PRESENTATION:
GENERAL ANESTHESIA
(TONSILEKTOMI)
Vicko Pratama / 00000002386
Penguji: dr. Irma, Sp.An
Identitas
◦ Nama: qurotul aini
◦ Jenis kelamin: perempuan
◦ Usia: 15 tahun
◦ Tanggal lahir: 21 November 2001
◦ Status: belum menikah
◦ Pekerjaan: siswi
◦ No. MR: RSUS. 00-77-xx-xx
Anamnesis
◦ Jenis anamnesis:
Autoanamnesis pada tanggal 25 augustus 2017
◦ Keluhan utama:
Perasaan mengganjal pada tenggorokan sejak 8
tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
2 tahun yang lalu
rasa mengganjal
rasa mengganjal dibawah ke
sejak 8 tahun yang
terus menerus alternatif dan di
lalu
congkel
tidak merasakan
sekitar 2 bulan yang
ada perbaikan, 6
lalu pasien mulai tidak merasa
bulan yang lalu
mengeluhkan sakit membaik,
kembali ke alternatif
menelan
dan di gunting
Riwayat alergi
• Alergi disangkal
• Asma disangkal
Riwayat penyakit
Riwayat kebiasaan
keluarga
◦ Makan 3x sehari nafsu makan ◦ Riwayat hypertrophy tonsil (-)
tidak menurun ◦ Riwayat keganasan (-)
◦ Rokok (-) ◦ Darah tinggi (-)
◦ Alkohol (-)
◦ Diabetes (-)
Pemeriksaan Fisik
◦ Keadaan umum: baik
◦ Kesadaran: compos mentis
◦ Tanda-tanda vital:
◦ Tekanan darah: 110/80 mmHg
◦ Nadi: 96x/menit
◦ Pernapasan: 18x/menit
◦ Suhu: 36,4oC
◦ Saturasi oksigen: 99%
◦ Berat badan: 44 kg
◦ Tinggi badan: 148 cm
Kulit Normal, sianotik (-), ikterik (-), edema (-), elastisitas dan turgor normal
Kepala Rambut Rambut tersebar merata, hitam, kuat, tebal, tidak mudah
dan wajah rontok, kering
Kulit Kulit normal, lesi (-), rash (-), scar (-), massa (-), deformitas (-),
sianotik (-), ikterik (-), edema (-)
Mata Konjungtiva anemis (-/-), ptosis (-), sclera ikterik (-), scar (-), mata cekung
(-/-)
Hidung Bentuk dan ukuran normal, deviasi (-), septum nasal normal berada di
tengan, pendarahan (-), lendir (-), deformitas (-)
Telinga Bentuk dan ukuran normal, simetris, pus (-), perdarahan (-), perbesaran
KGB auricular (-), deformitas (-), rongga telinga normal, terdapat
serumen, nyeri tekan (-)
Gigi dan Bibir simetris, pucat, lembab. Gigi utuh, agak kuning. Mukosa mulut
mulut normal, ulkus (-), nodul (-). Lidah pink, normal, bersih, gerakan normal,
deviasi (-), atrofi (-), tampak tonsil hypertrophy T3/T3 dengan permukan
berbenjol-benjol, hiperemis (-), pus (-). celah langit-langit (-). Faring
hiperemis (-), uvula intak di tengah. Mallampati score I, jarak thyromental
> 3, buka mulut >3 jari.
Leher Perbesaran KGB (-), perbesaran kelenjar tiroid (-), deviasi trakea (-)
Thorax
Paru Inspeksi Gerakan dada simetris, tidak ada yang tertinggal. Barrel
chest (-), Petus excavatum (-) carinatum (-), massa (-), lesi
(-), rash (-), scar (-), retraksi interkostal (-), retraksi
supraclavicular (-)
Palpasi Tactile fremitus simetris di kedua lapang paru
Ekstremitas Akral hangat, simetris, tremor (-), pucat (-), sianotik (-), ikterik (-),
petechiae (-), deformitas (-), edema (-), CRT normal (<2 detik)
Pemeriksaan Penunjang
21/08/17 Unit Kontrol
Hb 13.20 g/dL 13.20-17.30
Ht 39.00 % 40.00-52.00
◦ Tatalaksana:
◦ Definitif: tonsilektomi
◦ Persiapan operasi:
◦ NPO 6 jam
◦ IV cefotaxim 1 gram jam 14.00
◦ IVFD DS ¼ NS 500 ml/6 jam
◦ Rencana Anestesia :
◦ General anestesia
LAPORAN ANESTESI
Evaluasi Pre-Sedasi/Anestesi
Prosedur yang dilakukan: tonsilektomi
Umur: 15 tahun
Jenis Kelamin: wanita
Golongan darah: tidak tahu
Berat badan: 44 kg
Tinggi badan: 148 cm
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 120/80
Nadi: 97x/menit
Pernapasan: 21x/menit
Suhu: 36.2oC
Evaluasi Pre-Sedasi/Anestesi
Riwayat sedasi/anestesi/operasi:
Komplikasi sedasi/anestesi
sebelumnya:
Obat-obat yang
dikonsumsi:
Alergi:
◦ Puasa 6 jam
◦ Mallampati I
Sedasi/Anestesi
Oksigen 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9
(l/min)
Nitrogen 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75
Sevofluran 2 2 2 2 1.5 1 1
(gas)
Midazolam 2
(mg)
Fentanil 100
(mg)
Propofol 100
(mg)
Atracurium 20
(mg)
Asam 1000
traneksam
at (mg)
Ketorolac 30
(mg)
Ranitidin 50
(mg)
NS 0,9 % 100
Jam 14.30 14.35 14.40 14.45 14.50 14.55 15.00 15.05 15.10 15.15 15.20 15.25 15.30
Saturasi 99 % 100%
O2
Fi O2 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
End tidal 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Co2
EKG SR SR SR SR SR SR SR SR SR SR
Tekanan 139/8 105/5 80/58 107/7 81/56 92/61 94/60 105/7 90/59 103/6
darah 7 7 0 0 4
Napas 18 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Posisi : supine
Tidal volume : 425
Peek pressure : 27
Antibiotik profilaksis : cefotaxim 1 gram
Perawatan pasca Sedasi/Anestesi
◦ Batuk (-)
TINJAUAN PUSTAKA
tonsilektomi
◦ Indikasi :
◦ Serangan tonsilitis lebih dari 3x pertahun walaupun telah mendapatkan
terapi adekuat
◦ Tonsil hipertrofi yang menyebabkan maloklusi gigi dan gangguan
orofasial
◦ Sumbatan jalan nafas : OSA, gangguan menelan, gangguan
berbicara, dan cor pulmonale
◦ Rinistis dan Sinusitis yang kronis
◦ Nafas bau
◦ Tonsilitis berulang akibat infeksi group A streptococcus 𝛽 hemoliticus
◦ Hipertorfi tonsil curiga keganasan
◦ Otitis media efusa/ supuratif
General anesthesia
“Tindakan meniadakan
nyeri secara sentral disertai hypnosis
dengan hilangnya
kesadaran dan bersifat pulih
kembali (reversible). “
Relaksasi
analgesia
Otot
Stage of anesthesia
(guedel’s)
stage of
analgesia or
disorientation
stage of
stoppage od stage of
excitement or
respiration anestheisa
delirium
stage of
surgical
anasthesia
Stage 1
◦ Analgesia/disorientasi
◦ Pemberian zat anestesi hilangnya kesadaran
Stage 2
◦ Eksitasi/delirium
◦ Pernapasan yang irreguler
◦ Pupil melebar dengan refleks cahaya (+)
◦ Pergerakan bola mata tidak teratur
◦ Lakrimasi (+)
◦ Tonus otot meninggi
◦ Hilangnya refleks menelan
Stage 3
◦ Hilangnya pernapasan spontan, refleks kelopak
mata dan dapat digerakkannya kepala kekiri dan ke
kanan dengan mudah
• Dibagi 4 tingkat :
– Tingkat I : napas teratur , berhentinya gerakan bola mata
– Tingkat II : berhentinya gerakan bola mata, paralisis otot
interkostal ”stadium pembedahan”
– Tingkat III: paralisis otot interkostal, paralisis seluruh otot
interkostal
– Tingkat IV: paralisis semua otot interkostal, paralisis diafragma
Stage 4
◦ Terjadi apnea kegagalan sirkulasi meninggal
◦ Kedalaman anestesi yang berlebihan
Tahapan dalam melakukan
anesthesia
ANTIAUTONO
ANTIEMETIK
MIK
ANTASIDA
Process Of GA
1. Monitoring
◦ Pemasangan NIBP, Pulse Oxymetry, ECG, Fluids.
2. Preoxygenation
◦ Simple face mask/02 100% (3-5L per min)/ 3-8 min.
◦ Oksigen 100% : 2x minute volume
3. Induction
◦ Fase transisi dari bangun hingga pasien tidak sadarkan diri.
◦ Premedikasi: Sedatif, Analgesik (Midazolam, Fentanyl)
◦ Pemberian agen induktif Propofol
◦ Refleks bulu mata
◦ Pelemas otot Atracurium
4. Intubasi
◦ STATICS dan LEMON
◦ Triple Airway Maneuver.
◦ Laryngoscope Valecula
dorongan anterocaudal.
◦ Visualisasi epiglottis insertio
Endotraceal Tube.
◦ Masukan setinggi ukuran ETT x 3.
◦ Fiksasi ETT.
◦ Penyambungan ETT dengan
connector—circuit –ventilator.
◦ Perawatan mata googles,
ointment, taping.
5. Positioning of Patient.
7. Maintance of Anesthesia
◦ Sedasi
◦ Amnesia
◦ Analgesia
◦ Muscle relaxation
Kriteria Ekstubasi
8. Ekstubasi
1. Dapat bernapas sendiri
◦ Suction.
2. Dapat mengikuti perintah
◦ Hanya boleh dilakukan saat deep
3. Refleks pernafasan sudah
sedation/fully awake.
kembali
◦ Nafas spontan dan kuat. 4. RR >8 dan <30x/menit
◦ Tidak boleh dilakukan saat 5. Volume tidal > 5cc/kg
setengah sadar.
6. PaO2 > 65 – 70 mmHg in FiO2
<40%
9. Recovery & Post-operative 7. PaCO2 < 50 mmHg
Monitoring. 8. Hemodinamik stabil
◦ Pada pasien post tonsilektomi
harus diperhatikan terjadinya
pendarahan
General Anasthesia
Obat-Obat
General Anesthesia
Balanced
Anesthesia
Inhalasi + Intravena
Pada medula
spinalis :
Menekan Hilangnya
transmisi impuls transmisi nyeri
eksitatorik
Inhibisi reseptor
NMDA
Meningkatkan
kanal GABA CL-
ANASTESI INHALASI
• FI = Konsentrasi fraksi
yang meninggalkan
sirkuit
• FA = Konsentrasi fraksi
agen di paru
• Awalnya FA / FI = 0
◦ Faktor yang
mempengaruhi
konsentrasi alveolus:
• uptake
• Ventilasi
• Efek konsentrasi
ANASTESI INHALASI
◦ Uptake = λ x Q x (PA – PV)
◦ λB/G Tinggi= Kelarutan uptake cepat
◦ Q Tinggi = Aliran darah paru uptake cepat
◦ Perbedaan PA – PV besar uptake cepat
↑ uptake = ↓ FA = ↓INDUKSI
ANASTESI INHALASI
◦ Kelarutan
↑λB/G ↑ Ambilan ↓ Induksi
ANASTESI INHALASI
Aliran darah paru = Cardiac
Output
◦ Peningkatan dari CO ➡️
anasthetic uptake meningkat
➡️ peningkatan alveolar partial
pressure melambat ➡️ induksi
terhambat
◦ Hal ini tidak bisa diterapkan
pada anastesi yang insoluble
Minimal alveolar
concentration
◦ Konsentrasi alveolar
yang mencegah
gerakan pada 50%
pasien bila diberikan
rangsangan tertentu
(nyeri)
Anasthesia intravena
Benzodiazepine
◦ Sangat larut dalam lemak
Mudah masuk SSP Redistribusi ke
jaringan inaktif Terminasi efek
obat
◦ Digunakan untuk premediksasi,
sedasi, induksi dan antikonvulsif.
◦ Dimetabolisme di liver,
diekskresikan di ginjal.
◦ Flumazenil 8-15 mcg/kgBB IV bila
kesadaran tertunda
Anasthesia intravena
◦ Meningkatkan afinitas
ikatan GABA terhadap
reseptor GABAA
Hiperpolarisasi membran
saraf
◦ Nyeri 1% Lidocaine 2 mL
dalam propofol 18 mL
◦ Durasi cepat +/- 15 menit
◦ Onset cepat +/- 15 detik ,
efek hangover kurang
Analgesia
◦ Analgesia dan anestesia
◦ Aktivasi protein G
Menghambat neurotransmitter
eksitatorik dari neuron nosiseptif
di kornu posterior
◦ Larut dalam lemak Onset
kerja cepat dan durasi pendek
◦ Dimetabolisme di liver,
diekskresikan di ginjal dan
sistem bilier.
Agent Neuromuscular Blocker
Neuromuscular Blocking Agents
◦ Mengganggu fungsi reseptor Ach.
Pemberian reverse dibarengi dengan pemberian atropin 0.4-0.6 mg
Untuk mengurangi efek samping dari cholinesterase inhibitor
Obat yang digunakan pada
pasien
◦ Midazolam dosis anjuran induksi 0.01-0.1 mg/kgBB 0.44-4.4 mg
Dosis yang diberikan 2 mg
◦ Fentanyl dosis anjuran intraop 2-50 mcg/kgBB 88 – 2200 mcg
Dosis yang diberikan total 100 mcg
◦ Propofol dosis anjuran induksi 1-2.5 mg/kgBB 44 – 110 mg
Dosis yang diberikan 100 mg
◦ atracurium dosis anjuran intubasi 0.5 mg/kgBB 22 mg,
Dosis yang diberikan 20 mg
◦ Cefotaxim dosis anjuran profilaksis 1 x 1 g IV jam 12.00
◦ asam tranexamat dosis anjuran 10 mg/kg BB 440 , di iikuti dengan dosis 1 mg/kg/h
Dosis yang diberikan 1000 mg
◦ Ranitidine dosis anjuran 50 mg IV
◦ Ketolorac dosis anjuran 30 mg IV
mual ,
muntah (20-
40%)
complication
peripheral
kerusakan
nerve
gigi
damage
aspirasi
sore throat
pneumonia
Daftar pustaka
◦ Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology. 5th ed. New York:
McGraw-Hill;2013
◦ Miller’s Anesthesia. 8th ed. Philadelphia: Elsevier; 2010.
◦ Petunjuk Praktis Anestesiologi. 2nd ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
◦ Soepardi, efiaty et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala Dan Lever. 7th ed. jakarta: FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA, 2012. Print.
Hitung cairan
◦ Maintenance : (4x10)+(2x10)+ (1x24)= 84ml/hour
◦ Npo dan other deficit : 84 x 6 = 504 ml/h
◦ Blood loss = 3ml kristaloid x ml of blood atau 1ml koloid x ml of
blood : 300 ml/h
◦ Third space loss : jenis operasi x bb >>>> 88 ml/h
◦ Minimal tissue trauma (ex. herniorrhaphy): 2-4 cc/kg/hr
◦ Moderate tissue trauma (ex. cholecystectomy): 4-6 cc/kg/hr
◦ Severe tissue trauma (ex. bowel resection): 6-8 cc/kg/hr
Operasi penggantian cairan
◦ Jam 1 : maintanance +50 % deficit +1/3 ongoing loss
◦ Jam2 : maintance +25 % deficit + 1/3 ongoing loss
◦ Jam 3 : maintanance +25 % +1/3 ongoing loss
◦ Ongoing loss : acute bloos loss +third space loss
◦ Stage I (stage of analgesia or disorientation): from beginning of induction of general anesthesia
to loss of consciousness.
◦ Stage II (stage of excitement or delirium): from loss of consciousness to onset of automatic
breathing. Eyelash reflex disappear but other reflexes remain intact and coughing, vomiting
and struggling may occur; respiration can be irregular with breath-holding.
◦ Stage III (stage of surgical anesthesia): from onset of automatic respiration to respiratory
paralysis. It is divided into four planes:
◦ Plane I - from onset of automatic respiration to cessation of eyeball movements. Eyelid reflex is
lost, swallowing reflex disappears, marked eyeball movement may occur but conjunctival
reflex is lost at the bottom of the plane
◦ Plane II - from cessation of eyeball movements to beginning of paralysis of intercostal muscles.
Laryngeal reflex is lost although inflammation of the upper respiratory tract increases reflex
irritability, corneal reflex disappears,
secretion of tears increases (a useful sign of light anesthesia), respiration is automatic and
regular, movement and deep breathing as a response to skin stimulation disappears.
◦ Plane III - from beginning to completion of intercostal muscle paralysis. Diaphragmatic
respiration persists but there is progressive intercostal paralysis, pupils dilated and light reflex is
abolished. The laryngeal reflex lost in plane II can still be initiated by painful stimuli arising from
the dilatation of anus or cervix. This was the desired plane for surgery when muscle relaxants
were not used.
◦ Plane IV - from complete intercostal paralysis to diaphragmatic paralysis (apnea).
◦ Stage IV: from
stoppage of respiration till death. Anesthetic overdose cause medullary paralysis with
respiratory arrest and vasomotor collapse. Pupils are widely dilated and muscles are relaxed.