Anda di halaman 1dari 67

AUDIT DALAM KEUANGAN

NEGARA
KELOMPOK 2:
A D I S T I B E S TA R I - 1 6 0 6 9 5 2 5 1 5
AY U T R I A RYA N I - 1 6 0 6 9 5 2 7 0 4
FAU Z I A S A H R A I N I - 1 6 0 6 9 5 2 9 2 5
M U H A M A D A R I E DA H U M A R DA N I - 1 6 0 6 9 5 3 2 3 4
R I A A N A N DA P U T R I - 1 6 0 6 9 5 3 3 9 2
STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

• SPKN memuat pernyataan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan


pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional
• Tujuan Standar Pemeriksaan adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para
pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
• Dasar penyusunan : Pasal 5 UU nomor 15 tahun 2004 dan Pasal 9 ayat (1)
huruf e UU nomor 15 tahun 2006
PERENCANAAN PEMERIKSAAN

1. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan


Cara Pemahaman: Dengan melakukan komunikasi dengan pemberi tugas oleh pemeriksa dengan memperhatikan
input-input sebagai berikut:
a) Laporan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya
b) Laporan hasil pemantauan tindak lanjut
c) Survei pendahuluan atas entitas atau objek yang baru pertama kali diperiksa
d) Database entitas
e) Hasil komunikasi dengan pemeriksa sebelumnya
PERENCANAAN PEMERIKSAAN

2. Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa

Syarat Tim Pemeriksa Kualifkasi Pemeriksa

• Memiliki kecakapan profesional yang • Memiliki pemahaman yang cukup atas


memadai standar akuntansi dan pengetahuan yang
• Memenuhi persyaratan pendidikan memadai atas pemeriksaan keuangan
berkelanjutan • Di dalam tim pemeriksa, paling tidak satu
• Memenuhi persyaratan orang memiliki register akuntan.
kemampuan/keahlian pemeriksa • Ketua tim harus memiliki pengalaman yang
• Harus bebas dalam sikap mental dan memadai
penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, • Pengendali teknis harus memiliki
dan organisasi pengetahuan dan pengalaman pemeriksaan
• Memenuhi kualifikasi tambahan terkait dengan pemeriksaan keuangan
• Penanggung jawab pemeriksaan keuangan
adalah pemeriksa yang memiliki register
akuntan.
PERENCANAAN PEMERIKSAAN

3. Pemahaman Atas Entitas

Informasi
Tujuan Langkah-
yang
Pemahaman Langkah
Diperlukan
PERENCANAAN PEMERIKSAAN

4. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sebelumnya

Cara Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan


Tujuan
Sebelumnya

Memantau kegiatan pelaksanaan rekomendasi entitas,


Mengidentifikasi tindak lanjut saran/rekomendasi BPK misal melalui laporan-laporan pelaksanaan rekomendasi
yang diberikan entitas kepada pemeriksa,
Melakukan reviu yang lebih terperinci dengan entitas,
Menilai pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi BPK,
misalnya dengan melakukan diskusi atau pertemuan
apakah telah sesuai dengan rekomendasi tersebut atau
(Rapat Pra Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan) dengan
tidak.
entitas untuk membahas pelaksanaan rekomendasi, dan

Mengidentifikasi dampaknya pada pelaporan keuangan Sebuah pemeriksaan tindak lanjut yang dapat berupa
yang diperiksa. pelaksanaan pemeriksaan lapangan.
PERENCANAAN PEMERIKSAAN

5. Pemahaman Atas Sistem Pengendalian Intern


• Tujuan pemahaman: untuk mengkaji pengendalian intern yang diterapkan oleh entitas dalam menjalankan
kegiatannya secara efektif dan efisien dan mengkaji kemungkinan terjadinya kecurangan (faktor-faktor yang
memungkinkan terjadinya mistatement dan kecurangan).
• Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (pasal 58 ayat (2): perlu adanya
Peraturan Pemerintah tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah)
• Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
• SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara
menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
PERENCANAAN PEMERIKSAAN
6. Pemahaman dan Penilaian Risiko

Tujuan: melakukan pengkajian atas risiko secara gabungan agar dapat disusun prosedur pemeriksaan yang dapat
digunakan untuk melakukan pemeriksaan yang efektif dan efisien.

Risiko Pemeriksaan
Risiko prosedur
• Risiko Inheren Risiko pengujian
penelaahan analitis
• Risiko Pengendalian substantif (test of
(analytical review
• Risiko Deteksi details risk)
procedure risk)

Risiko Deteksi jika dihubungkan dengan risiko prosedur analitis dan risiko pengujian substantif
dapat dilihat pada rumus: DR = AP x TD

Risiko Pemeriksaan = Risiko Inheren x Risiko Pengendalian x Risiko Deteksi

AAR = IR X CR X DR  AAR = IR X CR X AP X TD
PERENCANAAN PEMERIKSAAN
Tahap Penetapan
7. Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir
Materialitas
• Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi
penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya,
mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang Materiality
meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. base

Risiko Rate of
materiality
Hubungan
Materialitas
Planning
Materialitas Materiality
(PM)
Opini Bukti
Tolerable
Error (TE)
PERENCANAAN PEMERIKSAAN
8. Penentuan Metode Uji Petik Non-
Probabilistik
Probabilistik

Haphazard
Stratified Selection
sampling
Uji Petik
Statistik
• Matematika dan Uji Petik Non- Probability
Statistik Block Sampling
Statistika Proportional to Size
• Pertimbangan Profesional

Simple random Profesional


sampling judgement
PERENCANAAN PEMERIKSAAN
9. Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal

Tujuan Prosedur Analitis


• Mendapatkan strategi untuk memahami dan mengevaluasi proses-
proses signifikan.
• Membuat penilaian pendahuluan risiko secara gabungan.

Hasil Analisis

Analisis Analisis Analisis


Vertikal Horizontal Rasio
PERENCANAAN PEMERIKSAAN
9. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan Perseorangan
Program pemeriksaan mengungkapkan:
Tahun
Standar dan Identitas dan data
Dasar Entitas yang anggaran/tahun Tujuan
pedoman umum entitas yang
pemeriksaan, diperiksa, buku yang pemeriksaan,
pemeriksaan, diperiksa,
diperiksa,

Metodologi Sasaran yang Pengarahan Jangka waku Susunan tim Instansi penerima
pemeriksaan diperiksa, pemeriksaan, pemeriksaan pemeriksaan, hasil pemeriksaan,

Kerangka isi
laporan.

Isi Program Audit:

Types of Audit Items to


Procedures Sample size Timing
tests objectives select
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

• 1. Pelaksanaan Pengujian dan Analitis Terinci


• Cara pengujian analitis terinci:

Analisa data Teknik prediktif Analisa rasio dan tren


PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

• 2. Pengujian Pengendalian Internal


• Pengujian Pengendalian Internal meliputi:

Pengujian yang dilakukan pemeriksa Pengujian atas implementasi sistem


terhadap efektivitas desain pengendalian internal

• Hasil pengujian pengendalian internal digunakan dalam penentuan strategi pengujian transaksi
laporan keuangan entitas yang terperiksa yang meliputi:

Pengujian Substantif Pengujian substantif


Mendalam terbatas
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

• 3. Pengujian Substantif atas Transaksi dan Saldo Akun


• Pengujian ini meliputi pengujian substantif atas transaksi dan saldo-saldo akun/perkiraan serta
pengungkapannya dalam laporan keuangan yang diperiksa.
• Pengujian substantif atas transaksi dan saldo meliputi pengujian:

Pendapatan daerah dan Belanja daerah dan


Kas dan Bank
penerimaan pembiayaan pengeluaran pembiayaan

Piutang Persediaan Aset Tetap

Aset Tetap Aset Lainnya Kewajiban


PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

• 4. Penyelesaian Penugasan
• Merupakan kegiatan untuk mereviu tiga hal:

Kontrak/komitmen Kejadian setelah


Kewajiban kontijensi tanggal neraca
jangka panjang
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

• 5. Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan

Ketidakpatuhan terhadap peraturan


Ketidakefektifan sistem pengendalian internal
perundang- undangan yang signifikan

Kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan


Ikhtisar koreksi
peraturan perundang-undangan
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

• 6. Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis


• Pemeriksa memperoleh tanggapan resmi dan tertulis atas Konsep Temuan Pemeriksaan dari
pejabat entitas yang berwenang

