PERGAULAN KELOMPOK 2 Pengertian Korupsi Korupsi berasal dari kata latin Corrumpere, Corruptio, atau Corruptus. Arti harfiah dari kata tersebut adalah penyimpangan dari kesucian (Profanity), tindakan tak bermoral, kebejatan, kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran atau kecurangan. Dengan demikian korupsi memiliki konotasi adanya tindakan-tindakan hina, fitnah atau hal-hal buruk lainnya. Bahasa Eropa Barat kemudian mengadopsi kata ini dengan sedikit modifikasi; Inggris : Corrupt, Corruption; Perancis : Corruption; Belanda : Korruptie. Dan akhirnya dari bahasa Belanda terdapat penyesuaian ke istilah Indonesia menjadi : Korupsi Sejarah Korupsi di Indonesia
Secara garis besar, budaya korupsi di Indonesia
tumbuh dan berkembang melalui 3 (tiga) fase sejarah, yakni ; zaman kerajaan, zaman penjajahan hingga zaman modern seperti sekarang ini. Fase Zaman Kerajaan Budaya korupsi di Indonesia pada prinsipnya, dilatar belakangi oleh adanya kepentingan atau motif kekuasaan dan kekayaan. terutama pada zaman kerajaan-kerajaan kuno, seperti kerajaan Mataram, Majapahit, Singosari, Demak, Banten dll, mengajarkan kepada kita bahwa konflik kekuasan yang disertai dengan motif untuk memperkaya diri (sebagian kecil karena wanita) Fase Zaman Penjajahan Pada zaman penjajahan, praktek korupsi telah mulai masuk dan meluas ke dalam sistem budaya sosial- politik bangsa. Budaya korupsi telah dibangun oleh para penjajah colonial (terutama oleh Belanda) selama 350 tahun. Budaya korupsi ini berkembang dikalangan tokoh-tokoh lokal yang sengaja dijadikan badut politik oleh penjajah untuk menjalankan daerah adiministratif tertentu, semisal demang (lurah), tumenggung (setingkat kabupaten atau provinsi), dan pejabat-pejabat lainnya yang notabene merupakan orang-orang suruhan penjajah Belanda untuk menjaga dan mengawasi daerah territorial tertentu. Fase Zaman Modern
Seperti yang telah diketahui, pada saat sekarang
ini banyak terdapat penyalahgunaan kekuasaan oleh para pejabat-pejabat yang ada di Indonesia hanya untuk kepentingan pribadi, keluarga ataupun kelompoknya tanpa memikirkan orang yang ada dibawahnya. Dampak Masif Korupsi • Kemiskinan kronis (chronic poverty) atau kemiskinan struktural yang bersifat terus menerus; • Kemiskinan sementara (transient poverty), yaitu kemiskinan yang indikasinya adalah menurunnya pendapatan (income) masyarakat untuk sementara waktu akibat perubahan yang terjadi, semisal terjadinya krisis moneter. Para partisipan program PCA mengidentifikasi empat risiko tinggi korupsi, yakni : 1. Ongkos finansial (financial cost) 2. Modal manusia (human capital) 3. Kehancuran moral (moral decay) 4. Hancurnya modal sosial (loss of social capital) Dampak Sosial dan kemiskinan masyarakat
Menurut Transparensy International, terdapat
pertalian erat antara jumlah korupsi dan jumlah kejahatan. Rasionalnya, ketika angka korupsi meningkat, maka angka kejahatan yang terjadi juga meningkat. Sebaliknya, ketika angka korupsi berhasil dikurangi, maka kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum (law enforcement) juga meningkat. Jadi bisa dikatakan, mengurangi korupsi dapat juga (secara tidak langsung) mengurangi kejahatan lain dalam masyarakat. Dampak terhadap Birokrasi Pemerintah
Negara kita sering disebut bureaucratic
polity. Birokrasi pemerintah merupakan sebuah kekuatan besar yang sangat berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, birokrasi pemerintah juga merupakan garda depan yang berhubungan dengan pelayanan umum kepada masyarakat. Namun di sisi lain, birokrasi sebagai pelaku roda pemerintahan merupakan kelompok yang rentan terhadap jerat korupsi. Dampak terhadap Demokrasi Pemerintahan korupsi mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku. Pada dasarnya, isu korupsi lebih sering bersifat personal. Namun, dalam manifestasinya yang lebih luas, dampak korupsi tidak saja bersifat personal, melainkan juga dapat mencoreng kredibilitas organisasi tempat si koruptor bekerja. Pada tataran tertentu, imbasnya dapat bersifat sosial. Korupsi yang berdampak sosial sering bersifat samar, dibandingkan dengan dampak korupsi terhadap organisasi yang lebih nyata. Dampak terhadap kerusakan lingkungan Korupsi yang merajalela di lingkungan pemerintah akan menurunkan kredibilitas pemerintah yang berkuasa. Ia meruntuhkan kepercayaan masyarakat terhadap berbagai tindakan pemerintah. Jika suatu pemerintah tidak lagi mampu memberi pelayanan terbaik bagi warganya, maka rasa hormat rakyat dengan sendirinya akan luntur. Jika pemerintahan justru memakmurkan praktik korupsi, maka lenyap pula unsur hormat dan trust (kepercayaan) masyarakat kepada pemerintahan. Karenanya, praktik korupsi yang kronis menimbulkan demoralisasi di kalangan masyarakat Gambaran umum tentang korupsi di Indonesia Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata. Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan “Operasi Tertib”yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberantasan Korupsi Mewujudkan keseriusan pemerintah dalam upaya memberantas korupsi, Telah di keluarkan berbagai kebijakan. Di awali dengan penetapan anti korupsi sedunia oleh PBB pada tanggal 9 Desember 2004, Presiden susilo Bangbang Budiyono telah mengeluarkan instruksi Presiden Nomor 5tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, yang menginstruksikan secara khusus Kepada Jalsa Agung Dan kapolri Peran Serta Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi Partisipasi dan dukungan dari masyarakat dalam mengawali upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut : • Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi. • Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan good governance. • Membangun kepercayaan masyarakat. • Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar. Peran serta mayarakat dalam upaya pemberantasan korupsi • Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak pidana korupsi • Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada penegak hukum • Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kpada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi • Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan kepada penegak hukum waktu paling lama 30 hari • Hak untuk memperoleh perlindungan hukum • Penghargaan pemerintah kepada mayarakat Upaya yang dapat ditempuh dalam pemberantasan korupsi 1. Upaya Pencegahan (Preventif) 2. Upaya Penindakan (kuratif) 3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa 4. Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pemberantasan Korupsi • Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-setengah. • Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasi yang cenderung terjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi struktur dan kultur. • Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas atau pengontrol. • Banyaknya celah yang dapat dimasuki tindakan korupsi pada sistem politik dan sistem administrasi negara Indonesia. • Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara • Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa, masyarakat, dan negara yang semakin canggih. • Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam menjalankan amanah yang diemban. Faktor Pendorong Terjadinya Korupsi di Indonesia • Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah • Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik yang normal. • Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar Nilai dan Prinsip Anti Korupsi • Kejujuran • Kepedulian • Kemandirian • Kedisiplinan • Tanggung jawab • Kerja Keras, • Sederhana, • Keberanian, dan • Keadilan. Peran dan keterlibatan Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi 1. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus. 2. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi. 3. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah. TERIMAKASIH