Referat Pitri Pneumonia + UTI
Referat Pitri Pneumonia + UTI
12 pasang costae
dan cartilago
costalisnya
12 vertebrae
thoracicae dan
discus
intervertebralis
Sternum
Cavitas Thoracis
• Ruang di dalam thoracic cage cavitas
thoracis
Mediastinum Mediastinum
superior anterior
Mediastinum
(tengah)
Mediastinum Mediastinum
inferior medius
Cavitas Thoracis
Cavitas
Paru-paru dan Mediastinum
pulmonalis
pleura posterior
(lateral)
Spatium Intercostale
• M. intercostalis
externi
• M. intercostalis
interni
• M. intercostalis intimi
• V. intercostales
• A. intercostales
• N. intercostales
DIAPHRAGMA
Berdasarkan • Pars sternalis
• Pars costalis
origo • Pars lumbalis
Inspirasi paksa:
•M. scalenus anterior &
medius
•M. sternocleidomastoideus
•M. trapezius
•M. levator scapulae
•M. rhomboidei
•M. serratus anterior
•M. pectoralis minor
•M. pectoralis major pars
sternalis Muscular control of breathing
Ekspirasi biasa: (pasif)
•Gaya recoil paru
•Relaksasi M.
intercostalis externi &
diaphragma
•Peningkatan tekanan
otot dinding depan
abdomen
≠
PATOFISIOLOGI Pneumonia
Inokulasi langsung
hematogen
Kolonisasi di perm
mukosa Sampai ke bronkus
terminal / alveolar
Aspirasi ke SNB Infeksi
+ sekret bronkus
Fagositosis
4 Tahapan Respon :
Kongesti Hepatisasi Merah Hepatisasi Resolusi
Kelabu
Periode 4-12 jam 48 jam berikutnya 3-8 hari 7-11 hari
pertama
Proses •Lobus yang •Paru tampak •Paru tampak •Eksudat mengalami
terkena merah & kelabu, kering, lisis & diresorbsi o/
menjadi berat, bergranula padat karena : makrofag
merah, & (hepatisasi = •sel darah merah •Sehingga jaringan
sembab seperti hepar) mengalami lisis kembali pada
•Eksudat serosa karena eritrosit, sementara; strukturnya semula
masuk ke fibrin, & leukosit leukosit & fibrin
dalam alveoli PMN mengisi mengalami
melalui alveoli konsolidasi di
pembuluh •Pleura biasa dalam alveoli
darah yang memperlihatkan yang terserang
berdilatasi & eksudat
bocor fibrinosa/fibrino
purulen
KLASIFIKASI Pneumonia
Pneumonia Komuniti
P Pneumonia Nosokomial
Klinis & Epid
N Pneumonia Aspirasi
E
Pneumonia pd px
U Immunocompromised
M Pneumonia Bakterial
Bakteri penyebab
O Pneumonia Atipikal
N Pneumonia Virus
I Pneumonia Jamur
A
Predileksi Infeksi Pneumonia Lobaris
Pneumonia Interstitial
Bronkopneumonia
KLASIFIKASI PNEUMONIA BERDASARKAN INANG
DAN LINGKUNGAN
Pneumonia komunitas Sporadis atau endemik ; muda atau orang tua
Pneumonia nosokomial Didahului perawatan RS
28
PERBEDAAN PNEUMONIA TIPIK & ATIPIK
PNEUMONIA TIPIK PNEUMONIA ATIPIK
• Demam tinggi • Demam tidak terlalu tinggi
• Badan rasa dingin • Batuk tidak produktif
• Batuk produktif ada dahak • Nyeri kepala dan otot
(warna yang khas) • Mual,muntah, diare
• Nyeri dada • Kuman: M.pneumonia,
• Fisik konsolidasi paru, C.pneumonia, M.catarhhalis,
didapatkan rhonki basah. L.Pneumonia dll.
• Lab : Leucositosis kuman + • Lab: Leukositosis ringan atau
dalam sputum (gram) normal, Sputum (-), biakan
• Kuman : S.pneumonia, sering (-), PCR
S.Aureus, H.Influenza,
M.catharalis, Pseudomonas,
Klebsiella.
29
KLASIFIKASI PNEUMONIA
30
2. Nosokomial Pneumonia
– Merupakan pneumonia yang didapat selama pasien di
rawat di rumah sakit.
– pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di
RS dan disingkirkan semua infeksi yg inkubasinya terjadi
sebelum masuk RS
– Ventilator associated pneumonia (VAP) = pneumonia yg
terjadi lebih dari 48 jam setelah pemasangan intubasi
endotakeal
– Biasanya adalah bakteri enterik golongan gram negatif
batang seperti E.coli, Klebsiella sp, Proteus sp, dan
staphylococcus.
31
KLASIFIKASI Pneumonia Nosokimal
HAP (hospital acquired [nosokomial] pneumonia) : infeksi
paru yang terjadi > 48 jam setelah dirawat di rumah sakit
yang tidak dalam masa inkubasi saat masuk ke rumah sakit.
VAP (ventilator-associated pneumonia) : pneumonia yang
terjadi > 48-72 jam setelah intubasi trakea.
HCAP (healthcare-associated pneumonia) : termasuk
semua pasien yang dirawat di rumah sakit selama > 2 hari
dalam 90 hari infeksi, tinggal di rumah perawatan,
menerima terapi (misalnya untuk perawatan luka, terapi
intravena) dalam 30 hari infeksi yang baru terjadi, atau
datang ke rumah sakit atau klinik hemodialisis.
32
3. Pneumonia Aspirasi
Merupakan pneumonia yang diakibatkan aspirasi sekret
oropharyngeal dan cairan lambung.
Patogen pada Community Acquired Aspiration Pneumoniae
adalah kombinasi dariflora mulut dan flora saluran napas
atas, yakni meliputi Streptococci anaerob.
Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae bakteri
yang lazim dijumpai campuran antara Gram negatif batang +
S. aureus + anaerob.
4. Pneumonia opportunistik
Pada pasien dengan penekanan sistem imun
(karena steroid, kemoterapi, HIV)
5. Pneumonia recurrent
Disebabkan oleh organisme aerob dan anaerob
yang terjadi pada fibrosis kistik dan bronkietaksis
33
Pneumonia berdasarkan Predileksi
Tempat
34
ETIOLOGI
38
Pneumonia Berdasarkan Etiologi
39
Streptococcus pneumoniae / pneumokokus
40
Mycoplasma pneumoniae
Infeksi melalui droplet dari kontak dekat
Rontgen thorax
• Gambaran infiltrat Pengobatan:
• Retikuler • tetrasiklin
• Retikulonoduler • doksisiklin
• Bercak konsolidasi • eritromisin
• Pembesaran kelenjar hilus
• Efusi pleura 41
Chlamydia pneumonia
Penyebab t’sering IRA-atas seperti faringitis, rinosinusits, otitis
Gejala klinis
(Meyerupai mikoplasma)
• Batuk kering
• Mialgia
• Sakit kepala
• Malaise
• Pilek
• Demam tidak tinggi
Pengobatan
• Eritromisin
• Tetrasiklin
43
Legionella pneumophila
Keadaan lingkungan yang sesuai dengan orgnisme ini:
• limpur
• aliran panas (sistem pengatur udara, shower, bak mandi
panas)
• air menggenang
Transmisi:
• aspirasi air yag t’kontaminasi
45
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman
penyebab yang berhubungan dengan faktor infeksi:
Evaluasi faktor pasien/predisposisi
Bedakan lokasi infeksi
Usia pasien
Awitan
Pemeriksaan fisis
Persentasi bervariasi tergantung etiologi, usia, dan
keadaan klinis.