• 7. Penyampaian Temuan Pemeriksaan (TP) kepada Auditee


• Penyampaian Temuan Pemeriksaan tersebut merupakan akhir dari pekerjaan lapangan
pemeriksaan keuangan.
• Pemeriksa tidak dibebani tanggung jawab atas suatu kondisi yang terjadi setelah tanggal
pekerjaan lapangan tersebut.
PELAPORAN PEMERIKSAAN
H A S I L P E L A K S A N A A N P E M E R I K S A A N YA N G D I L A K U K A N O L E H P E M E R I K S A D I T U A N G K A N S E C A R A T E R T U L I S K E
D A L A M S U AT U B E N T U K L A P O R A N YA N G D I S E B U T D E N G A N L A P O R A N H A S I L P E M E R I K S A A N ( L H P ) .

1. Penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan


Konsep laporan hasil pemeriksaan disusun oleh ketua tim pemeriksa dan disupervisi oleh pengendali teknis. Di
dalam penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan, hal-hal berikut menjadi perhatian ketua tim dan pengendali
teknis yaitu:

Pelaporan tentang
kepatuhan terhadap Pelaporan tentang Penandatangan
Jenis laporan hasil Dasar penetapan
Jenis opini peraturan sistem pengendalian laporan hasil
pemeriksaan opini
perundang- intern, dan pemeriksaan.
undangan,

Jenis-jenis laporan hasil pemeriksaan:

Laporan Hasil Laporan atas


Laporan atas
Pemeriksaan atas Pengendalian
Kepatuhan
Laporan Keuangan Intern
PELAPORAN PEMERIKSAAN

2. Penyampaian konsep laporan hasil pemeriksaan kepada Pejabat entitas yang berwenang
• Penyampaian konsep LHP tersebut harus mempertimbangkan waktu bagi entitas untuk melakukan
pemahaman dan pembahasan bersama dengan BPK dan proses penyelesaian LHP secara keseluruhan sebelum
batas akhir waktu penyampaian Laporan keuangan yang telah diperiksa sesuai ketentuan yang berlaku bagi
entitas.

3. Pembahasan konsep hasil pemeriksaan dengan Pejabat entitas yang berwenang


Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab dibahas bersama dengan pimpinan entitas yang diperiksa.
Pembahasan konsep LHP dengan pejabat entitas yang diperiksa diselenggarakan oleh penanggung jawab dan
dilakukan untuk membicarakan kesimpulan hasil pemeriksaan secara keseluruhan, dan kemungkinan tindak lanjut
yang akan dilakukan.
PELAPORAN PEMERIKSAAN
4. Perolehan surat representasi
Surat representasi tersebut menggambarkan representasi resmi dan tertulis dari pemerintah pusat atas berbagai
keterangan, data, informasi dan laporan keuangan yang disampaikan selama proses pemeriksaan berlangsung. Jika
surat representasi tidak didapat maka opini yang diberikan dapat berupa tidak menyatakan pendapat.

5. Penyusunan konsep akhir dan penyampaian laporan hasil pemeriksaan


Tim pemeriksa menyusun konsep akhir LHP, disupervisi oleh pengendali teknis dan ditandatangani oleh
penandatangan LHP. Selanjutnya konsep akan dibahas, diberikan tanggal, ditandatanganinya Laporan Hasil
Pemeriksaan dan laporan hasil Pemeriksaan Akuntan.
PP 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SAP SAP
BERBASIS
BERBASIS KAS MENUJU
AKRUAL AKRUAL
PP 71/2010 LAMPIRAN PP 71/2010 LAMPIRAN
I II
DEFINISI

SAP prinsip-prinsip akuntansi yang


diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan
pemerintah
LAMPIRAN I : SAP BERBASIS AKRUAL
DASAR HUKUM BASIS AKRUAL
Pasal 1 UU17/2003
• Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah pusat/daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih
• Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih

Pasal 36 ayat (1) UU 17/2003


Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun

Pasal 36 ayat (1) UU 17/2003


Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran 2008
LAMPIRAN I : SAP BERBASIS AKRUAL
MANFAAT BASIS AKRUAL
• Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan
pemerintah
• Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak
dan kewajiban pemerintah
• Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah
terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian
tujuan
LAMPIRAN I : SAP BERBASIS AKRUAL
PENYUSUNAN SAP AKRUAL
• Dikembangkan dari PP 24/2005 mengacu pada International Public Sector
Accounting Standards (IPSAS)
LAMPIRAN I : SAP BERBASIS AKRUAL
KRONOLOGIS SAP AKRUAL
• Dengar Pendapat (hearing) telah dilaksanakan dari tahun 2007
sampai tahun 2008
• September 2008, konsultasi ke DPR
• Desember 2008, draft final telah disampaikan ke BPK untuk
dimintakan pertimbangan
• Februari 2009, Surat Pertimbangan BPK
• Agustus 2009, RPP SAP Akrual disampaikan ke Menkeu dan
Menhukham
• November 2009-Juni 2010, pembahasan dengan Menhukham
• Juli 2010, RPP SAP Akrual disampaikan ke Mensesneg
• Oktober 2010, terbit PP 71/2010 SAP Akrual
LAMPIRAN I : SAP BERBASIS AKRUAL
STRUKTUR LAMPIRAN I PP 71/2010
• Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
• Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):
– PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
– PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
– PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
– PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
– PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
– PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
– PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
– PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
– PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
– PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa;
– PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
– PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
LAMPIRAN I : SAP BERBASIS AKRUAL
KOMPONEN LK
• Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
• Neraca
• Laporan Arus Kas
• Laporan Operasional
• Laporan Perubahan Ekuitas
LAMPIRAN II : SAP BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL
STRUKTUR PP 71 TAHUN 2010 L AMPIRAN II
• Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan;
• PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan;
• PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran;
• PSAP 03 Laporan Arus Kas;
• PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan;
• PSAP 05 Akuntansi Persediaan;
• PSAP 06 Akuntansi Investasi;
• PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap;
• PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
• PSAP 09 Akuntansi Kewajiban;
• PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar
Biasa; dan
• PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
LAMPIRAN II : SAP BERBASIS KAS MENUJU
AKRUAL
KOMPONEN LK

– Laporan Realisasi Anggaran,


– Neraca,
– Laporan Arus Kas, dan
– Catatan atas Laporan Keuangan.
PERBANDINGAN LAMPIRAN II PP 71/2010 (PP
24/2005) DAN LAMPIRAN I PP 71/2010

• Tambahan paragraf tentang penyusutan dan entitas


akuntansi
• Komponen Laporan Keuangan pokok bertambah
• Unsur LRA
• Tambahan paragraf tentang Laporan Perubahan SAL
• Perubahan dalam Unsur Neraca
• Laporan Operasional
• Pengakuan Belanja menjadi Pengakuan Belanja dan
Beban
P P 7 1 TA H U N 2 0 1 0
T E N TA N G S TA N D A R
A K U N TA N S I
P E M E R I N TA H A N
PP 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SAP BERBASIS SAP BERBASIS KAS


AKRUAL MENUJU AKRUAL
PP 71/2010 LAMPIRAN I PP 71/2010 LAMPIRAN II
DEFINISI

SAP
prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah
LAMPIRAN I : SAP BERBASIS AKRUAL
DASAR HUKUM BASIS AKRUAL
Pasal 1 UU17/2003
• Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih
• Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih

Pasal 36 ayat (1) UU 17/2003


Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun

Pasal 36 ayat (1)mengenai


Ketentuan UU 17/2003
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran 2008
LAMPIRAN I : SAP BERBASIS AKRUAL
MANFAAT BASIS AKRUAL
• Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah
• Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban
pemerintah
• Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa
layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan
LAMPIRAN I : SAP BERBASIS AKRUAL
PENYUSUNAN SAP AKRUAL
• Dikembangkan dari PP 24/2005 mengacu pada International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)
LAMPIRAN I : SAP BERBASIS AKRUAL
KRONOLOGIS SAP AKRUAL
• Dengar Pendapat (hearing) telah dilaksanakan dari tahun 2007 sampai tahun 2008
• September 2008, konsultasi ke DPR
• Desember 2008, draft final telah disampaikan ke BPK untuk dimintakan
pertimbangan
• Februari 2009, Surat Pertimbangan BPK
• Agustus 2009, RPP SAP Akrual disampaikan ke Menkeu dan Menhukham
• November 2009-Juni 2010, pembahasan dengan Menhukham
• Juli 2010, RPP SAP Akrual disampaikan ke Mensesneg
• Oktober 2010, terbit PP 71/2010 SAP Akrual
LAMPIRAN I : SAP BERBASIS AKRUAL
STRUKTUR LAMPIRAN I PP 71/2010
• Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
• Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):
– PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
– PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
– PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
– PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
– PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
– PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
– PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
– PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
– PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
– PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa;
– PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
– PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
LAMPIRAN I : SAP BERBASIS AKRUAL
KOMPONEN LK
• Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
• Neraca
• Laporan Arus Kas
• Laporan Operasional
• Laporan Perubahan Ekuitas
LAMPIRAN II : SAP BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL
STRUKTUR PP 71 TAHUN 2010 L AMPIRAN II
• Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan;
• PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan;
• PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran;
• PSAP 03 Laporan Arus Kas;
• PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan;
• PSAP 05 Akuntansi Persediaan;
• PSAP 06 Akuntansi Investasi;
• PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap;
• PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
• PSAP 09 Akuntansi Kewajiban;
• PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa; dan
• PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
LAMPIRAN II : SAP BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL
KOMPONEN LK

