Anda di halaman 1dari 50

Chita Nufrika 16710020

 Telinga adalah indra yang sangat penting bagi manusia


 Dalam organ telinga ada 2 sistem:
• Sistem Pendengaran (auditif)
Bag perifer : Aurikula  N.Akustikus
Bag sentral : N.Akustikus  Korteks serebri
• Sistem Keseimbangan (vestibuler)
Bag perifer : Utrikulus,sakulus  N.Auditivus
Bag sentral : N.Auditivus  Korteks serebri
Telinga dibagi 3 bagian
 Telinga luar (auris eksterna)
• Aurikulum
• Meatus akustikus eksternus
• Membran timpani
 Telinga tengah (auris media)
• Kavum timpani
• Tuba Eustachius
• Antrum & sel-sel mastoid
 Telinga dalam (auris interna = labirin)
• Koklea (organ auditivus)
• Labirin vestibuler (organ vestibuler /status)
1. Aurikulum = pina = daun telinga
 Bentuk pipih, berlekuk
 Kerangka tulang rawan (kartilago atau kondrium),
kecuali lobulus
 Diliputi kulit yang melekat pada perikondrium

Pada proses mendengar:


Aurikulum berfungsi menangkap dan
mengumpulkan gelombang bunyi dan menentukan
arah sumber bunyi (pada binatang aurikulum dapat
digerakkan)
2. Meatus Akustikus Eksternus (MAE) = liang telinga luar
 Tabung bengkok, penampang ± 0,5 cm,
panjang ± 2,5 – 3 cm
 1/3 luar rangka tulang rawan (pars kartilago),
kulit berambut, kel. serumen
 2/3 dalam rangka tulang (pars oseus)

Pada proses mendengar:


 melanjutkan gelombang bunyi
 meresonansi (± 12-15 dB)
3. Membran timpani (gendang telinga)
 Selaput putih mutiara
 Bentuk oval – kerucut
 Terdiri dari
• Pars flaksida (2 lapis)
Lapisan luar: kulit tipis, lanjutan kulit MAE
Lapisan medial: mukosa, lanjutan dari mukosa yang
melapisi kavum timpani
• Pars tensa (3 lapis)
Lapisan luar: kulit tipis, lanjutan kulit MAE
Lapisan medial: mukosa, lanjutan dari mukosa yang
melapisi kavum timpani
Lapisan tengah: membrana propria, terdiri dari 2
lapisan yaitu: lateral (serat yang radier) dan medial
(serat yang sirkuler yang menyebabkan pars tensa
tegang)
1. Kavum Timpani
Terdiri dari 3 bagian:• Epitimpanum
• Mesotimpanum
• Hipotimpanum
Merupakan kotak 6 dinding yang dibentuk oleh:
• Lateral membran timpani
• Medial promontorium  labirin
• Superior tegmen timpani  fosa kranii media
(lobus temporalis)
• Inferior bulbus vena jugularis
• Anterior muara tuba Eustachius,
arteri karotis interna posterior
• Posterior aditus ad antrum, antrum, sel-sel mastoid
 Isi kavum timpani
• Osikula : maleus, inkus, stapes
• Muskulus : tensor timpani, stapedius
• Lain-lain : ligamen, saraf (korda timpani)

Pada proses mendengar


 Membrana timpani & osikula  memperkuat
gelombang bunyi 22 kali
 M. tensor timpani & m. stapedius  mengurangi
gelombang bunyi yang terlalu keras
2. Tuba Eustachius
Panjang 35 mm
 Menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring
Untuk:
• Drainase
• Ventilasi (pertahankan tekanan udara dan oksigenasi)
Posisi normal osteum di nasofaring tertutup membuka ok m.
Tensor timpani

Pada bayi tuba eustachius


terletak lebih horizontal, lebih
pendek dan lumen lebar
sehingga mudah terjadi
keradangan pada telinga tengah
3. Antrum & sel-sel Mastoid
 Berhubungan dengan kavum timpani lewat aditus ad
antrum
 Pneumatisasi (2 pengertian) :
• Proses pembentukan sel-sel mastoid
• Jenis  tergantung jumlah sel mastoid: normal,
hiper, hipo-pneumatik dan sklerotik
1. Organ auditus  koklea
Rumah siput  2½ lingkaran, panjang ±3.5 cm
Tiga ruangan :
-skala vestibuli Berisi cairan perilimf
-skala timpani
-skala media Berisi cairan endolimf
dan organ Corti
2. Organ status (vestibuler)
Pada proses mendengar :
Organ Corti merupakan reseptor pendengaran,
rangsang bunyi (mekanis) menjadi listrik (cochlear
microphonic)
 Gangguan vestibuler :
Vertigo
Nistagmus
Reaksi saraf otonom
• Mual
• Muntah
• Keringat dingin
 OMSA : Infeksi akut yang mengenai
mukoperiosteum kavum timpani dengan disertai
pembentukan sekret purulen
 Kuman penyebab :
 Streptokokus pneumoniae
 Hemofilus influenzae
 Streptococcus aureus
 Bakteroides fragilis
 Rinogen
Terjadi akibat adanya hubungan langsung antara hidung
dan kavum timpani melalui tuba eustachii serta
persamaan jenis mukosa antara kedua tempat tersebut
 Eksogen
Robekan membran timpanikuman masuk dalam kavum
timpani
 Hematogen
Akibat penyakit yang berat atau jika daya tahan tubuh
penderita sangat buruk (misal: morbili, TB paru,
malnutrisi dll)
 Biasanya diawali dengan terjadinya infeksi akut saluran
pernapasan atas (ISPA)
 Mukosa saluran pernapasan atas mengalami inflamasi
akut berupa hiperemia dan edema, termasuk juga pada
mukosa tuba eustachius, sehingga terjadi penyumbatan
ostiumnya yang akan diikuti dengan gangguan fungsi
drainase dan ventilasi tuba eustachius
 Kavum timpani menjadi vakum dan disusul dengan
terbentuknya transudat hydrops ex vacuo
 Infiltrat kuman patogen ke dalam mukosa cavum timpani
yang berasal dari hidung dan nasofaring menimbulkan
supurasi
STADIUM I
(Stadium kataralis)
ISPA  edema osteum
Tuba Eustachius 
Obstruksi tuba 
Gangguan ventilasi 
Oksigen diresorbsi mukosa  Tekanan kavum timpani
menurun (vakum)  MT retraksi.
berkurangnya
Keradangan mukosa tekanan udara dalam
pemberian O2 ke
hidung dan kavum timpani
dalam kavum
nasofaring berkurang (hipotensi)
timpani

berlanjut ke mukosa gangguan fungsi


tekanan kavum
tuba eustachius dan tuba eustachius
timpani <1atm
mukosa kavum (ventilasi dan
(vakum)
timpani drainase)

lumen tuba
mukosa tuba
eustachius MT retraksi
eustachius udem
menyempit
 Vakumperubahan mukosa kavum timpani
berupa:
1. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah
dan limfe
2. Peningkatan permeabilitas dinding sel
3. Terjadinya proliferasi sel kelenjar
submukosa
 Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya
perembesan cairan ke dalam kavum timpani
Hydrops ex vacuo
STADIUM II
(Stadium supuratif)
VAKUM  permeabilitas pembuluh darah meningkat
Transudasi (hydrops ex vakuo)  MT bombans.
Perubahan pada mukosa
kavum timpani akibat MT bombans
vakum

Tekanan dalam kavum


Pertahanan mukosa
timpani menjadi lebih
setempat menurun
tinggi (hipertensi)

Kuman dari hidung dan


nasofaring penetrasi ke Terbentuk nanah akibat
jaringan mukosa kavum peradangan
timpani
STADIUM III (Stadium perforasi)
PUS meningkat  menekan MT  MT perforasi  Pus
keluar melalui perforasi.
Tekanan yang tinggi
pada kavum timpani
akibat kumpulan
mukopus

Menimbulkan
perforasi pada Rasa nyeri berkurang
membran timpani

Mukopus mengalir Tekanan dalam


ke meatus akustikus kavum timpani
eksterna menurun
STADIUM IV (Stadium resolusi)
PUS keluar sampai habis  Perforasi MT
kering (menutup dalam 10 hari – 14 hari)
STADIUM ANAMNESIS OTOSKOPI

Kataral Diawali dengan ISPA akut dan diikuti •Membran timpani: retraksi,
dengan gejala di telinga: warna mulai hiperemia
•Terasa penuh •Kadang-kadang tampak
•Grebeg-grebeg adanya air fluid level
•Gangguan pendengaran
Supurasi •Otalgia berat •Membran timpani: bombans
•Gangguan pendengaran dan hiperemia
•Febris, batuk, pilek •Belum ada sekret di liang
•Pada bayi dan anak kadang disertai telinga luar
dengan: gelisah, rewel, konvulsi, gastro-
enteritis
•Belum terjadi otore
Perforasi •Otore, mukopurulen •Membran timpani: perforasi,
•Otalgi dan febris mereda sentral, kecil di kuadran antero
•Gangguan pendengaran inferior, hiperemia
•Masih ada batuk dan pilek •Sekret: mukopurulen kadang
tampak pulsasi
Resolusi Gejala-gejala pada stadium sebelumnya •Membran timpani: sudah pulih
sudah banyak mereda menjadi normal kembali
Kadang masih ada gejala sisa: tinitus dan •Masih dijumpai lubang
gangguan pendengaran perforasi
•Tidak dijumpai sekret lagi
STADIUM I
Keluhan: Otalgi, grebeg – grebeg,
Pendengaran menurun, gejala ISPA.
Pemeriksaan  MT retraksi
Tanda-tanda:
- Prosesus brevis menonjol
- Manubrium malei tampak lebih
horisontal & pendek
- Refleks cahaya berubah / hilang
- Plika anterior tak tampak
- Plika posterior lebih jelas
STADIUM I
Terapi :
 Dekongestan oral (pseudoefedrin)
 Dekongestan lokal (TH efedrin)
 Antibiotika untuk ISPA :
 Amoksisilin dosis 50-100 mg/kgbb/hari
 Eritromisin dosis 25-50 mg/kgbb/hari
 Simtomatik (analgetik, antipiretik)
STADIUM II
Keluhan: Otalgi >, Pendengaran ,
gejala ISPA, febris

Pemeriksaan  MT bombans

Tanda-tanda:
- MT cembung
- Hiperemia
- Semua struktur hilang
STADIUM II
Terapi :
 Parasentesis pada
kuadran posteroinferior
 Antibiotika
 Simtomatik
STADIUM III
Keluhan: Otore, pendengaran ,
gejala-gejala lain menurun.
Pemeriksaan  MT perforasi
Tanda-tanda:
- Pus pada MAE
- MT perforasi (paling sering
anteroinferior atau sentral)
- Kadang tampak pulsasi
(keluarnya pus dari lubang
perforasi sesuai dg denyut nadi)
STADIUM III
Terapi :
 Parasentesis bila perlu (bila terdapat pulsasi 
oleh karena drainase tidak adekuat)
 Pembersihan pus (toilet telinga)
 Antibiotika
 Simtomatik
STADIUM IV
Keluhan: Pendengaran , semua
gejala-gejala hilang.
Pemeriksaan  MT perforasi kering
 MAE bersih dari sekret
 MT tidak hiperemi
 Lubang perforasi pada pars tensa
Terapi:
 Edukasi tentang kebersihan
Telinga
 Tidak boleh kemasukan air atau
dikorek-korek
OMA Furunkel MAE Otitis Eksterna
Penyebab ISPA Korek-korek telinga Berenang
Gejala • Telinga grebeg-grebeg Nyeri saat tragus Rasa gatal sampai
(std. Kataralis) ditekan, daun nyeri pada telinga,
• Otalgia (std. Supurasi) telinga ditarik, rasa gatal dapat
• Otore (std. Perforasi) membuka mulut dirasakan sampai
• Penurunan pendengaran dan mengunyah tenggorok.
makanan yang
agak keras
Otoskopi • MT retraksi (std. Udema, hiperemi Kulit MAE udem
Kataralis) pada pars dan hiperemi
• MT bombans kartilagenus MAE merata sampai ke
(std.supurasi) MT
• MT perforasi (std.
Perforasi dan resolusi
• Otore (std. Perforasi
1. Antibiotik
• Lini I:
 Amoxicilline (dewasa: 3x500mg, anak:
50mg/kgBB/hari)
 Erythromycine : dosis sama dengan amoxicilline
 Cotrimoxazole (dewasa: 2x2tab, anak: trimetoprim 40
mg dan sulfamethoxazole 200 mg suspensi 2xcth I)
• Lini II: bila pasien sudah resisten (infeksi berulang)
 Kombinasi amoxycilline dan clavulanic acid (dewasa:
3x625 mg, anak-anak: sesuai dengan BB)
 Caphalosporine I/II (cefuroxime, cefixime, cefadroxil
dll)
Pemberian antibiotik selama 7-10 hari
2. Memperbaiki fungsi drainase dan ventilasi tuba
eustachius  dekongestan oral/topikal
3. Evakuasi mukopus (bila diperlukan, pada stadium II) 
dilakukan miringotomi (parasentesis) pada kuadran
posteroinferior membrana timpani dengan
menggunakan bius lokal (larutan Xylocain 8%)
 Adalah tindakan insisi pada pars tensa membrana
timpani, agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah
ke liang telinga luar
 Tujuan:
untuk mengeluarkan sekret dari telinga tengah dan untuk
mencegah terjadinya perforasi spontan agar
penyembuhan lebih cepat
 Lokasi parasentesis ialah pada kuadran posteroinferior
 Berbeda dengan timpanosintesis
 Timpanosintesis adalah pungsi pada membran timpani
untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan
mikrobiologik
 Para sentesis berhasil jika:
1. Cairan keluar
2. Keluhan berkurang (nyeri berkurang dan pendengaran
membaik)
 Komplikasi OMSA yaitu OMSK
 Faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK:
1.Terapi yang terlambat diberikan
2.Terapi tidak adekuat
3.Virulensi kuman tinggi
4.Daya tahan tubuh pasien rendah
5.Higiene buruk
 Sebelum ada antibiotik, OMSA dapat menimbulkan
komplikasi yaitu abses sub-periosteal sampai komplikasi
yang berat (meningitis dan abses otak)
 Sekarang setelah ada antibiotik, semua jenis komplikasi
tersebut biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari
OMSK
 Herawati, Sri., dan Rukmini, Sri. 2004. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
 Rukmini, Sri., dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Bag/SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok.
Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
 Soepardi, E.A. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher edisi ketujuh. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai