adalah sebuah deklarasi Milenium hasil dari kesepakatan kepala Negara dari sebanyak 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000. Program Millennium Development Goals (MDGs) memberantas kelaparan dan kemiskinan yang ekstrim memperoleh pendidikan dasar mempromosikan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan mengurangi jumlah kematian anak meningkatkan kesehatan maternal (kesehatan ibu) memerangi infeksi hiv/aids, malaria dan penyakit menular lainnya menjamin kelangsungan lingkungan hidup mengembangkan kerjasama global untuk pembangunan Tiga program yang berkaitan dengan bidang kesehatan. 1. Menurunkan Angka Kematian Anak
Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan
oleh MDGs yaitu, Angka Kematian Balita (AKBA) menurun dari 97/1000 kelahiran hidup pada tahun 1989 menjadi 46/1000 kelahiran hidup pada tahun 2000; Angka Kematian Bayi (AKB) menurun dari 68/1000 kelahiran menjadi 35/1000 kelahiran hidup pada tahun 1999 sedangkan MDGs menargetkan angka kematian bayi dan balita 65/1000 kelahiran hidup. Indonesia sedang mencanangkan Program Nasional Anak Indonesia yang menjadikan isu kematian bayi dan balita sebagai salah satu bagian terpenting. Program tersebut merupakan bagian dari Visi Anak Indonesia 2015, sebuah gerakan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat, mulai dari pemerintah, sektor swasta hingga akademisi dan masyarakat sipil. Secara bersama-sama, kelompok ini berusaha meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejaheraan bayi dan balita. Selain mempromosikan hidup sehat untuk anak dan peningkatan akses serta kualitas terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, bagian dari target MDGs keempat adalah untuk meningkatkan proporsi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku di masyarakat untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan, terutama untuk anak dan balita. 2.Meningkatkan Kesehatan Ibu Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menurun dari 390 (SDKI 1994) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Penurunan ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya persalinan oleh tenaga kesehatan dari 46,13 persen menjadi 72,4 persen. Meskipun diperkirakan AKI saat ini lebih rendah lagi, untuk dapat mencapai tujuan MDGs, perlu upaya yang lebih keras lagi. Pencapaian target MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup akan dapat terwujud hanya jika dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Kematian ibu dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan kesehatan selama kehamilan dan persalinan.
Penyebab utama kematian Ibu adalah
perdarahan, infeksi, eklampsi, partus lama dan komplikasi abortus. 3. Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya Untuk target MDGs yang terkait dengan penyakit HIV/AIDS, TB, dan malaria. Jumlah kasus HIV yang masuk perawatan mengalami peningkatan, tahun 2010 sebanyak 15.275 orang. Sedangkan jumlah kasus AIDS pada tahun 2010 sebanyak 4.158 orang. Angka penemuan kasus TB (CDR) dan angka keberhasilan TB (SR) tahun 2009 sudah melampaui target MDGs tahun 2015. Sementara angka kesakitan malaria yang diukur dengan angka API (Annual Parasite Incidence) menunjukkan penurunan pada periode 5 tahun s/d 2010 menjadi angka 1,58. Angka ini telah mendekati target MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015. Komitmen Indonesia dalam Mencapai MDGs Bidang Kesehatan Indonesia mempunyai komitmen yang tinggi terhadap program MDGs di bidang kesehatan. Hal ini terlihat dari respon kementerian kesehatan yang langsung membuat kebijakan tambahan di bidang kesehatan. Melalui program Ditjen Bina Kesmas, Kementerian Kesehatan RI menambah lima tambahan sasaran utama MDGs. Lima tambahan sasaran utama MDGs
meningkatkan cakupan antenatal,
meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, meningkatkan cakupan neonatal, meningkatkan prevalensi kurang gizi pada balita, meningkatkan tingkat kunjungan penduduk miskin ke puskesmas. Komitmen tersebut mengerucut lewat sosialisasi ke masyarakat yang bersifat cukup masif. Media oleh pemerintah dijadikan agen sosialisasi penting pemaksimalan keberhasilan program.
Contohnya adalah iklan layanan masyarakat
tentang Jampersal (jaminan persalinan) gratis yang ditayangkan secara berulang di media televisi.
Tokoh masyarakat maupun artis juga dilibatkan
dalam program penyadaran pentingnya kesehatan. Posyandu (pusat pelayanan terpadu) dihidupkan kembali dan dijadikan tempat untuk media sosialisasi program MDGs. Komitmen terhadap posyandu tersebut dalam tafsir sosiologis pada dasarnya adalah keinginan dari pengambil kebijakan menjadikan posyandu sebagai pusat hubungan sosial, selain PKK dan arisan ibu-ibu.
Dengan semakin banyaknya pusat hubungan sosial
memudahkan sebuah kebijakan disosialisasikan dan kemungkinan untuk direalisasikan. Dalam tafsir sosiologis pusat hubungan sosial pada dasarnya adalah ruang dimana setiap individu bisa melakukan interaksi dengan memproduksi subjektifitas diri. Subjektifitas diri dipahami bahwa orang merasa untuk tidak sungkan atau ewuh pakewuh saat berinteraksi dengan orang lain. Ketika sebuah ruang (sebagai contoh posyandu) sudah dalam pemahaman membangkitkan relasi subjektif individu, bisa dipahami jika identifikasi kelompok sosial sebenarnya sudah cukup kuat. Implikasinya adalah komitmen kelompok menjadi bagian penting saat mereka membangun relasi sosial. Sehingga apapun kebijakan bersama akan lebih mudah dilakukan. Saat posyandu yang nota bene adalah ruang sosialisasi kesehatan bisa mengerucut menjadi pusat hubungan sosial, pada saat tersebut sejatinya program kesehatan bisa dilakukan dengan baik. Komitmen lain dari pemerintah adalah pada tahun 2011, kementerian kesehatan telah menetapkan kebijakan bahwa semua persalianan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan memulai program jampersal (jaminan persalinan), yaitu : suatu paket yang mencakup pelayanan antenatal, persalinan, posnatal dan kelarga berencana. Dalam bidang strategi pengendalian HIV/AIDs yang dilakukan oleh pemerintah adalah penguatan Pokja AIDS sektor kesehatan, penguatan kapasitas manajemen dan teknis program di semua tingkatan, sistem informasi dan surveilans, pengembangan kolaborasi TB-HIV, penguatan sistem distribusi logistik, penerapan PITC (Provider Initiative Testing and Counseling), dan pengembangan fasilitas layanan konseling, diagnostik dan pengobatan. Namun perkembangan penyakit HIV/AIDS dan malaria yang cukup mengkhawatirkan masih merupakan persoalan serius dan perlu mendapat penanganan khusus. Untuk itu, dibutuhkan partisipasi semua kalangan untuk mewujudkan Indonesia sehat dengan mengoptimalkan pelaksanaan program MDGs 2015. Daftar Pustaka
1. Ariyanto. Posisi pencapaian MDG'S di Indonesia. [online]
[Accessed Nov 06th, 2015]. Available from: http://kespel.depkes.go.id/simkespel/news/news_public/detail/37 2. Ivana ST. Pembangunan Kesehatan di Indonesia dalam Mencapai MDGs. . [online] [Accessed Nov 06th, 2015]. Available from: https://greeneconomya101f.wordpress.com/2014/09/24/pembanguna n-kesehatan-di-indonesia-dalam-mencapai-mdgs/ 3. Hayat M. Perspektif kritis MDGs Bidang kesehatan. [online] [Accessed Nov 06th, 2015]. Available from: http://www.yis.or.id/?section=detailartikel&mslink=116