Pleno Kelompok 20 Skenario 2
Pleno Kelompok 20 Skenario 2
• : Posnatal : Nosokomial
Clostridium tetani
Streptococcus
Pseodomonas
Staphilococcous aureus
Klebsiella
E. coli
4. Pemeriksaan penunjang
Kultur darah
Prokalsitonin (normal = 0,05 ng/ml) → Protein akut yang
meningkat kadarnya pada keadaan infeksi
C-reactive protein (CRP) (normal < 5mg/L)
→ protein yang mengikat fraksi C polisakarida dari dinding
sel pneumokokus
Biomolekular sitokin
Pemeriksaan protein dan glukosa pada LCS
5. Diagnosis pada pasien
Tetanus
Ompalitis
6. Tatalaksana
- segera bawa ke RS
- diazepam IM
- hindari sentuhan
- ASI
- antibiotik broad spectrum sambil menunggu hasil kultur
darah
Terkontaminasi
1. Alat yang tidak steril
2. Tenaga penolong yang tidak paham
2. Mengapa bayi bisa mencucu, kejang,
serta nanah keluar dari tali pusat?
Spasme otot
Neuromuscular
Sistemik : kejang
Rantai komplek
Ringan dan berat lalu menjalarke jembatan disulfida
3. Apa Penyebab penyakit yang diderita
bayi?
DIJADIKAN LO
5. Diagnosis pada pasien
6. Tatalaksana
- antibiotik digunakan untuk membunuh kuman.
Penicilin G atau metronidazole diberikan secara IV
- TIG/ATS untuk membunuh toksin c. Tetani
- antikonvulsan untuk menangani kejang. Untuk
neonatus bisa diberikan fenobarbitol yang bekerja cepat
menurunkan spasme. Diazepam digunakan sebagai
profilaksis spasme
- untuk ompalitis antibiotik yang digunakan adalah
gentamicin/ basitrasin
7. Hubungan imunisasi
dengan penyakit tetanus
Bagi seseorang yang pernah mendapat serangan
tetanus, tidak akan mempunyai imun jika terkena
serangan ulang jika tidak pernah melakukan imunisasi
Tidak terbentuknya kekebalan pada penderita setelah ia
sembuh, dikarenakan toksin yang masuk kedalam tubuh
tidak membentuk antitoksin sebab tetanispasmin sangat
poten dan toksisitasnya sangat cepat
Pada penelitian beberapa orang yang diberikan imunisasi dengan
tetanus toksoid untuk pertama kali, terdapat peninggian titer
antibodi dalam serum yang merupakan karakteristik secondary
imune response
Sampai saat ini pemberian imunisasi tetanus toksoid merupakan
satu-satunya pencegahan tetanus. Pencegahan dengan pemberian
imunisasi dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan, dengan cara
imunisasi aktif (DPT atau DT)
STEP 5
1. Bagaimana penatalaksanaan tetanus pada neonatus?
2. Bagaimana Patofisologi Infeksi Neonatorum
(Tetanus dan Omphalitis)?
3. Apakah perbedaan tetanus toksoid dengan anti
tetanus serum?
4. Manakah yang paling diutamakan antara
pemerikasaan CRP dengan PCT untuk pasien sepsis?
5. Apakah perbedaan antara meningitis TB, bacterial,
dan viral?
6. Apakah perbedaan antara Sepsis dan SIRS?
STEP 6
Tujuan terapi:
Terapi suportif
Menetralisir toksin sebelum masuk ke SSP
Menurunkan produksi toksin
Mengontrol gejala neuromuskuler dan otonom
Mempertahankan kondisi pasien sampai efek toksin
menghilang
Terapi suportif
Menjaga jalan napas tetap terbuka untuk mendapatkan
oksigen yang adekuat
Bila terjadi retensi urin pasang kateter
Tetap berikan ASI
• Medikamentosa
– Eliminasi toksin
• Antibiotik
– Lini I: Metronidazol 30 mg/kgBB/hari dengan interval 6 jam
(oral/parenteral) selama 7-10 hari
– Lini II: Penisilin procain 100.000 IU/kgBB/Ivdosis tunggal
selama 7-10 hari.
– Netralisasi toxin
• HTIG 500 U/IM atau ATS 5000 U/IM
– Kontrol manifestasi penyakit
• Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/IV Secara
perlahan-lahan
• Bila belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang
sama 20 menit kemudian.
2. Patofisologi Infeksi
Neonatorum
(Tetanus dan Omphalitis)
Tetanus
melalui
sel-sel Ganggu
Ke neuron an
sistem hingga sistem
transpo ke saraf
r medula pusat
aksonal spinalis dan
Pemoto Berikatan retroga & perifer
ngan reseptor di rd batang
tali membran otak
pusat Clostrid prasinaps pd
ium motor neuorn
tetani
melepa
skan Ganggu
tetanos Mencegah an
pamin keluarnya terhada
Terjadi
trasmitter p
Epilepsi
inhibis (GABA inhibisi
dan Glisin) presim
patik
Omphalitis
Bayi dan anak - anak - Imunisasi DPT pada usia 2,4,6 dan
15 18 bulan
- dosis ke 5 diberikan pada usia 4-6
tahun
-10 tahun berikutnya diberikan usia
14-16 tahun dengan dapat di ulangi
setiap 10 tahun
Ibu hamil dengan riwayat TT (-) -2 dosis injeksi TT dengan jarak 2
bulan
( 2 trimester terakhir )
- setelah bersalin diberikan
diberikan dosis ke 3 ( 6 bulan
setelah injeksi kedua untuk
melengkapi injeksi TT )
-Injeksi TT diulangi 10 tahun/1x
Neonatus lahir dari ibu riwayat TT (- -Diberikan 250/IU TIG/ATS utk
) neonatus
-Untuk ibu diberikan imunisasi aktif
imunisasi pasif :
- HTIG / human tetanus imunoglobulin dengan dosis
pengobatan 3000-6000 IU/IM dan dosis profilaksis 250-
1500 IU/IM 1x pemberian
2. Virus
a.Enterovirus
3. Jamur
a. Cryptococcus neoformans
b. Coccidiodes immitris
Patofisiologi
Invasi agen penyebab ke susunan saraf pusat melalui aliran darah, lalu
bermigrasi ke lapisan sub arachnoid -> respon inflamasi di piamater,
arachnoid, cairan serebrospinal, dan ventrikuler, -> eksudat menyebar di
seluruh saraf cranial dan saraf spinal -> kerusakan neurologis.
Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, port d
entree masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi,
dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya rhinorrhea,
ottorhea pada fraktur basis cranii yang menmungkinkan kontaknya cairan
serebrospinal dengan lingkungan
luar.
Gejala meningitis :
1. Gejala infeksi akut : panas, nafsu makan tidak ada, anak
lesu
2. Gejala kenaikan tekanan intracranial : penurunan
kesadaran, kejang, ubun- ubun besar menonjol
3. Gejala rangsangan meningeal : kaku kuduk, brudzinsky I
dan II positif, Kernig +
Diagnosa
Lumbal pungsi
Tes darah
Meningitis TBC
Merupakan peradangan selaput otak/meningen oleh karena Mycobacterium
tuberculosis
Etiologi
a. Mycobacterium tuberculosis hominis (terbanyak)
b. Mycobacterium tuberculosis bovis (5%)
Patofisiologi
a. Hipotesis RICH : Mycobacterium tuberculosis ke ruang sub arachnoid
b. Fokus RICH adalah fokus perkijuan lokal di otak
c. Penyebaran Mycobacterium tuberculosis dari fokus yang dekat ke tulang
belakang dan ke ruang sub arachnoid"
d. Meningits TBC : reaksi radang akut di leptomening
dengan eksudat kuning kehijauan di basis otak
Insidensi : terbanyak usia <5tahun, karena imunitas sel
kurang dan kontak yang erat dengan penderita.
Gejala klinik :
Subakut, terdiri dari beberapa stadium :
Stadium prodormal (1-3minggu)
Stadium perangsangan meningen
Timbul kaku kuduk, tes Brudzinsky memberi hasil positif
Stadium kerusakan otak setempat
Timbul kelumpuhan saraf otak atau hemiparesis
Stadium kerusakan otak difus
Penurunan kesadaran sampai koma (bisa sampai meninggal)
Pemeriksaan penunjang
Darah : LED meningkat, hitung jenis : peningkatan limfosit
Thorax foto : KP (Koch Pulmonum)
LCS :
o Jernih/opalesen
o Tampak cob web bila didiamkan selama 24jam
o Tekanan sedikit meningkat"
Nonne -/+, Pandy -/+
• Sel <500/mm3, predominan limfosit o Protein sangat
meninggi >75mg%
o Gula <40mg% tetapi tidak sampai 0
o Pewarnaan Ziehl Nielsen didapatkan BTA (+) Kriteria
diagnosis
Terdapatnya gejala perangsangan meningen Kuman TBC
dari pewarnaan LCS atau kultur Adanya riwayat kontak
dengan penderita TBC
6.Perbedaan Sepsis dan SIRS ?