– Laporan Realisasi Anggaran,


– Neraca,
– Laporan Arus Kas, dan
– Catatan atas Laporan Keuangan.
PERBANDINGAN LAMPIRAN II PP 71/2010 (PP
24/2005) DAN LAMPIRAN I PP 71/2010

• Tambahan paragraf tentang penyusutan dan entitas akuntansi


• Komponen Laporan Keuangan pokok bertambah
• Unsur LRA
• Tambahan paragraf tentang Laporan Perubahan SAL
• Perubahan dalam Unsur Neraca
• Laporan Operasional
• Pengakuan Belanja menjadi Pengakuan Belanja dan Beban
P E R N YATA A N
S TA N D A R A K U N TA N S I
P E M E R I N TA H A N
(PSAP)
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN (PSAP)
• Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif.Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010, pemerintah telah menetapkan dua belas PSAP dan satu Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan
PSAP 01 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN
• Tujuan PSAP 01 adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan
baik terhadap anggaran, antarperiode, maupun antarentitas.
• Pada Lampiran I PP 71 - Paragraf 92-100 terdapat hal-hal yang apa saja yang harus tersaji pada
laporan operasional, yaitu sbb :
– Pendapatan-LO dari kegiatan operasional
– Beban dari kegiatan operasional
– Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada
– Pos luar biasa, bila ada
– Surplus/defisit-LO
PSAP 02 TENTANG LAPORAN
REALISASI ANGGARAN
• Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan
Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
• Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi realisasi dan anggaran entitas
pelaporan.
• Perbandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target
yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
PSAP 03 TENTANG LAPORAN ARUS
KAS
• Tujuan Pernyataan Standar Laporan Arus Kas adalah mengatur penyajian laporan arus kas yang
memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan
dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris selama satu periode akuntansi.
• Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan
keputusan.
PSAP 04 TENTANG CATATAN ATAS
LAPORAN KEUANGAN
• Tujuan Pernyataan Standar Catatan atas Laporan Keuangan adalah mengatur penyajian dan
pengungkapan yang diperlukan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
• Tujuan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan adalah untuk meningkatkan transparansi
Laporan Keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik, atas informasi keuangan
pemerintah.
• Standar ini harus diterapkan pada Laporan Keuangan untuk tujuan umum untuk entitas
pelaporan dan Laporan Keuangan yang diharapkan menjadi Laporan Keuangan untuk tujuan
umum oleh entitas yang bukan merupakan entitas pelaporan.
• Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna akan informasi akuntansi keuangan yang lazim.
PSAP 05 TENTANG AKUNTANSI
PERSEDIAAN
• Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi persediaan yang
dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan.
• Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian seluruh persediaan dalam laporan keuangan
untuk tujuan umum. Standar ini diterapkan untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah
tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
PSAP 06 TENTANG AKUNTANSI
INVESTASI
• Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk investasi dan
pengungkapan informasi penting lainnya yang harus disajikan dalam laporan keuangan.
• Pernyataan Standar ini harus diterapkan dalam penyajian seluruh investasi pemerintah dalam laporan
keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan dan berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan
negara/daerah.
• Penyataan ini juga mengatur perlakuan akuntansi investasi pemerintah pusat dan daerah baik
investasi jangka pendek maupun investasi jangka panjang yang meliputi saat pengakuan, klasifikasi,
pengukuran dan metode penilaian investasi, serta pengungkapannya pada laporan keuangan.
PSAP 07 – AKUNTANSI ASET TETAP

