2
Metode penyusutan yang diperkenankan menurut
ketentuan Pasal 11 UU PPh adalah :
1) Metode Garis Lurus (Straight Line Method) : digunakan
untuk penyusutan
bangunan
bukan bangunan
2) Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
digunakan untuk penyusutan :
bukan bangunan
Harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan
melalui metode Garis Lurus.
Penggunaan salah satu dari kedua metode penyusutan yang
diperkenankan oleh UU PPh tersebut harus dilakukan secara
taat azas
3
A. Berdasarkan sifatnya :
Depreciable Asset : dapat disusutkan
Non Depreciable Asset : tidak dapat disusutkan,
contoh : tanah
B. Berdasarkan bentuknya :
Bangunan :
a. Permanen
b. Tidak Permanen
Bukan bangunan
4
Kelompok Harta :
KMK No 521/KMK.04/2000, KMK.138/KMK.03/2002, SE -07/PJ.42/2002,
SE-02/PJ.42/2002, PMK No. 96/PMK.03/2009
7
1. Sebuah mesin yang dibeli pada bulan Januari 2011 dengan
harga perolehan Rp.100.000.000, masa manfaat 4 tahun.
Penghitungan penyusutan fiskal atas mesin tsb adalah sbb :
a. dengan metode Garis Lurus
8
b. Dengan metode Saldo Menurun
Tahun Tarif Jumlah Akumulasi Nilai Sisa Buku
Penyusutan Penyusutan Penyusutan
2011 50% 50.000.000 50.000.000 50.000.000
2012 50% 25.000.000 75.000.000 25.000.000
2013 50% 12.500.000 87.500.000 12.500.000
2014 Disusutkan 12.500.000 100.000.000 0
sekaligus
9
1. Sebuah lemari yang dibeli pada bulan April 2011 dengan harga
perolehan Rp.20.000.000, masa manfaat 4 tahun. Penghitungan
penyusutan fiskal atas lemari tsb adalah sbb :
a. dengan metode Garis Lurus
11
Seperti yang telah dilakukan terhadap aktiva tetap
berwujud, nilai aktiva tetap tak berwujud juga harus
dilakukan penyusutan yang disebut dengan istilah amortisasi
Pengertian aktiva tak berwujud adalah aktiva tak lancar (non
current asset) dan tak berbentuk yang memberikan hak
keekonomian dan hukum kepada pemiliknya dan dalam
Laporan Keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam
klasifikasi aktiva yang lain (PSAK Nomor 19).
Yang termasuk dalam pengertian aktiva tak berwujud antara
lain adalah hak paten, hak merk, biaya pendirian, dan lain-
lain.
12
Menurut ketentuan perpajakan, yakni dimuat dalam Pasal
11A UU No.36 Tahun 2008, amortisasi dilakukan untuk
menghitung pengeluaran dalam memperoleh harta tak
berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya
perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak
pakai yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun
yang digunakan yang digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
Metode amortisasi yang diperkenankan oleh UU PPh kita
adalah :
metode garis lurus
metode saldo menurun
13
Kelompok Masa Tarif Tarif
Harta Tak Manfaat (Garis Saldo
berwujud Lurus) Menurun
Kelompok I 4 tahun 25 % 50 %
Kelompok II 8 tahun 12,5 % 25 %
Kelompok III 16 tahun 6,25 % 12,5 %
Kelompok IV 20 tahun 5% 10 %
14
Dalam UU PPh, tidak ditegaskan kapan amortisasi harus
dilakukan. Namun untuk pengeluaran berupa biaya
pendirian dan biaya pengeluaran modal, amortisasinya
dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran.
15
Amortisasi terhadap pengeluaran untuk memperoleh hak
dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 tahun di bidang pertambangan minyak dan gas bumi
dilakukan dengan menggunakan Metode Satuan Produksi.
16
Rumus Metode Satuan Produksi :
tarif amortisasi = perbandingan antara realisasi penambangan minyak
& gas bumi pada tahun ybs dengan taksiran jumlah seluruh
kandungan minyak & gas bumi yang diproduksi di suatu lokasi.
Contoh soal :
Pengusaha minyak Tuan Prabu Sanjaya mengeluarkan biaya untuk
memperoleh hak atas penambangan minyak dan gas bumi di suatu
lokasi dengan nilai Rp.800.000.000. Taksiran jumlah kandungan
minyak di lokasi tersebut sebesar 200.000.000 barel, produksi
sebenarnya pada tahun pertama adalah 50.000.000 barel. Maka
amortisasi untuk tahun pertama adalah sbb :
tarif amortisasi = (50.000.000 / 200.000.000) x 100% = 25%
amortisasi tahun I = 25% X Rp.800.000.000 = Rp. 200.000.000
17
Produksi sebenarnya pada tahun ke-II sebesar 75.000.000
barel.
tarif amortisasi = (75.000.000/200.000.000) x 100% =
37,5%
amortisasi tahun II = 37,5% x Rp.800.000.000 = Rp.
300.000.000
Produksi sebenarnya pada tahun ke-III sebesar 75.000.000
barel.
tarif amortisasi = (75.000.000/200.000.000) x 100% =
37,5%
amortisasi tahun III = 37,5% x Rp.800.000.000 = Rp.
300.000.000
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh hak
penambangan migas sebesar Rp.800.000.000 telah habis
diamortisasi pada tahun ke-III
18
Rumus Metode Satuan Produksi :
tarif amortisasi = perbandingan antara produksi yang sebenarnya
dengan potensi hasil alam di suatu lokasi.
Maksimal yang diperkenankan UU : 20%
Contoh Soal :
Pengusaha hutan Tuan Maliq mengeluarkan biaya untuk memperoleh
hak penguasaan hutan di wilayah Kalimantan Selatan sebesar
Rp.800.000.000. Potensi hasil hutan tersebut adalah 10.000.000 ton
kayu.
a. Produksi sebenarnya pada tahun I = 1.000.000 ton
Tarif amortisasi = (1.000.000 / 10.000.000) x 100% = 10%
Amortisasi tahun I = 10% x Rp.800.000.000 = Rp. 80.000.000
19
b. Produksi tahun II sebesar 3.000.000 ton
Tarif amortisasi = (3.000.000/10.000.000) x 100% = 30%
Batas maksimal yang diperkenankan oleh UU adalah 20%
Amortisasi tahun II = 20% x Rp.800.000.000 = Rp.160 juta
Tahun kelima sudah tidak ada produksi lagi, namun masih ada sisa biaya
hak penambangan hutan yang masih belum diamortisasikan yaitu
sebesar (Rp.800 juta – Rp. 560 juta) = Rp.240 juta
Maka sisa biaya tersebut diamrtisasikan lagi di tahun kelima sebesar 20%
x Rp.800 juta = Rp. 160 juta dan tahun keenam sebesar sisanya,
Rp.80 juta
20