Kel 3
Difa Niditia
Purdana Wahyu H
Rizal Asrifin
Real Estate
• Pengertian Real Estate.
Menurut Larry E Wofford dan Terrence M. Clauretie dalam
Real Estate ( 19995 ) berpendapat bahwa “ Real Estate adalah
tanah dan segala sesuatunya, bangunan ataupun properti lainnva
yang melekat.
Sedangkan menurut Joseph W. Hierl ( 1964 ) dalam Hidayat (
1999 ) berpendapat bahwa “ Real Estate adalah perusahaan yang
usahanya menilai, membiayai, membangun rumah yang kemudian
dijual atau disewakan.
• Aktivitas pengembangan subsektor industri Real Estate adalah
kegiatan perolehan tanah untuk kemudian dibangun perumahan dan
atau bangunan komersial dan atau bangunan industri.
Aktivitas pengembangan ini mencakup perolehan kapling tanah
untuk dijual tanpa bangunan.
• Secara spesifik, aktivitas subsektor industri Real Estate lebih
mengarah pada kegiatan pengembangan perumahan konvensional
berikut sarana pendukung berupa fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Di sisi lain, aktivitas subsektor industri properti lebih mengarah pada
kegiatan pengembangan bangunan hunian vertikal (antara lain
apartemen, kondominium, rumah susun), bangunan komersial
(antara lain perkantoran, pusat perbelanjaan) dan bangunan
industri.
• Dari segi pendapatan, pendapatan subsektor industri Real Estate
diperoleh dari penjualan dan peningkatan harga tanah, sedangkan
pendapatan subsektor industri properti berasal dari penjualan,
penyewaan, pengenaan service charge, dan lain-lain.
Pihak-Pihak Yang terlibat dalam Real Estate
Developer
Kontraktor
Konsultan
Advokat
Manajemen Pembiayaan
Broker/pialang
Inverstor
Perbankan
Kelompok-kelompok Terkait
Banyak risiko yang mungkin timbul dalam aktivitas subsektor industri Real
Estate, di antaranya adalah:
• Risiko Keberadaan Tanah
Risiko atas keberadaan tanah yang dikembangkan dapat disebabkan oleh :
a. Kelangkaan tanah.
b. Ketergantungan pada kebijakan pemerintah dalam pengembangan
perumahan masyarakat.
• Risiko Gugatan hukum
• Peraturan Pihak Terkait
• Risiko berfluktuasinya nilai tukar rupiah
• Risiko Pemogokan atau kerusuhan (riot)
• Risiko leverage (leverage risk)
• Risiko tidak tertagihnya piutang (accounts receivable risk)
• Risiko Bencana Alam
Pedoman Laporan Keuangan Pada Perusahaan
Real Estate
Pada bulan Agustus 2002 "PT. Mitra Griya Makmur" menjual bangunan
rumah tinggal type 45/105 sebanyak 10 unit dengan harga @Rp.
129.500.000,- = Rp 1.295.000.000,-. Uang muka dari penjualan rumah
tinggal tersebut dikenakan sebesar 30% dan harga jualnya, sedangkan
sisanya akan dibayar secara cicilan selama 15 kali pada setiap bulan.
Biaya hunga yang dikenakan adalah sebesar 22% (fixed) per tahun,
sedangkan besarnya cicilan tiap bulan adalah @Rp. 6.967.215,- x 10 =
Rp 69.672.150,-.Harga pokok tanah dan bangunan tersebut adalah
@Rp. 62.500.000,- x 10 = Rp 625.000.000,-
Perhitungan “Metode Penjualan cicilan”
Kas Rp388.500.000
Piutang usaha cicilan Rp906.500.000
Penjualan cicilan Rp1.295.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp625.000.000
Persediaan Rp625.000.000
Penjualan Cicilan Rp1.295.000.000
Harga pokok penjualan Rp625.000.000
Laba kotor yang belum di realisasi Rp670.000.000
Jurnal Pada Saat Pembayaran Cicilan
Kas Rp69.672.150
Piutang usaha cicilan Rp53.052.990
Laba kotor yang direalisasi Rp16.619.160