1. JUMLAH PARAGRAF
• 82 Paragraf PP 24 tahun 2005 menjadi 85 paragraf PP 71 2010
• Tidak ada Paragraf PP 24 yang dihapus atau berubah pada PP 71

Paragraf baru PP 71:


• Paragraf 15 (a), berwujud.
• Paragraf 21, Pertimbangan tingkat handal pengukuran, bukti pembelian/perolehan
aset atau bahan pembangunan aset.
• Paragraf 53, Definisi penyusutan AT.
• Paragraf 54, penyusutan periodik adalah pengurang nilai tercatat AT dan beban
penyusutan pada LO.
PSAP 09 – AKUNTANSI KEWAJIBAN
• Para 18 Pengakuan Kewajiban Lebih ringkas
 Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan
perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur
dengan andal.
 Tak ada perubahan
• Para 32 Pengukuran Kewajiban
 Tidak ada perubahan kalimat
 Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan
dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan
kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
• Para 38/39 Utang Transfer-Tambahan baru
 Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan pembayaran
kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan.
 Utang transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang berlaku.
PSAP 10
KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI,
PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK
DILANJUTKAN
1. Definisi peristiwa luar biasa dihapus
Peristiwa Luar Biasa tidak ada lagi dalam PP 71/2010
2. Definisi baru :
 Operasi tidak dilanjutkan adalah penghentian suatu misi atau tupoksi tertentu yang berakibat
pelepasan atau penghentian suatu fungsi, program, atau kegiatan, sehingga aset, kewajiban,
dan operasi dapat dihentikan tanpa mengganggu fungsi, program, atau kegiatan yang lain.
 Perubahan estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan kondisi yang mendasari estimasi
tersebut, atau karena terdapat informasi baru, pertambahan pengalaman dalam
mengestimasi,atau perkembangan lain.
 Pos adalah kumpulan akun sejenis yang ditampilkan pada lembar muka laporan keuangan.
PSAP 10
KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI,
PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK
DILANJUTKAN
3. PP 24- Para 13 & Para 15 dihapus
PP 71- Para 14 sama dengan PP 24 – Para 14
10. Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan sifat
alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi
secara berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang
memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran
dari wajib pajak.
11. Setiap kesalahan harus dikoreksi segera setelah diketahui.
12. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan, baik
yang mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak, dilakukan dengan pembetulan
pada akun yang bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun pendapatan-
LRA atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.
KOREKSI KESALAHAN

 Kesalahan berulang dan sistemik tidak perlu koreksi hanya


dicatat pada saat terjadi pengeluaran kas untuk mengembalikan
kelebihan pendapatan dengan mengurangi pendapatan-LRA
maupun pendapatan-LO yang bersangkutan
 Koreksi kesalahan periode-periode yang lalu yang
mempengaruhi posisi kas dilaporkan dalam Laporan Arus Kas
tahun berjalan pada aktivitas yang bersangkutan
 Koreksi kesalahan diungkapkan pada CALK
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

 Kebijakanakuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-


aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan

42. Perubahan kebijakan akuntansi harus disajikan pada Laporan


Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.

59
PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI
 Perubahan Estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan kondisi yang mendasari estimasi
tersebut, atau karena terdapat informasi baru, pertambahan pengalaman dalam mengestimasi,
atau perkembangan lain

44. Pengaruh atau dampak perubahan estimasi akuntansi disajikan pada Laporan
Operasional pada periode perubahan dan periode selanjutnya sesuai sifat
perubahan. Sebagai contoh, perubahan estimasi masa manfaat aset tetap
berpengaruh pada LO tahun perubahan dan tahun-tahun selanjutnya selama masa
manfaat aset tetap tersebut.
45. Pengaruh perubahan terhadap LO periode berjalan dan yang akan
datang diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Apabila tidak
memungkinkan, harus diungkapkan alasan tidak mengungkapkan pengaruh
perubahan itu.

60
Tidak ada dalam PP 24
OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN
 Adalah penghentian suatu misi atau tupoksi tertentu yang berakibat pelepasan atau penghentian
suatu fungsi, program, atau kegiatan, sehingga aset, kewajiban, dan operasi dapat dihentikan tanpa
mengganggu fungsi, program, atau kegiatan yang lain

47. Informasi penting dalam operasi yang tidak dilanjutkan - misalnya hakikat operasi,
kegiatan, program, proyek yang dihentikan, tanggal efektif penghentian, cara penghentian,
pendapatan dan beban tahun berjalan sampai tanggal penghentian apabila dimungkinkan,
dampak sosial atau dampak pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban terkait pada
penghentian apabila ada-harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

61
Tidak ada dalam PP 24
OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN
48. Agar Laporan Keuangan disajikan secara komparatif, suatu segmen yang dihentikan itu
harus dilaporkan dalam Laporan Keuangan walaupun berjumlah nol untuk tahun berjalan. Dengan
demikian, operasi yang dihentikan tampak pada Laporan Keuangan.
49. Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu tahun berjalan, di akuntansikan
dan dilaporkan seperti biasa, seolah-olah operasi itu berjalan sampai akhir tahun Laporan
Keuangan. Pada umumnya entitas membuat rencana penghentian, meliputi jadwal penghentian
bertahap atau sekaligus, resolusi masalah legal, lelang, penjualan, hibah dan lain-lain.
50. Bukan Penghentian Operasi bila :
a. Penghentian suatu program, kegiatan, proyek, segmen secara evolusioner/alamiah. Hal ini dapat diakibatkan oleh
demand (permintaan publik yang dilayani) yang terus merosot, pergantian kebutuhan lain.
b. Fungsi tersebut tetap ada
c. Beberapa jenis subkegiatan dalam suatu fungsi pokok dihapus, selebihnya berjalan seperti biasa. Relokasi suatu
program, proyek, kegiatan ke wilayah lain
d. Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah, menghemat biaya, menjual sarana operasi tanpa mengganggu
operasi tersebut.

62
Tidak ada dalam PP 24
PSAP 11 AKRUAL
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
1. Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian
7. Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan.
9. Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode pelaporan
yang sama dengan periode pelaporan keuangan entitas pelaporan dan
berisi jumlah komparatif dengan periode sebelumnya.
12. Dalam standar ini proses konsolidasi diikuti dengan eliminasi
akun-akun timbal balik (reciprocal accounts). Namun demikian, apabila
eliminasi dimaksud belum dimungkinkan, maka hal tersebut
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

2. Entitas Akuntansi
15. Entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi dan
menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/barang
yang dikelolanya yang ditujukan kepada entitas pelaporan.

63
PSAP 11 AKRUAL
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
3. Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum Daerah
19. Selaku penerima anggaran belanja pemerintah (APBN/APBD) BLU/BLUD
adalah entitas akuntansi, yang laporan keuangannya dikonsolidasikan pada entitas
pelaporan yang secara organisatoris membawahinya.
20. Selaku satuan kerja pelayanan berupa Badan, walaupun bukan berbentuk
badan hukum yang mengelola kekayaan Negara yang dipisahkan, BLU/BLUD
adalah entitas pelaporan.

64
PSAP 12 –LAPORAN OPERASIONAL
1. PSAP BARU, Lampiran II- PP 71- PP 24 TIDAK ADA
2. RUANG LINGKUP
4. Pernyataan Standar ini berlaku untuk setiap entitas pelaporan dan entitas
akuntansi, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dalam menyusun
laporan operasional yang menggambarkan pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit
operasional dalam suatu periode pelaporan tertentu, tidak termasuk perusahaan
negara/daerah.

3. Manfaat Informasi Laporan Operasional


5. Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan
operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya
disandingkan dengan periode sebelumnya.

4. Periode Pelaporan
9. Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam
situasi tertentu, apabila tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan
Operasional tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih pendek dari satu
tahun, entitas harus mengungkapkan informasi sebagai berikut:
a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan catatan-catatan
terkait tidak dapat diperbandingkan.

65
PSAP 12
LAPORA N OPERASIONAL
• Struktur dan Isi Laporan Operasional

11. Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban,


surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar secara komparatif. Laporan Operasional
dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-
hal yang berhubungan dengan aktivitas keuangan selama satu tahun seperti
kebijakan fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-
angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.

13. Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagai berikut:


a) Pendapatan-LO
b) Beban
c) Surplus/Defisit dari operasi
d) Kegiatan non operasional
e) Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa
f) Pos Luar Biasa
g) Surplus/Defisit-LO
66
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai