Anda di halaman 1dari 36

Aborsi Dan Aspek Medikolegal

Dr.dr.Rajuddin,SpOG,.KFER
DEFINISI ABORTUS :
• HUKUM :
KELUARNYA BAYI DARI RAHIM
IBUNYA SEBELUM SAATNYA
DILAHIRKAN (0 - 9 BULAN)
• MEDIS :
JANIN YANG BELUM LAIK HIDUP
DI LUAR RAHIM IBU
(< 20 MINGGU ATAU
< 1000 GRAM)
Abortus
• SPONTAN : (10 - 15 %) KEHAMILAN
NORMAL

• PROVOCATUS (DISENGAJA)
ABORTUS PROVOCATUS
• MEDISINALIS (ATAS INDIKASI
MEDIS IBU DAN ATAU JANIN)
– DISEBUT : TERMINASI KEHAMILAN
– JANIN : BISA HIDUP / BISA MATI
• KRIMINALIS (TAK ADA INDIKASI
MEDIS)
– ALASAN PSIKOLOGIS (PERKOSAAN,
INCEST)
– ALASAN SOSIOLOGIS DLL
BATASAN USIA JANIN -
KELAIKHIDUPAN : (WHO)
• 1. ABORTUS : < 20 MINGGU
ATAU < 1000 GRAM
2. IMATUR : 20 - 28 MINGGU
ATAU 1000 - 2500 GRAM
3. PREMATUR : 28 - 32 MINGGU
(2500 - 3500 GRAM)
4. MATUR : 40-42 MINGGU
5. POSTMATUR : > 42 MINGGU
Hukum Positif
• SEMUA ABORSI ADALAH ILEGAL
(KUHP) : LEX GENERALIS
– ps. 346 : ancaman bagi si ibu-PELAKU
 Ps 347 : ancaman bagi penggugur (awam)
tanpa ijin ibu
 Ps 348 : ancaman bagi penggugur (awam)
dengan ijin ibu
 Ps 349 : ancaman bagi penggugur tenaga
kesehatan dengan atau tanpa ijin ibu (DR
+ 1/3 SANKSI)
Hukum Positif
 Ps 299 : ancaman bagi pemberitahu atau
pemberi harapan
 Ps 535 : ancaman bagi promotor
• KECUALI : ATAS INDIKASI MEDIS
(PS. 15 UU NO. 23/92) : LEX
SPESIALIS
• atas indikasi ibu : keselamatan jiwa +/-
• atas indikasi janin : keselamatan janin
Pelaku Aborsi
• Ibu kandung (penggugur langsung +
korban) : sanksi < = 4 thn
• Orang awam penggugur langsung - ijin
korban : < = 12 thn (hidup)/ < = 15 thn
(mati)
• Orang awam penggugur langsung + ijin
korban : < = 7 tahun (hidup)/ < = 9 thn
(mati)
Pelaku Aborsi
• Nakes (DR/SpOG, bidan, tukang obat) :
idem + 1/3 maks & cabut SIP
• Penggugur tdk langsung (awam) : calo,
pemilik klinik dll : < = 4 thn atau denda
3000 rph; (nakes) : + 1/3nya & cabut SIP
• Promotor : kurungan < = 3 bln atau denda
< = 300 rp
• Semua : penjara < = 15 thn + denda < = 500
juta
PASAL-PASAL
TENTANG
ABORSI
DALAM 2 (dua) UU Baru

1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
UU 36/2009 ttg Kesehatan
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia
dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik
berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tida
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
UU 36/2009 ttg Kesehatan

Lanjutan Pasal 75

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya


dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau
penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan
medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
UU 36/2009 ttg Kesehatan
Penjelasan Pasal 75:

Ayat (1) Cukup jelas.


Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “konselor” dalam ketentuan ini adalah
setiap orang yang telah memiliki sertifikat sebagai konselor
melalui pendidikan dan pelatihan. Yang dapat menjadi
konselor adalah dokter, psikolog, tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan setiap orangyang mempunyai minat dan memiliki
keterampilan untuk itu.
Ayat (4) Cukup jelas.
UU 36/2009 ttg Kesehatan

Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari
hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan
medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri.

• Penjelasan : Cukup jelas.


UU 36/2009 ttg Kesehatan

Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah
perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
jawab serta bertentangan dengan norma agama
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
UU 36/2009 ttg Kesehatan
Penjelasan Pasal 77:

Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak


bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan
paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang
bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang tidak profesional, tanpa mengikuti
standar profesi dan pelayanan yang berlaku,
diskriminatif, atau lebih mengutamakan imbalan
materi dari pada indikasi medis.
UU 36/2009 ttg Kesehatan

Pasal 194
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi
tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
UU 52/2009 ttg PKdPK

Pasal 21 ayat (3)


