Anda di halaman 1dari 43

TRAUMA SARAF PERIFER

Listyo Asist Pujarini MSc, SpS


Rabu, 23 Oktober 2013
• Kriteria diagnosis:
• adanya tarikan yang berlebihan a/ trauma
langsung pada proksimal anggota gerak
• 1. Avulsi radik; nyeri setmp anggota gerak bag
proksimal pd saat kejadian diikuti kelumpuhan
total permanen
• 2. lesi pleksus: kejadian sama tp kelumpuhan
total a/ sebag
• 3. lesi sraf perifer: trauma setmp, kelumpuhan
& ggn sensibilitas bbrp otot yg dipersarafi saraf
ybs, ggn pergrkan tdk total
• Klinis:
* ggn sensorik: parastesi, nyeri, rasa
terbakar, penurunan rasa raba, vibrasi &
posisi
* ggn motorik: kelemahan otot-otot
* rf tendon menurun
* fasikulasi
• Lab:
• Gdp
• Fx ginjal
• Kadar vit b1 b2 b 12
• Kadar logam berat
• Fx hormon tyroid
• G old standart: ENMG (degen aksonal n
demielinisasi); biopsi saraf
• TX; kausa, simptomatik (analgetik n oae),
neurotropik n asam folat, fisiotx
Sindrom terowongan karpal(carpal tunnel
syndrome)
Sindrom ini terjadi akibat kompresi nervus medianus
pada pergelangan tangan saat saraf ini melalui
terowongan karpal yang dapat terjadi.
• Secara tersendiri, contohnya pasien dengan
pekerjaan yang banyak menggunakan tangan,
• Pada gangguan yang menyebabkan saraf menjadi
sensitif terhadap tekanan, misalnya diabetes
melitus,
• Saat terowongan karpal penuh dengan jaringan
lunak yang abnormal.
Gambaran klinis sindrom, terowongan karpal adalah :
• Nyeri di tangan atau lengan, terutama pada malam
hari, atau saat bekerja,
• Pengecilan dan kelemahan otot-otot eminensia tenar.
• Hilangnya sensasi pada tangan pada distribusi nervus
medianus.
• Parestesia seperti kesemutan pada distribusi nervus
medianus saat dilakukan perkusi pada telapak tangan
daerah terowongan karpal(tanda Tinel)
• Kondisi ini sering bilateral.
Pilihan terapi tergantung dari beratnya
penyakit, yaitu:
• Balut tangan, terutama pada malam hari,
pada posisi ekstensi parsial pergelangan
tangan,
• Diuretik-manfaatnya belum diketahui,
• Injeksi lokal terowongan karpal dengan
kortikosteroid,
• Dekompresi nervus medianus pada
pergelangan tangan dengan pembedahan,
pada divisi fleksor retinakum.
Carpal tunnel syndrome
• N.Medianus
• Pain in hand,
forearm, arm
• Numbness in
median distribution
• Symptoms
aggravated by wrist
flexion
Figure 3.
Manu hand brace for the conservative treatment of carpal tunnel syndrome (palmar and dorsal
views). This specially designed brace provides gentle pressure to the heads of the metacarpal bones
while stretching the third and fourth fingers

American Family Physician


Figure 4.
Method of injecting directly into the carpal tunnel. After the hand is positioned on a rolled towel, a
mixture of 10 to 20 mg of lidocaine (Xylocaine) without epinephrine and 20 to 40 mg of
methylprednisolone acetate (Depo-Medrol) or similar corticosteroid preparation is injected with a 25-
gauge needle at the distal wrist crease (or 1 cm proximal to it). Injection occurs along the right side of
the palmaris longus tendon, which can be identified by having the patient pinch the thumb and fifth
fingers together while slightly flexing the wrist. If the palmaris longus tendon cannot be identified, the
needle is inserted slightly ulnar to the midline. The needle is angled downward at a 45-degree angle
toward the tip of the middle finger and advanced 1 to 2 cm as it traverses the flexor retinaculum.
Discomfort in the fingers should prompt repositioning of the needle

American Family Physician


Figure 5.
Method of injecting proximal to the carpal tunnel. Using a 3-cm-long, 0.7-mm needle introduced at a
10- to 20-degree angle, a mixture of 10 mg of lidocaine (Xylocaine) and 40 mg of methylprednisolone
is injected at the distal wrist crease between the tendons of the palmaris longus and flexor carpi
radialis muscles. The mixture is introduced as a bolus and massaged toward the carpal tunnel. The
needle should be advanced slowly and repositioned if resistance is encountered or the patient reports
pain or paresthesias in the fingers

