Anda di halaman 1dari 28

Oleh :

Via Yulia Ardini ( 09700153 )

Pembimbing :
dr. Andoharman Damanik Sp.OG,
 Ibu hamil harus sehat agar bisa menghasilkan
keturunan yang baik
 Herpes simpleks merupakan penyakit dengan
prevalensi yang masih tinggi di Indonesia.
 Infeksi herpes simpleks genitalis
merupakan infeksi kronis rekuren yang
berlangsung seumur hidup
 Herpes genitalis adalah infeksi pada genital
yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus
(HSV) .
 Ada dua macam tipe HSV yaitu HSV tipe 1
dan HSV tipe 2.
 Di Australia kejadian infeksi herpes genitalis
pada neonatus 1 dalam 15.000 – 20.000
kelahiran hidup.
 Di Indonesia termasuk 5 besar penyakit
menular karena hubungan seksual dan
pengidap ( Carrier VHS-2 ) telah mencapai 3 –
5% dari seluruh wanita.
 HSV tipe 1 dan 2 sulit dibedakan
 HSV tipe 2 merupakan tipe dominan yang
ditularkan melalui hubungan seksual genito-
genital
 HSV tipe 1 ditularkan melalui aktivitas
seksual oro-genital atau melalui tangan
HSV mendekati sel Penularan ke
epitel 1. Hematogen
janin
/transplase
nta
2. Ascending
HSV penetrasi ke infection
sel dan masuk ke Rekurens 3. Jalan lahir
inti sel infeksius

Gaient sel
multinukleat Laten

Sitolisis &
VESIKEL
kerusakan sel
 Masa inkubasi penyakit ini umumnya sekitar
3-7 hari
 Manifestasi gejala bervariasi dari
asimptomatis sampai yang berat
 Infeksi primer pada Ibu:
 rasa sakit nyeri seperti terbakar
 timbulnya vesikel – vesikel
 adanya erosi
 berlangsung selama 2 - 6 minggu
 penyembuhan spontan.
 Infeksi primer pada janin:
 Resiko kelainan bawaan lebih besar
 Belum terbentuk antibodi
 Infeksi kambuhan ( rekurens ) pada ibu:
 lebih ringan
 tidak begitu sakit
 lesi lebih sedikit / kecil,
 berlangsung lebih pendek 5 – 7 hari
 Infeksi primer pada janin:
 Resiko kelainan bawaan lebih sedikit
 sudah terbentuk antibodi
 Anamnesis : Keluhan sistemik
 Secara klinis: bila didapatkan lesi khas
 Pemeriksaan penunjang : pembiakan virus,
pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya
peningkatan kadar antibodi serta biopsi
1) Ulkus durum : Ulkus indoren dan teraba
indurasi
2) Ulkus mole :Ulkus kotor merah dan nyeri
3) Sifilis : Ulkus lebih besar, bersih dan
ada indurasi
4) Balanopistitis : Biasanya disertai tanda –
tanda radang yang jelas
5) Skabies : Rasa gatal lebih berat,
kebanyakan pada anak – anak
6) Limfogranuloma
venerum : Ulkus sangat nyeri didahului
pembengkakan kelenjar
inguinal.
 Gangguanpada janin tergantung pada
periode mana infeksi tersebut terjadi:
1. Periode pembelahan zigot:
sejak pembuahan sampai blastokista, yaitu
minggu ke –2. Bila terjadi pengaruh pada
periode ini akan terjadi kematian atau
abortus.
2.Periode embrio :
minggu ke –3 sampai minggu ke –7. Periode
ini sangat sensitif untuk terjadinya kelainan
kongenital mayor bila terjadi gangguan.
3.Periode fetal:
minggu ke – 8 sampai lahir. Gangguan pada
periode ini biasanya akan mengakibatkan
kelainan kongenital yang bersifat minor atau
hanya gangguan fungsi saja.
 Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa:
 ensefalitis
 keratokonjungtifitis
 hepatitis
 timbul lesi pada kulit
( Herpes Neonatorum )
 Selama kehamilan fungsi sel T tertekan
terutama pada trimester 1
 limfosit T berespon terhadap infeksi virus,
maka wanita hamil dapat mengalami
peningkatan resiko terjangkit inveksi virus.
Penatalaksanaan dalam kehamilan
a)Infeksi asimptomatik
Pemeriksaan skrining jika menunjukkan HSV
seropositif:
 selama kehamilan tidak terjadi rekurensi infeksi
maka persalinan dapat berlangsung pervaginam
dengan menghindari pemakaian alat ( cunam
atau vakum ) dan pemecahan selaput ketuban
tanpa indikasi obstetric jelas.
 terjadi rekurensi infeksi maka penangan
selanjutnya mengikuti skema penalaksanaan
infeksi herpes genitalis dengan infeksi rekurens.
 Apabila hasil pemeriksaan laboratorium pada
si ibu menunjukkan HSV seronegatif:
 suami juga harus diperiksa serologi HSV,
apabila hasilnya positif, harus dijelaskan
kepada pasangan tersebut mengenai
transmisi HSV
 dianjurkan untuk memakai kondom bila
bersetubuh.
 Apabila terjadi infeksi primer maka
penanganan selanjutnya mengikuti skema
penatalaksanaan infeksi herpes genitalis
dengan infeksi primer.
b) Infeksi Primer
Infeksi HSV Primer dalam kehamilan
dibagi menjadi :
1. Infeksi primer pada kehamilan trimester I dan II
 asiklovir 1000 – 1200 mg / hari 5 x 200 mg/per oral
 Selama 7 hari atau sampai 4 minggu terakhir
kehamilan
2. Infeksi primer pada Kehamilan 30 – 34 minggu
 asiklovir supresif terus menerus sampai partus untuk
menekan viral shedding.
3. Infeksi primer pada Kehamilan lebih dari 34 minggu
 Berikan terapi asiklovir intravena atau peroral
 rencanakan untuk melakukan seksio sesaria untuk
mengurangi risiko transmisi HSV pada bayi
 memeriksa kultur dari bayi dalam 12 – 24 jam
 diobservasi dan mulai diberikan terapi bila timbul
gejala
c) Infeksi rekurens
 dilakukan pemeriksaan untuk mencari lesi
HSV. lesi negativ rencanakan lahir
pervaginam. Lesi positiv rencanakan secsio
sesar
 Pemberian asiklovir supresif pada akhir
kehamilan ( 2 – 4 minggu ) untuk persalinan
pervaginam
 memeriksa kultur dari bayi dalam 12 – 24 jam
 diobservasi dan mulai diberikan terapi bila
timbul gejala
Penatalaksanaan dalam persalinan
American Infectius diseases Society for
Obstetrics and Gynecology mengusulkan
penanganan infeksi VHS dalam persalinan
sebagai berikut :
a)Wanita hamil dengan riwayat herpes genitalis
tetapi tidak menunjukkan gejala aktif :
 Pemeriksaan kultur seminggu sekali tidak perlu
dikerjakan.
 Bila pada saat melahirkan tidak terdapat lesi
genital, persalinan diusahakan
pervaginam.
 Untuk mengidentifikasi kemungkinan tertular-
nya bayi baru lahir, kultur virus dari ibu
perlu dikerjakan pada saat ibu dalam persalinan
dan dari anak segera setelah dilahirkan.
 Isolasi ibu tidak perlu dikerjakan.
 Dengan kebijakan di atas, risiko terinfeksi anak
adalah kecil, yaitu 1 per 1000.
b) Wanita dengan lesi klinis herpes genitalis :
 Lesi herpes genitalis terjadi saat ibu dalam
persalinan, lakukan seksio sesaria
 Bila lesi terjadi pada akhir kehamilan, tetapi
belum dalam persalinan perlu dilakukan
kultur tiap 3 – 5 hari, untuk meyakinkan tidak
adanya virus pada saat persalinan sehingga
dapat menurunkan angka seksio sesaria.
 Pada keadaan ketuban pecah dini, seksio
sesaria sebaiknya dikerjakan sebelum 6
jam,meskipun seksio sesaria yang dikerjakan
sesudahnya, tetap lebih baik dari
persalinan pervaginam.
Penatalaksanaan pada Neonatus
a)Pengelolaan bayi yang dilahirkan ibu dengan
infeksi herpes genitalis primer saat
persalinan yaitu :
 Kultur VHS dari urin, tinja, orofaring dan mata
untuk identifikasi secara dini infeksi herpes
genitalis pada bayi
 Jika asiklovir tidak segera diberikan, neonatus
dimonitor adakah letargi, demam, malas minum,
atau lesi.
b)Pengelolaan bayi yang dilahirkan ibu dengan
infeksi herpes genitalis rekuren saat
persalinan yaitu :
 Dilakukan pemeriksaan kultur setelah persalinan
untuk identifikasi secara dini infeksi herpes
genitalis pada bayi.
 Jika kultur positif, disarankan terapi asiklovir.
 Orang tua diwajibkan melaporkan tanda – tanda
awal infeksi seperti letargi, demam, malas
minum, atau lesi.
c) Pengelolaan bayi yang dilahirkan ibu dengan
asimptomatik dengan riwayat infeksi herpes
genitalis yaitu :
 Kultur secara rutin tidak dianjurkan.
 Orang tua diwajibkan melaporkan tanda – tanda
awal infeksi seperti letargi, demam, malas
minum, atau lesi.
Perawatan ibu dan bayi pasca persalinan
 Menyusui dianjurkan, kecuali didapatkan lesi
sekitar puting susu
 ibu diharuskan cuci tangan dengan benar.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai