Anda di halaman 1dari 15

TONSILITIS AKUT DIFTERI

DENGAN KOMPLIKASI

Lisa Sari 102015189


Skenario 7
• Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke dokter
dengan keluhan sesak nafas

• Anamnesis : Sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, demam,


asma, sakit tenggorokan bengkak kanan kiri sejak 3 hari
yang lalu

• Pemeriksaan Fisik : Pseudomembran (+)


Sekret (-)
Pemeriksaan Penunjang
• Cepat: Pemeriksaan preparat langsung kuman yang diambil dari permukaan

bawah membran semu/sekret hidung (pewarnaan immunofluorescent ( 4


jam)

• Pasti: isolasi organisme dari kultur membran

• Pemeriksaan penunjang: CBC (lekositosis moderat), urinalisis (proteinuria

transient), foto thorax dan soft tissue leher (SJNA), EKG (perubahan segmen
ST dan gelombang T  irama supraventricular ectopic)

• Tes toksigenisitas: Elek‘s test

• Tes status imun penderita: Schick test.


4

injeksi intrakutan 0,1 mL toxin


diphtheria murni

Bila antitoxin sirkulasi (-)  lokal


inflammatory response berupa erythema,
edema, lunak, central pigmentation yg
memuncak pada hari ke-5

Schick tetst (+) bila indurasi lebih


dari 10 mm

Suspectible terhadap diphtheria

Shick test
Kekurangan: tidak dapat untuk diagnosis dini karena tidak dapat
diinterpretasi dalam beberapa hari
Working Diagnosis

Tonsil membengkak ditutupi bercak putih


kotor yang makin lama meluas dan bersatu
Kelenjar limfe leher
membentuk membran semu. Membran
membengkak menyerupai leher
dapat meluas ke palatum mole, uvula,
sapi (bull neck) /
nasofaring, laring, trakea, bronkus dan
Burgemeester’s hals
menyumbat saluran nafas. Melekat pada
dasarnya, mudah berdarah jika diangkat
Differential Diagnosis

Tonsil dan Pharyngeal


Nasal Diphtheria : Laryngeal Diphtheria :
Diphtheria :

• Benda asing hidung • Streptococcal • Acute epiglotitis


• Adenoiditis pharyngitis • Aspirated foreign
• Sinusitis • Infectious bodies
Mononucleosis • Laryngo tracheo
• Non bacterial bronchitis
membranous • Peripharyngeal dan
tonsillitis (oleh Retropharyngeal
karena hipervirus, abscess
adenovirus, • Laryngeal papilloma
coxsackievirus)
• Hemangioma =
• Blood dyscrasia Lymphangioma
(agranulocytosis dan larynx
leukemia)
Anotomi dan Histologi Tonsil
Epidemiologi
• Sering mengenai usia < 10 th, frekuensi tertinggi 2-5 tahun, walau

dewasa dapat terkena

• Resiko:

• Tidak memiliki riwayat imunisasi lengkap

• Kadar antitoksin rendah dan terpapar karier/orang sakit (0,03

satuan/cc darah / 0,1 IU/mL imunitas)

• Karier: kultur (+) tetapi asimptomatik


Etiologi
- Disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae,
- Transmisi: inhalasi droplet (batuk/bersin), skin-to-skin contact

Gram-positif
Diplococcus. diphtheriae,
bacilli yang berbentuk
kapsul, non kapsul,
ditemukan di dalam
kelompok
Patogenesis
Eksotoksin

Menghambat sintesis protein


(Inaktivasi transfer RNA translocase
(the elongation factors 2)  mencegah
penambahan asam amino untuk
pertumbuhan rantai polypeptide)
Inkubasi 1-8 hari

Kematian sel

Destruksi jaringan

Toksin menyebar (limfatik/hematologic)


ke miokardium (10-14 hari), ginjal,
sistem saraf
Albuminuria
Terapi
• Isolasi, bedrest 2-3 minggu

• Amankan jalan nafas: intubasi endotrakea, krikotiroidoomi / trakeotomi)

• ADS tanpa menunggu hasil kultur, Diberikan sedini mungkin  karena hanya

menetralisir toxin sebelum penetrasi ke sel. Dosis (CDC) :

• Pharyngeal atau laryngeal : 20.000 - 40.000

• Nasopharyngeal : 40.000 - 80.000 u

• Diphtheria yg luas + bull neck: 80.000-100.000 u   3 hr

• Antibiotika: Menghentikan produksi toxin eradikasi organisme, mencegah

perluasan. DOC: Penisilin atau eritromisin (25-50 mg/kgBB dalam 3 dosis


selama 14 hari)
Terapi
• Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/hari

• Antipiretik (simptomatis)

• Eradikasi organisme harus dievaluasi dengan 2 x kultur negatif setelah terapi

paripurna. Kasus ringan: pseudomembran lepas dalam 7-10 hari

• Kemoprofilaksis untuk close contact: eritromisin/penisislin 14 hari


Komplikasi
Obstruksi jalan nafas  kematian mendadak

• aspirasi membran
• perluasan membran ke laring
• penekanan eksternal oleh pembesaran KGB dan edema

Myocarditis
• biasanya terjadi pd minggu ke 2 penyakit
• berhubungan dengan luas dan beratnya perluasan
• gejala dan tanda : tachycardia, muffled heart sound,
murmur, arythmia (supraventricular dan ventricular ectopy)

Neuritis
• Sesuai dengan beratnya infeksi primer
• biasanya bilateral, lebih bersifat motoric daripada sensoric
• paling sering paralysis palatum molle dan otot pharynx
Pencegahan
• Vaksin DTap / DT: usia 2, 4, 6, 15-18 bulan dan booster usia
4 - 6 tahun

• Vaksin Td (toksoid difteri dan tetanus dosis rendah): usia > 7


tahun / dewasa, booster tiap 10 tahun

• Vaksin Tdap: remaja usia 11-12 tahun, atau sebagai salah


satu booster Td pada remaja/dewasa > 19 tahun, ibu hamil >
20 minggu /segera setelah melahirkan

• Imunisasi bagi mereka yg melakukan perjalanan ke daerah

endemik atau epidemik : imunisasi komplit

• Isolasi penderita segera mungkin untuk menghindari kontak

minimal untuk 7 hari.

Anda mungkin juga menyukai