American Family Physician


Neuropati ulnaris
Nervus ulnaris rentan terhadap kerusakan akibat tekanan pada
beberapa tempat di sepanjang perjalannya, tetapi terutama
pada siku.
Gambaran klinis meliputi:
• Nyeri dan/atau parestesia seperti kesemutan yang menjalar
ke bawah dari siku ke lengfan sampai batas ulnaris tangan,
• Atrifi dan kelemahan otot-otot intrinsik tangan (eminensia
tenar masih baik)
• Hilangnya sensasi tangan pada distribusi nervus ulnaris
• Deformitas tangan cakar(claw hand) yang khas pada lesi
kronik
Pemeriksaan konduksi saraf dapat
menentukan lokasi lesi sepanjang perjalanan
nervus ulnaris.
lesi ringan dapat membaik dengan balutan
tangan pada malam hari, dengan posisi siku
tekstensi untuk mengurangi tekanan pada saraf.
Untuk lesi yang lebih berat, dekompresi bedah
atau transposisi nervus ulnaris, belum dapat
dijamin keberhasilannya. Tetapi operasi
diperlukan jika terdapat kerusakan nervus ulnaris
terus menerus, yang ditunjukan dengan gejala
nyeri persisten dan/atau gangguan motorik
progresif.
Ulnar neuropathy
• Numbness
• Atrophy of first dorsal
interosseous
• Weakness
• Compression at
elbow
• Entrapment in cubital
tunnel
• Distal injury
Palsi radialis
Tekanan pada nervus radialis dilengan atas
menyebabkan wrist drop akut dan kadang
hilangnya sensasi pada distribusi nervus
radialis superfisial. Umumnya lesi terjadi
akibat kelainan postur lengan atas dalam
waktu lama, misalnya lengan yang
terposisikan dengan tidak benar pada
sandaran sofa karena intoksikasi alkohol
(‘Saturday night palsy’)
Radial nerve: Saturday night palsy
• Weakness of wrist &
finger extensors,
brachioradialis
• Pressure palsy
• Trauma (humerus
fracture)
Lesi pleksus brakialis
Selain trauma akut pada pleksus
brakialis, misalnya akibat traksi saat
persalinan atau kecelakaan, yang
biasanya mengenai pengendara sepeda
motor (pleksus radiks bagian atas –
paralisis Erb; bagian bawah –paralisis
Klumpke), dikenali pula beberapa
sindrom kronik.
Iga servikal
Iga servikal atau pita jaringan fibrosa dapat menekan
pleksus brakialis pada rongga toraks. Dulu, kondisi
ini seringkali mengalami overdiagnosis dan diterapi
berlebihan dengan pembedahan. Eksplorasi bedah
pleksus brakialis saat ini dilakukan hanya untuk pasien
dengan atrifi dan kelemahan prosgresif otot-otot
intrinsik tangan, dengan gangguan sensorik yang
sesuai (biasanya pada sisi ulnar lengan) dan didukung
oleh pemeriksaan elektrodiagnostik. Bahkan
pencitraan pleksus brakialis dengan MRI tidak terlalu
bermakna. Gambaran rontgen dapat menunjukkan iga
servikal, akan tetapi penekanan akibat pita jaringan
fibrosa dapat tidak terlihat dari foto rontgen.
Parestetika meralgia
Kompresi nervus kutaneus lateral paha saat
saraf tersebut melintas di bawah ligamen
inguinalis yang menyebabkan pola
hilangnya sensasi yang khas. Onset
kondisi ini terutama berhubungan dengan
perubahan (peningkatan atau penurunan)
berat badan pasien.
Palsi poplitea lateral
Nervus peroneus komunis rentan terhadap
kerusakan akibat tekanan pada lokasi kaput
fibula, yang menyebabkan foot drop. Terjadi
kelemahan pada dorsofleksi dan eversi
pergelangan kaki., dan kelemahan ekstensor
halusis longus, disertai hilangnya sensasi
dengan derajat bervariasi. Kondisi ini sering
terjadi pada keadaan imobilitas dan pada
kerentanan saraf terhadap tekanan, misalnya
akibat diabetes melitus.
Foot drop juga dapat diakibatkan oleh lesi pada
radiks lumbal (biasanya L5). Secara teoritis hal ini
dapat dibedakan secara klinis dari lesi nervus
peroneus, karena pada lesi nervus peroneus
inversi kaki masih baik, karena tibialis posterior
dipersarafi oleh nervus tibialis dan bukan nervus
peroneus. Akan tetapi, biasanya diperlukan
pemeriksaan elektrodiagnostik pada lutut untuk
menentukan lokasi lesi. Kerusakan nervus
peroneus seringkali reversibel, yang disebabkan
oleh blok konduksi(neurapraksia). Untuk
sementara penggunaan balut foot drop dapat
membantu.
Peroneal palsy

