Anda di halaman 1dari 48

PERDARAHAN POST

PARTUM

Dr. Pom Harry


Dr.Syahredi, SpOG
Pendahuluan
 75 persen hingga 85 persen kematian maternal
disebabkan obstetri langsung, terutama akibat
perdarahan
 Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting
kematian ibu, ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh
perdarahan
 pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan
tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat
mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat
menurunkan daya tahan tubuh
Definisi
 Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan
darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang
terjadi selama atau setelah persalinan kala III.

 Pembagian perdarahan post partum


1. Perdarahan post partum primer (early
postpartum hemorrhage)
2. Perdarahan post partum sekunder (late
postpartum hemorrhage)
Penegakan Diagnosis
 Tampak jelas perdarahan aktif dari
genetalia
 Tanda – tanda presyok - syok
 Apabila timbul perdarahan banyak dalam
waktu pendek tidak sulit
Etiologi
1. Atonia uteri
2. Perlukaan jalan lahir
3. Gangguan pelepasan plasenta dari
uterus
4. Tertinggalnya sebagian plasenta dalam
uterus (retensio, akreta, suksenturiata)
5. Inversio Uteri
Etiologi
6. Kelainan proses pembekuan darah akibat
hipofibrinogenemia
7. Iatrogenik , tindakan yang salah untuk
mempercepat kala 3 : penarikan tali
pusat, penekanan uterus ke arah bawah
untuk mengeluarkan plasenta dengan
cepat, dan sebagainya
Penanganan Umum
1. Minta bantuan
2. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada da
siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
3. lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan
umum termasuk tanda vital ( tekanan darah,
nadi, pernapasan, dan suhu tubuh).
4. jika dicurigai adanya syok, segera lakukan
tindakan penanganan syok (A-B-C-D).
Penanganan Umum
5. Pastikan bahwa kontraksi baik :
 Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan
darah.
 Berikan 10 unit oksitosin IM
6. Pasang infus cairan I.V
7. Lakukan kateterisasi dan pantau cairan keluar
masuk.
8. Periksa kelengkapan plasenta
9. Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina
dan perineum
Penanganan Umum
10. Jika perdarahan terus berlansung,
lakukan uji beku darah
11. Cari penyebab perdarahan dan lakukan
tindakan spesifik
12. Setelah perdarahan teratasi, periksa
kadar Hb, jika perlu tranfusi darah
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam
menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum

 1. Menghentikan perdarahan
 2. Mencegah timbulnya syok
 3. Mengganti darah yang hilang
Atonia Uteri
 Atonia uteri merupakan penyebab utama
terjadinya Perdarahan pascapersalinan
 Pada atonia uteri, uterus gagal
berkontraksi dengan baik setelah
persalinan
Atonia Uteri
Faktor – faktor predisposisi
atonia uteri
 Grandemultipara
 Uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil
ganda, anak besar (BB > 4000 gr)
 Kelainan uterus (uterus bicornis, mioma uteri,
bekas operasi)
 Plasenta previa dan solutio plasenta (perdarahan
anteparturn)
 Partus lama (exhausted mother)
Faktor – faktor predisposisi atonia
uteri
 Partus precipitatus
 Infeksi uterus
 Anemia berat
 Penggunaan oksitosin yang berlebihan
dalam persalinan (induksi partus)
 Riwayat perdarahan pascapersalinan
sebelumnya atau riwayat plasenta manual
Faktor – faktor predisposisi atonia
uteri
 Pimpinan kala III yang salah, dengan
memijit-mijit dan mendorong-dorong
uterus sebelum plasenta terlepas
 IUFD yang sudah lama, penyakit hati,
emboli air ketuban (koagulopati)
Gejala klinis
 Uterus tidak berkontraksi dan lembek
 Perdarahan segera setelah anak lahir
(perdarahan pasca persalinan
primer)
 Tanda – tanda syok
Penatalaksanaan
Tahap I
 Perdarahan yang tidak banyak dapat
diatasi dengan memberikan uterotonika,
mengurut rahim (massage) dan
memasang gurita.
Penatalaksanaan
Tahap II
 Bila perdarahan belum berhenti dan
bertambah banyak, selanjutnya
 berikan infus dan transfusi darah lalu
dapat lakukan :
 Kompresi bimanual.
 Kompresi aorta.
 Tamponade padat utero-vaginal.
Penatalaksanaan
Tahap III
 bila belum tertolong maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber
perdarahan dengan 2 cara yaitu meligasi
arteri hipogastrika atau histerektomi
Kompresi Bimanual Interna
Kompresi aorta abdominalis
Pemasangan tampon Uterus
Ligasi a.uterina, Histerektomi
2. Perlukaan Jalan Lahir
 penyebab kedua tersering dari Perdarahan
pascapersalinan
 Robekan dapat terjadi bersamaan dengan
atonia uteri
 Perdarahan pascapersalinan dengan
uterus yang berkontraksi baik biasanya
disebabkan oleh robekan serviks atau
vagina
Faktor predisposisi :
 Makrosomia
 Malpresentasi
 Partus presipitatus
 Distosia bahu
Perlukaan Jalan Lahir
 Robekan serviks
 Perlukaan vagina ; Kolpaporeksis ,
Fistula

 Robekan perineum
 Cedera Levator Ani
Perlukaan Jalan Lahir
Gejala dan tanda :
- perdarahan segera
- darah segar mengalir segera setelah bayi
lahir
- kontraksi uterus baik
- plasenta lengkap
3. Retensio Plasenta dan
Retensio sisa plasenta
 Retensio plasenta adalah belum lahirnya
plasenta ½ -1 jam setelah anak lahir
 Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa
plasenta) sewaktu suatu bagian dari
plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi
secara efektif dan keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan.
Sebab-sebabnya ialah:
 plasenta belum lepas dari dinding uterus
 plasenta sudah lepas, akan tetapi belum
dilahirkan.

Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak


terjadi perdarahan, jika lepas sebagian
terjadi perdarahan yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya
Plasenta belum lepas dari dinding uterus
karena :
 kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta (plasenta adhesive)
 plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh
sebab villi korialis menembus desidua sampai
miometrium-sampai di bawah peritoneum
(plasenta akreta-perkreta).
Etiologi
 Plasenta adhesiva
 Plasenta akreta
 Plasenta inkreta
 Plasenta perkreta
Gejala Klinis
 Gejala dan tanda yang selalu ada:
a. Plasenta belum lahir setelah 30 menit
b. Perdarahan segera
c. Uterus kontraksi baik
 Gejala dan tanda yang kadang-kadang
ada:
a. Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
b. Inversio uteri akibat tarikan
c. Perdarahan lanjutan
Penatalaksanaan
1. Coba 1-2 kali dengan perasat Crede.
2. Mengeluarkan plasenta dengan tangan
(manual plasenta).
3. Memberikan transfusi darah bila
perdarahan banyak.
4. Memberikan obat-obatan misalnya
uterotonika dan antibiotik.
Inversio Uteri
 Inversio uteri diartikan sebagai keadaan
dimana uterus terbalik dengan fundus
uteri ke dalam cavum uteri dan dapat
keluar melalui kanalis servikalis sehingga
menonjol ke dalam vagina
 Walaupun kejadian inversio uteri sangat
jarang, tetapi merupakan komplikasi
persalinan yang serius
Klasifikasi inversio uteri
Berdasarkan waktu kejadian:
 Inversio akut, terjadi segera setelah
persalinan.
 Inversio subakut, terbentuknya cincin
kontriksi pada servik.
 Inversio kronik, lebih dari 4 minggu pasca
persalinan.
Inversio Uteri
Klasifikasi
Berdasarkan derajat kelainan:
 Derajat satu (inkomplit), korpus uteri tidak
melewati kanalis servikalis.
 Derajat dua (komplit), korpus uteri keluar
melalui cincin servik tetapi tidak mencapai
introitus vagina.
 Derajat tiga (totalis), korpus uteri
mencapai atau keluar introitus vagina.
Inversi uterus total
Berdasarkan Etiologi:
 Inversio Uteri Non Obstetri
Biasanya disebabkan oleh mioma uteri
submukosum atau neoplasma yang lain
 Inversio Uteri Obstetri
Merupakan inversio uteri tersering yang
terjadi setelah persalinan.
Gejala dan tanda yang selalu ada:
a. Uterus tidak teraba
b. Lumen vagina terisi massa
c. Tampak tali pusat (jika plasenta belum
lahir)
d. Perdarahan segera
e. Nyeri sedikit atau berat
Penanganan inversio uteri
Tertundanya penanganan akan sangat
meningkatkan angka kematian. Sejumlah
langkah perlu dilakukan segera dan secara
simultan
Penanganan inversio uteri
Sejumlah langkah perlu dilakukan segera
dan secara simultan adalah :
 Asisten, termasuk ahli anestesiologi, segera
dipanggil.
 Uterus yang baru mengalami inversi dengan
plasenta yang sudah terlepas mungkin dengan
mudah dapat dikembalikan dengan cara
mendorong fundus dengan telapak tangan dan
jari tangan mengarah ke sumbu panjang
vagina.
Penanganan inversio uteri
 Sebaiknya dipasang dua sistem infuse
intravena, dan pasien diberi larutan
Ringer laktat serta darah untuk
mengatasi hipovolemia.
 Apabila masih melekat, plasenta jangan
dilepas sampai sistem infuse terpasang,
cairan dialirkan, dan anesthesia
sebaiknya halotan atau enfluran telah
diberikan
Penanganan inversio uteri
 Setelah plasenta dikeluarkan, telapak tangan
diletakkan di bagian tengah fundus dengan jari
terekstensi untuk mengidentifikasi tepi-tepi
serviks. Kemudian dilakukan tekanan dengan
tangan sehingga fundus terdorong ke atas
melalui serviks.
 Segera setelah uterus dikembalikan ke posisi
normalnya, obat yang digunakan untuk
relaksasi dihentikan dan secara bersamaan
pasien diberi oksitosin agar uterus berkontraksi
sementara operator mempertahankan fundus
dalam posisi norm
Reposisi inversio uterus
Prognosis
 Walaupun inversio uteri kadang-kadang
bisa terjadi tanpa banyak gejala dengan
penderita tetap dalam keadaan baik,
namun umumnya kelainan tersebut
menyebabkan keadaan gawat dengan
angka kematian tinggi (15-70%). Reposisi
secepat mungkin memberi harapan yang
terbaik untuk keselamatan penderita.

Anda mungkin juga menyukai