(3) Kebijakan keluarga berencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengandung pengertian bahwa dengan
alasan apapun promosi aborsi sebagai
pengaturan kehamilan dilarang.
Konsekuensi pasal 15 (UU
Kes lama):
• Hrs ada PP “TMT” lbh dulu
• aborsi = TMT = “tindakan medis ttt”
• limitatif a.i. medik (bukan i. sosial)
• aborsi = dpt terminasi kehamilan
• pertimbangan > = 2 dokter / ahli
lainnya
• di klinik resmi/berijin
• informed consent
Alasan Aborsi
• Gawat Darurat (penyelamatan jiwa)
• Sejarah
• Kejiwaan
• Sosial
• Eksistensi
Sanksi Aborsi
• Etis
• Hukum
• Administratif
• Sosial
Sanksi Etis :
• MKEK IDI
– Teguran lisan
– Penasehatan
– Pengucilan dari kelompok
– Teguran tertulis/peringatan
– Penyekolahan kembali (reschooling)
– Usulan pencabutan ijin praktek
(Permenkes 512/2007)
Sanksi Hukum :
• Pengadilan Negeri/Tinggi/MA
– pidana penjara : + 1/3nya (karena
profesional) : s/d 12 - 15 tahun
– penjara s/d 15 th + pidana denda (s/d Rp.
500 juta) : ps. 80 UU Kesehatan
– perdata : bila si ibu/keluarga merasa
dirugikan
Sanksi Administratif
• MDTK/Depkes
– penundaan perpanjangan ijin praktek
– pencabutan ijin praktek (oleh Depkes)
– pemindahan tempat kerja
Sanksi Sosial
• Masyarakat

– pemberitaan pers
– pemboikotan
– penyebarluasan aib
– pemerasan (oleh oknum)
– kerja bakti/sosial : sabbatical life
– dll
PEMBUKTIAN (KUMULATIF)
• Pengakuan penggugur langsung/tidak.
• Pengakuan perempuan pelaku/korban.
• Janin/orok yg msh hidup dlm
kandungannya
• Sebab kematian janin “bukan akibat
penyakit”/abortus spontan
• Janin = anak kandung perempuan
penggugur.
• Janin dikeluarkan/dihentikan
kehamilannya oleh pelaku secara paksa
(sengaja)
• Saksi mata yg memperkuat.
BUKTI janin (Forensik)
• Janin/orok bukan IUFD, namun
belum bernafas.
• Usia janin = usia kehamilan ibu
• Sebab kematian janin : trauma
fisik/kimiawi, keracunan.
• Gol darah, DNA janin ada unsur gen
dari ibu-penggugur.
• intervensi ketuban/plasenta + partus
buatan : zat & alat sesuai (kehamilan
trimester terakhir).
BUKTI ibu (Forensik)
• Tanda pernah hamil/melahirkan ibu
(tersangka)
• Tanda trauma fisik ibu.
• Kadar obat penggugur darah ibu.
• Gol. Darah & DNA ibu cocok.
• alat pengguguran di tubuh
(kehamilan trimester terakhir).
KESULITAN BUKTI (Forensik)
• Pencampuran > 1 janin dlm 1
tempat yg sama
• DD/ Blighted ovum
• Sulit memilah (DD/) abortus
spontan dgn abortus imminens
disengaja
ETIKA DEONTOLOGIS
• SEMUA ABORSI ADALAH MELANGGAR
SUMPAH DOKTER
“saya akan menghormati setiap hak hidup
insani mulai dari saat pembuahan”

• SEMUA ABORSI ADALAH MELANGGAR


KODE ETIK KEDOKTERAN
(PS. 10 KODEKI-IDI)
“setiap dokter senantiasa mengingat
kewajibannya menghormati kehidupan
manusia sejak saat pembuahan”
ETIKA TELEOLOGIS
• Pengalaman Empirik
“ibu hamil yg sakit/kondisi tertentu
akan mati bila kehamilannya
diteruskan”
• SEMUA IBU HAMIL tersebut yg
darurat (bahaya fisik &/ jiwa) setelah
dilakukan terminasi
kehamilan/ABORSI akan selamat
• dokter wajib menolong ibu yg
demikian dengan terminasi
kehamilannya
ETIKA TELEOLOGIS
• Pengalaman empirik :
• janin cacat berat dpt terdeteksi pra-
lahir yg takkan hidup berkualitas sbg
manusia kelak
• penghentian kelanjutan hidup janin
(terminasi kehamilan ibu) pasti
meringankan beban/jiwa orangtua tsb
• dokter sebaiknya melakukan aborsi
bayi tsb
Penanggulangan Aborsi
(legal)
• PP TMT segera dibentuk
• Sementara blm : Hak diskresi Menkes/Kadinkes
setempat menjabarkan TMT dgn catatan :
– Dilema etis : Dewan Sensor Aborsi (cegah
medikalisasi berlebihan/White C. Crime
profesional medis)
– Etika Sosial : Tarif murah/gratis.
– Dokter pelaksana terpisah & diberi kebebasan
memilih/menolak setiap saat.
RX Masy & Proses Hukum (Pro
choice)
• Legalisasi aborsi dgn kriteria ketat
• Bentuk  pusat pelayanan aborsi bermutu,
hanya oleh pemerintah, tarif murah, terkendali
(bebas calo), tidak eksploitatif dan tidak
viktimisasi ganda.
• Pemberdayaan perempuan
• Pemanfaatan teknologi reproduksi
• Cegah monopoli teknologi reproduksi
• Sanksi tegas & kriminalisasi bagi pelanggar
Nilai - Norma
Nilai
• tidak konkrit (bukan fakta observasional empiris)
• subyektif
– (dasar/motivasi keinginan, cita-cita, harapan dan pertimbangan
internal/batiniah manusia secara sadar/nirsadar ketika bersikap-
tindak-perilaku).

