Anda di halaman 1dari 18

PENGUKURAN SIPAT DATAR MEMANJANG

(Differential Levelling)

• Pengukuran Sipat Datar Memanjang akan digunakan


apabila jarak antara dua stasion yang akan ditentukan
beda tingginya jaraknya sangat berjauhan

A R
± 2,5 km

5/9/2018 Rinaldy 1
PENGUKURAN SIPAT DATAR MEMANJANG
(Differential Levelling)
• Jarak antara ke dua stasion dibagi menjadi jarak-jarak
pendek yang disebut seksi (seksi AB, seksi BC, seksi
CD, seksi DE, ……..dst
A B C E R
D
± 2,5 km

• Seksi-seksi tersebut dibagi lagi menjadi slag-slag, jumlah


slag dalam setiap seksinya harus genap.

A Slag 1 1 Slag 2 2 Slag 3 3 Slag 4 B


Seksi AB

5/9/2018 Rinaldy 2
PENGUKURAN SIPAT DATAR MEMANJANG
(Differential Levelling)

Pengukuran Beda Tinggi


• Pengukuran beda tinggi dalam satu slag dilakukan dengan dua kali
berdiri alat (double stand)
• Toleransi bacaan benang tengah (BT) : 2 BT – (BA+BB) ≤ ± 0,002 mtr
• Toleransi beda tinggi 1 slag : ( ΔhI – ΔhII ) ≤ ± 0,002 mtr
• Toleransi Kesalahan Penutup Beda Tinggi (KPB) : ≤ ±(8√DKm) mm

BTb II BTm
BAb
BAm
BTb I
BTm
BBb
BBm
A
hA1

1
5/9/2018 Rinaldy 3
Contoh cara baca rambu ukur :

Jarak optis : do = (BA-BB) x 100


= (1,495 – 1,436)m x 100
= 5,9 meter
15
Toleransi bacaan: 2 BT – (BA+BB) ≤ 0,002 mtr
BA = 1,495
Contoh :
2 BT – (BA+BB) =
(2,930 – 2,931)mtr = - 0,001 mtr
BT = 1,465

BA = 1,436

14

5/9/2018 Rinaldy 4
PENGUKURAN SIPAT DATAR MEMANJANG
(Differential Levelling)
Geometrik Pengukuran 1 Slag

BTb II BTm

BAb
BAm
I
BTb
BTm
BBb
BBm

A hA1

HA

db dm
Bidang referensi tinggi MSL

5/9/2018 Rinaldy 5
Data Pengukuran 1 Slag :
Stand I
BTb = bacaan benang tengah pada rambu belakang
BBb = bacaan benang bawah pada rambu belakang
BAb = bacaan benang atas pada rambu belakang
BTm = bacaan benang tengah pada rambu muka
BBm = bacaan benang bawah pada rambu muka
BAm = bacaan benang atas pada rambu muka
Stand II
BTb = bacaan benang tengah pada rambu belakang
BTm = bacaan benang tengah pada rambu muka

5/9/2018 Rinaldy 6
Hitungan Beda Tinggi dan Jarak :

Beda tinggi dari A ke B : :


Stand I : hA1 = BTb – BTm
ΔhA1 = (ΔhA1 + ΔhA1 ) / 2
Stand II : hA1 = BTb – BTm

Jarak Belakang (db) dan Muka (dm) :


Jarak mendatar dari rambu A ke alat : db = (BAb - BBb ) x 100
Jarak mendatar dari rambu B ke alat : dm = (BAm - BBm ) x 100
Tinggi titik A di atas bidang referensi tinggi : HA (diketahui)

5/9/2018 Rinaldy 7
CONTOH PENGUKURAN SIPAT DATAR MEMANJANG

Misalkan titik A dan B akan ditentukan beda tingginya. Jarak antara


A dan B ± 0,4 km. Dengan sipat datar memanjang jarak A dan B
dibagi dalam slag-slag. Jarak setiap slagnya ± 100 m.
Kemudian setiap slag diukur beda tingginya dengan perpindahan
rambu dengan cara lompat (selang-seling). Jumlah beda tinggi
setiap slag dari A ke B akan memberikan beda tinggi seksi A ke B
I
II

I II I

3
A 2
1

5/9/2018 Rinaldy 8
PROSEDUR PENGUKURAN :
1. Lakukan pengamatan kemiringan garis bidik pergi
2. Tegakkan rambu I di titik A dan rambu II di titik 1 dan alat ukur ditempatkan
diantaranya (slag-1). Pertama sekali baca rambu I (belakang) kemudian
rambu II (muka). Pengukuran setiap slag dilakukan dua kali berdiri alat
(double stand), untuk bacaan ke rambu stand 1 lengkap (BT,BA,BB),
sedangkan untuk stand 2 cukup bacaan benang tengah saja (BT)
3. Pindahkan rambu I ke titik 2. Alat ukur pindahkan dan tempatkan diantara
titik 1 dan titik 2 (slag-2). Baca kerambu II (belakang) dan kemudian
kerambu I (muka). Lakukan pengukuran seperti pada slag-1
4. Lakukan langkah 2 & 3 sampai slag terakhir rambu di titik B
5. Lakukan pengukuran Pergi & Pulang

5/9/2018 Rinaldy 9
BTm BTb BTm
BTb
BTb BTm BT BTm
b B

3
A 2
1

bila tinggi titik A adalah HA (diketahui)


beda tinggi ditentukan (melalui
maka tinggi titik 1, 2, 3 dan 4 dapat
selisih bacaan benang tengah) : dihitung dari :
- dari A ke 1 : ΔhA1 H1 = HA + ΔhA1
- dari 1 ke 2 : Δh12 H2 = H1 + Δh12
- dari 2 ke 3 : Δh23 H3 = H2 + Δh23
- dari 3 ke B : Δh3B HB = H3 + Δh3B

5/9/2018 Rinaldy 10
Hitungan tinggi titik :
1 2 3
A

hA1 h12 h23


d A1 d12 d 23

Diketahui tinggi titik A : HA


Beda tinggi : ΔhA1, Δh12, Δh23
Jarak : dA1, d12, d23
Ditanya : tinggi titik 1,2,3
Hitungan :
H1 = HA + ΔhA1
H2 = H1 + Δh12
H3 = H2 + Δh23

5/9/2018 Rinaldy 11
2 1 A
3

Diketahui : tinggi titik A = HA


: beda tinggi = Δh1A, Δh21, Δh32
: jarak = d12, d23, d3A
Ditanya : tinggi titik 1,2,3
Hitungan : H1 = HA + ΔhA1 =HA – Δh1A
H2 = H1 + Δh12 = H1 – Δh21
H3 = H2 + Δh23 = H2 – Δh32

5/9/2018 Rinaldy 12
A 1 2 3

h A1 h2 1 h23
d A1 d 21 d 23
Diketahui
Tinggi titik A : HA
beda tinggi : ΔhA1, Δh21, Δh23
jarak : dA1, d21, d23
Ditanya
Tinggi titik 1,2,3
Hitungan
H1 = HA + ΔhA1 = HA + ΔhA1
H2 = H1 + Δh12 = H1 - Δh21
H3 = H2 + Δh23 = H2 + Δh23

5/9/2018 Rinaldy 13
A 1 2 B

h A1 h12 h2 B
d A1 d 12 d2B

Diketahui : tinggi titik A = HA


tinggi titik B = HB
Beda tinggi = ΔhA1, Δh12, Δh2B
Jarak = dA1, d12, d2B
Ditanya : Tinggi titik H1,H2,HB

5/9/2018 Rinaldy 14
Hitungan
Kesalahan Penutup Beda Tinggi (KPB)
KPB = (hA1+ h12 + h2B ) – (HB - HA )
Koreksi beda tinggi (Vi )
 d A1 
v A1    x KPB 
  d AB 

 d12 
v 12    x KPB 
  d AB 

 d 2B 
v 2B    x KPB 
  d AB

5/9/2018 Rinaldy 15
Beda tinggi definitif

hA1  hA1  v A1

h 2 B  h2 B  v2 B

h12  h12  v12
Kontrol hitungan

_ _ _
(h A1  h12  h 2 B ) - (H B  H A )  0

Tinggi titik
H1  H A  hA1
H 2  H1  h12
H B  H 2  h2 B

5/9/2018 Rinaldy 16
Soal : (1)
Diketahui tinggi titik A = 700,000 meter
Data pengukuran beda tinggi
Pembacaan rambu Ukur
Belakang Muka
No. BT BA BT BA
Titik BB BB
A 1,183 1,308
1,058
1 1,426 1,552 1,521 1,645
1,320 1,395
2 1,538 1,660 1,320 1,448
1,415 1,193
3 1,499 1,624 1,070 1,195
1,374 0,945
B 1,200 1,325
1,075

Hitung
5/9/2018 Tinggi Titik B (HB) ? Rinaldy 17
Soal : (2)
Hitung : Tinggi titik 1, 2, 3 dan B !
Diketahui tinggi titik A : HA = 700,000 meter
B : HB = 700,525 meter
Data pengukuran beda tinggi :
Pembacaan rambu Ukur
Belakang Muka
No. BT BA BT BA
Titik BB BB
A 1,183 1,308
1,058
1 1,426 1,552 1,521 1,645
1,320 1,395
2 1,538 1,660 1,320 1,448
1,415 1,193
3 1,499 1,624 1,070 1,195
1,374 0,945
B 1,200 1,325
1,075
5/9/2018 Rinaldy 18

Anda mungkin juga menyukai