• Crossing legs
• Weight loss
• Hospitalization
• Surgery
Bell’s Palsy
• Adalah kelumpuhan n.facialis perifer, akut,
Etiologi ; idiopatii
ada bbrp pendapat; inflamasi akut n VII di
da tl temporal, for stilomastoideus,
• Dapat terjadi pada semua umur (sering
20-50 th)
• Insidensi Laki-laki sama dg wanita
• Hampir selalu unilateral, dapat berulang
• Gejala klinik;
• * mulut mencong, + jelas saat meringis
• * lagopthalmus
• * tanda bel
• * tidak bisa meniup atau bersiul
• * bmila minum, berkumur  tumpah
• * hilang tajam pengecapan 2/3 depan
• * salivasi berkurang
GEJALA
Sindrom airmata buaya
(crocodile taers syndrome)
• Gx sisa bell’s palsy
• Bbrp bln pasca awitan
• Air mata bercucuran pada mata yg terkena
saat makan
• n VII menginervasi gld lakrimalis n
salivarius submandibula
• Diduga regenerasi n salivarius (salah
jurusan ke gld lakrimalis
• Terapi;
• Farmaka:
• * kortikosteroid (prednison 1mg/kgbb-5hr,
diturunkan 2tb/hr smp 10hr)
• * mecobalamin 3x 500mg analgetik kp
• Non farmaka: fisioterapi
• Komplikasi:
• keratitis, konjungtifitis
• tic facialis

• Prognosis;
• 85% sembuh dlm 3mgg, 15% dlm 3-6 bl
NEUROPATI
DEFINISI
• Keadaan dengan gangguan fungsi dan Struktur pada
saraf tepi.
• Neuropati saraf tepi adalah proses degenerasi saraf
tepi yang mempersarafi terutama otot bagian distal
ekstremitas.

ETIOLOGI
• Kongenital • Intoksinasi
• Inflamasi • Alergi
• Infeksi • Trauma
• Gangguan metabolik • Pengaruh suhu
• Neoplasma • idiopatik
• degenerasi • Gangguan vaskuler
KLASIFIKASI
• Mononeuropati
- Gangguan saraf perifer tunggal
- Akibat trauma, khususnya akibat tekanan, atau
gangguan suplai darah (vasa nervorum).
• Polineuropati
- Gangguan beberapa saraf
- Akibatk proses peradangan, metabolik, atau
toksik yang menyebabkan kerusakan dengan
pola difus, distal, dan simetris yang biasanya
mengenai ekstremitas bawah, sebelum
ekstremitas atas.
• Klasifikasi lain:
– Neuropati diabetik
– Neuropati vaskulitik
– Neuropati Demielinatif Inflamatori
– Neuropati herediter
GAMBARAN KLINIK
• Paresis simetris
– Biasa dimulai dari kedua tungkai lalu menjalar progesif
ke atas
• Kesemutan
– Dimulai pada ujung jari kaki dan tangan
• Hiperpatia
• Hipotensi
• Perubahan trofi kulit
• Atonia kandung kemih
• Diare malam hari
• Hiporefleksia atau arefleksia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• EMG
– Menentukan tempat lesi ( otot, saraf tepi,
kornu anterior )
• Biopsi saraf
– Secara histologis, neuropati dibagi menjadi
• Gangguan primer di akson
• Gangguan di sel schwann (demielinisasi
segmental)
• Gangguan di jaringan interstitial
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Kecepatan Hantar Saraf
– Menentukan derajat gangguan dan
perkembangan penyakit
• Pemeriksaan CSS
– Kadar protein meningkat pada Guillain Barre
sindrom
– Penentuan jumlah sel, kadar gula dan klorida
PENATALAKSANAAN
• Pengobatan aktif
– Pencegahan terhadap kerusakan lanjut saraf tepi
• Pengobatan selanjutnya
– Rehabilitasi pada penderita
• Kortikosteroid
– Periarteritis
– Sindrom Guillain Barre
• Vitamin
– Gangguan metabolik
– Defisiensi vitamin
PENATALAKSANAAN
• Persenyawaan chelate
– Keracunan logam berat
• Non farmakologi
– Konseling penting pada penderita neuropati
heriditer
– Fisioterapi
– Rehabilitasi
PROGNOSIS
• Tergantung dari tingkat kerusakan sel
saraf
– Tingakt neurapraksia
• Hambatan dalam hantaran tanpa kehilangan
kontinuitas
• Pemulihan terjadi beberapa menit sampai minggu
– Aksonotmesis
• Kerusakan pada akson tanpa kerusakan pada pola
andoneurial
• Prognosis baik
PROGNOSIS
– Neurotmesis
• Saraf terputus sebagian atau seluruhnya
• Penyambungan saraf menghasilkan
perbaikan sebanyak 50%
• Regenerasi dapat dideteksi dengan perkusi
langsung pada saraf yang bersangkutan
ALHAMDULILLAH……..

Anda mungkin juga menyukai