersensivitas cepat (Ig.E dan Ig, lain)


Tipe II Antibodi terhadap sel (Ig.G dan Ig.M)
Tipe III Kompleks antibodi-antigen (biasanya Ig.G)
Tipe IV Hipersensivitas lambat (sel yang disensitisasi)
Reaksi Tipe I
Antigen masuk kedlm tubuh akan ditangkap oleh
fagosit, diproses lalu dipresentasikan ke sel
Th2. Sel yang akhir melepas sitokin dan
merangsang sel B untuk membentuk Ig. E.

Ig.E akan diikat terutama oleh sel mast melalui


reseptor Fc (jg oleh basofil dan eosinofil).
Bila ada alergen yang sama masuk ke tubuh akan
diikat oleh Ig.E tadi (spesifik) dan menimbulkan
degranulasi sel mast. Degranulasi tsb
mengeluarkan berbagai mediator yang di dapat
dalam granul2 sel dan menimbulkan gejala
pada reaksi hipersensivitastipe I.
Reaksi Tipe I disebut juga reaksi cepat atau
anaphylactic (ana = balik, phylaksis =
perlindungan)
Artinya respon imun yang seharusnya
melindungi, justru merusak jaringan
Anaphylaxis = antiphylaxis pertama kali
dikemukan oleh Richet dan Portier (1902)
Mediator yang sering keluar keluar pada
saat degranulasi adalah Histamin,
Prostaglandin, Serotonin, SRS-A, Kinin dan
ECF-A
Penyakit yang sering timbul segera sesudah
tubuh terpajan dengan alergen adalah asma
bronkial, rinitis alergi, urtikaria dan
dermatitis atopi
Reaksi Tipe II
Terjadi oleh karena dibentuk
antibodi jenis Ig.G atau Ig.M
terhadap antigen yang merupakan
bagian sel pejamu.
Antibodi tersebut dapat
mensensitisasi sel K sebagai
efektor antibody dependent cell
cytotoxycity (ADCC) atau
mengaktifkan komplemen dan
menimbulkan lisis
Contoh reaksi tipe II adalah:
* Destruksi sel darah merah akibat
reaksi transfusi
* Anemia hemolitik pada bayi baru
lahir atau karena obat seperti
penisilin, kinin dan sulfonamid
* Myastenia gravis
* Tyrotoksikosis
Reaksi Tipe III
Reaksi tipe ini terjadi akibat endapan
kompleks antigen-antibodi dalam
jaringan atau pembuluh darah
Antibodi disini biasanya jenis Ig.G
Kompleks tersebut mengaktifkan
komplemen yang kemudian melepas
berbagai mediator terutama MCF
Makrofag yang dikerahkan ke tempat
tersebut akan merusak jaringan
sekitarnya
Antigen dapat berasal dari infeksi
kuman patogen yang persisten
(spt malaria), bahan yg terhirup
(spora jamur yg menimbulkan
alveolitis ekstrinsik alergi) atau
dari jaringan sendiri (penyakit
autoimun)
Infeksi tersebut disertai antigen
dlm jumlah yang berlebihan,
tetapi tidak disertai respon
antibodi yang efektif
Reaksi Tipe IV
Reaksi tipe lambat (timbul lebih dari 24
jam setelah tubuh terpajan antigen)

Sel Limfosit-T dgn reseptor spesifik pd


permukaannya akan dirangsang oleh antigen
yang sesuai dan mengeluarkan zat disebut
limfokin.
Limfosit yg terangsang mengalami transformasi
mjd besar spt limfoblas yg mampu merusak
sel target yg mengandung antigen
dipermukaannya
Antigen yg menyebabkan reaksi ini
mungkin berhubungan atau telah diolah
oleh sel macrofag dan bereaksi dengan
reseptor dipermukaan sel limfosit yang
pernah berkontak dengan antigen yang
sama dan beredar sebagai sel memori.
Setelah berkontak dgn antigen, sel itu
berubah menjadi blast cell dan
mengalami mitosis sambil
mengeluarkan zat-zat:
a. Macrophage migration inhibition factor (MIF)

Zat ini dpt menahan migrasi sel makrofag in vitro dan


mengubah morfologi dan sifat sel itu menjadi
sangat aktif.
Yg menyebabkan perubahan ini adalah MAF shg sel
makrofag itu mjd lbh efektif untuk mematikan
kuman yg telah difagositosis olehnya.
Hal yg serupa terjadi thd sel tumor dimana sel
makrofag dirangsang oleh zat yg dinamakan
spesific macrophage arming factor (SMAF)
b. Monocyte chemotactic factor

Sel monosit akan bergerak ke arah dimana terdapat


kosentrasi tinggi dari zat itu
c. Skin reaction factor

Meninggikan permibialitas pembuluh darah dan


menyebabkan eksudasi sel leukosit
d. Faktor lain

Terdapat pula faktor yang merangsang mitosis


pada sel limfosit netral yang bersifat
sitotoksik terhadap beberapa sel
Reaksi Tipe V

Ada banyak sel didalam badan yg fungsinya


tergantung dari instruksi yg diterima melalui zat
tertentu misalnya hormon, yg menempel pd
permukaan sel melalui reseptor khas.
Misalnya TSH melekat pada permukaan sel tiroid
dan merangsang aktivitas sel itu.

Anda mungkin juga menyukai