Norma
• Konkrit
• Obyektivasi nilai
JENIS NORMA
• Etika (dalam arti sempit)
– tujuan kebaikan hidup pribadi atau
kebersihan/kemurnian hati nurani/akhlaki (kaidah intra-
pribadi).
• Hukum
– tujuan kedamaian hidup bersama (kaidah antar-pribadi).
• Kesopanan
– tujuan kesedapan atau keelokan hidup bersama (kaidah
antar-pribadi).
• Agama/kepercayaan
– tujuan kesucian aklhak & keselamatan dunia & akhirat
(kaidah intra-pribadi)

Anda mungkin juga menyukai

  • PRETES VER (Cut Riska Noviza)
    PRETES VER (Cut Riska Noviza)
    Dokumen3 halaman
    PRETES VER (Cut Riska Noviza)
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Panduan Blok 3.6
    Panduan Blok 3.6
    Dokumen34 halaman
    Panduan Blok 3.6
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Gerakan Manajemen
    Gerakan Manajemen
    Dokumen21 halaman
    Gerakan Manajemen
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • MENOPAUSE_GEJALA
    MENOPAUSE_GEJALA
    Dokumen96 halaman
    MENOPAUSE_GEJALA
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Modul 4
    Modul 4
    Dokumen14 halaman
    Modul 4
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • T1 2
    T1 2
    Dokumen2 halaman
    T1 2
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Visum Dini
    Visum Dini
    Dokumen2 halaman
    Visum Dini
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • PRETES VER (Cut Riska Noviza)
    PRETES VER (Cut Riska Noviza)
    Dokumen3 halaman
    PRETES VER (Cut Riska Noviza)
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • IDENTIFIKASI FORENSIK Baru
    IDENTIFIKASI FORENSIK Baru
    Dokumen51 halaman
    IDENTIFIKASI FORENSIK Baru
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • LAPKAS
    LAPKAS
    Dokumen24 halaman
    LAPKAS
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Aspek Forensik Asfiksia
    Aspek Forensik Asfiksia
    Dokumen18 halaman
    Aspek Forensik Asfiksia
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • LAPKAS
    LAPKAS
    Dokumen24 halaman
    LAPKAS
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • TANDA ASFIKSIA
    TANDA ASFIKSIA
    Dokumen16 halaman
    TANDA ASFIKSIA
    Amira
    Belum ada peringkat
  • Plant Survey
    Plant Survey
    Dokumen5 halaman
    Plant Survey
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Follow Up Lapkas
    Follow Up Lapkas
    Dokumen3 halaman
    Follow Up Lapkas
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Sampul Lapkas
    Sampul Lapkas
    Dokumen3 halaman
    Sampul Lapkas
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Blok 1.1
    Blok 1.1
    Dokumen2 halaman
    Blok 1.1
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen2 halaman
    Abstrak
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • File PDF
    File PDF
    Dokumen63 halaman
    File PDF
    fianisa jauhari
    Belum ada peringkat
  • LAPKAS
    LAPKAS
    Dokumen24 halaman
    LAPKAS
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Surat Cintaq
    Surat Cintaq
    Dokumen1 halaman
    Surat Cintaq
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen2 halaman
    Abstrak
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Plant Survey
    Plant Survey
    Dokumen5 halaman
    Plant Survey
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Ini Din
    Ini Din
    Dokumen41 halaman
    Ini Din
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Apakah Perlu Evaluasi JKN - Terbaru PDF
    Apakah Perlu Evaluasi JKN - Terbaru PDF
    Dokumen73 halaman
    Apakah Perlu Evaluasi JKN - Terbaru PDF
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Praktikum Poace
    Praktikum Poace
    Dokumen20 halaman
    Praktikum Poace
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Plant Survey
    Plant Survey
    Dokumen5 halaman
    Plant Survey
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Modul 4
    Modul 4
    Dokumen4 halaman
    Modul 4
    Afrina Fazira
    Belum ada peringkat
  • INFERTILISASI
    INFERTILISASI
    Dokumen8 halaman
    INFERTILISASI
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat
  • Bab I Plant Survey
    Bab I Plant Survey
    Dokumen6 halaman
    Bab I Plant Survey
    Cut Riska Noviza
    Belum ada peringkat