Perhatikan gejala klinis yang mengarah pada tipe
kuman penyebab/ patogenitas kuman dan tingkat
berat penyakit :
Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S. pneumonia,
Streptococcus spp., Staphylococcus. Pneumonia virus ditandai dengan
mialgia, malaise, batuk kering dan nonproduktif
Tanda2 fisik pada tipe pneumonia klasik bisa didapat berupa demam ,
sesak napas, tanda2 konsolidasi paru (perkusiparu yang pekak, ronki
nyaring, suara pernapasan bronkial)
46
Warna, konsistensi, dan jumlah sputum penting untuk diperhatikan.
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan radiologis
– Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar
dengan gambaran
• air bronchogram (airspace disease) misalnya oleh
Streptococcus pneumonia;
• Bronkopneumonia (segmental disease) misalnya oleh
staphylococcus, virus dan mikoplasma.
• Pneumonia interstisial (interstitial disease) oleh virus
dam mikoplasma
47
Consolidation of the right upper,
middle, and lower lobes in a 64-yr-
old man with pneumococcal
pneumonia.
Bilateral interstitial opacities in an
elderly man with respiratory syncytial
virus pneumonia. 48
Gambaran radiologis Gambaran radiologis
pneumonia lobaris bronkopneumonia
49
Gambaran radiologis pneumonia interstitialis
50
Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi
bakteri;
Leukosit normal/ rendah dapat disebabkan oleh infeksi
virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga
tidak terjadi respon leukosit, orang tua atau lemah.
Leukopenia menunjukan depresi imunitas , misalnya
neutropenia pada infeksi kuman Gram negatif atau S.aureus
pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan
LED menigkat
Hitung jenis lekosit bergeser ke kiri
Kultur darah (+) : 20-25% penderita
Ureum meninggi, kreatinin normal.
51
Pemeriksaan bakteriologi
• Bahannya berasal dari :
– sputum,
– darah,
– aspirasi nasotrakeal/transtrakeal,
– aspirasi jarum transtorakal,
– Torakosentesis,
– Bronkoskopi,
– Biopsi
• Untuk terapi empiris dilakukan :
– Pemeriksaan apus gram,
– Burrin Gin,
– Quellung test
– Z.nielsen
52
Derajat keparahan
• Dapat ditentukan oleh sistem skoring menurut
hasil penelitian Pneumonia patient Outcome
Research Team (PORT)
53
KRITERIA PNEUMONIA
KRITERIA MINOR : KRITERIA MAYOR :
1.Frek.napas > 30/mnt 1.Membutuhkan ventilasi mekanik
2.PaO2 / FiO2 < 250 mm/mnt 2.Infiltrat bertambah > 50%
3.Rontgen paru : bilateral 3.Membutuhkan vasopresor > 4jam
4.Rontgen paru > 2 lobus (septik schoc)
5.Tekanan sistolik < 90mmHg 4.Serum kreatinin ≥ 2 mg/dl
6.Tekanan diastolik < 60mmHg
KRITERIA ICU:
• 1 atau 2 gejala mayor
- Membutuhkan ventilasi mekanik
- Vasopresor > 4 jam
• 2 dari 3 gejala minor
- PaO2 / FiO2 < 250 mm/mnt
- Rontgen kelainan bilateral
- Tekanan sistolik < 90mmHg
54
Karakteristik penderita Jumlah poin
Faktor demografi
•Usia : laki-laki Umur (tahun)
perempuan Umur (tahun) – 10
•Perawatan di rumah +10
•Penyakit penyerta
keganasan +30
penyakit hati +20
gagal jantung kongestif +10
penyakit serebrovaskular +10
penyakit ginjal +10
Pemeriksaan fisis
•Perubahan status mental +20
•Pernapasan >30 kali/ menit +20
•Tekanan darah sistolik < 90 mmHg +20
•Suhu tubuh <35 C atau >40C +15
•Nadi > 125 kali/menit +10
Hasil laboratorium / radiologi
•Analisis gas darah arteri : pH 7,35 +30
•BUN > 30mg/dl +20
•Natrium < 130 mEq/liter +20
•Glukosa >250mg/dL +10
•Hematokrit <30% +10
•PO2 < 60mmHg +10
•Efusi pleura +10 55
• Berdasarkan PDPI, indikasi rawat inap
pneumonia komuniti :
– Skor PORT >70
– Skor port < 70 dengan salah satu kriteria
minor
– Pneumonia pengguna NAPZA
56
Faktor Risiko Menurut Port
Usia diatas 65 tahun
Adanya infeksi pada paru yang
multilobuler/nekrotikans, pasca obstruktif, atau
aspirasi
Penyakit penyerta seperti PPOK, bronkiektasis,
keganasan, DM, gagal ginjal
Manifestasi infeksi organ jamak atau komplikasi
organ ekstrapulmoner
Tanda fisik yang memprediksi mortalitas,
peningkatan morbiditas, dan komplikasi berupa
respirasi >30 x/menit, nadi >125 x/menit, suhu 35
atau >40°C dan bukti adanya infeksi paru
Hasil lab : leukosit <4000 atau > 30.000/mm³ dsb.
57
Stratifikasi Berdasarkan Faktor2 ada 4
kelompok pasien :
Kelompok I : rawat jalan yang tidak disertai riwayat
penyakit kardiopulmonal ataupun “faktor perubah”
Kelompok II : rawat jalan yang disertai riwayat
penyakit penyakit kardiopulmonal dan atau “faktor
perubah”
Kelompok III : rawat inap RS non ICU yang disertai
riwayat penyakit kardiopulmonal dan/atau “ faktor
perubah” (termasuk asal dari rumah jompo)
Kelompok IV : rawat di ICU yang tidak disertai
resiko Ps. Aeroginosa-RPA, dan disertai resiko
Ps.Aeroginosa-RPA
58
Pneumonia – Tatalaksana
Tindakan suportif
O2 untuk mempertahankan PO2 > 8kPa (SaO2 <90%)
Resusitasi cairan IV : untuk memastikan stabilitas hemodinamik
Bantuan ventilasi (u/ gagal napas)
Fisioterapi dan bronkoskopi (membantu bersihan sputum)
• Tatalaksana Non Farmako:
– Tirah baring
– Perbanyak asupan cairan t.u air putih
– Tidak menghentikan asupan antibiotik sblm waktunya
– Patuhi jadwal monitor dg dokter (walaupun sudah merasa lebih
baik)
• Follow Up:
– Follow up radiograph (4-6wk) setelah pemulangan
60
Penicillin Sefalosporin Monobactam
Menghambat menghambat sistesis Aztreonam derivat
pembentukan dinding sel mikroba. Aktif monobactam.
mukopeptida yang terhadap kuman gram Menghambat sintesis
diperlukan untuk sintesis positif dan gram negatif. dinding sel kuman. Hanya
dinding sel mikroba. Dibagi menjadi : aktif terhadap kuman gram
ES : reaksi alergi, syok Generasi 1 : aktif thdp negatif aerobik.
anafilaksis. kuman gram positif I : infeksi saluran kemih
Sediaan : penicillin G, Generasi 2 : aktif thdp dengan komplikasi, saluran
penicillin V, penicillin kuman gram negatif napas bawah, kulit dan
Isoksazolil, ampicillin, Generasi 3 : lebih aktif struktur kulit, alat kelamin,
amoxicillin, karbenicillin, thdp intraabdominal, tulang dan
sulbenicillin. enterobacteriaceae. bakterimia pada dewasa
Es : reaksi alergi, anafilaksis dan anak2.
dengan spasme bronkus ES : tidak banyak berbeda
dan urtikaria, reaksi dengan antibiotik b-lactam
coombs. lain.
Indikasi : digunakan untuk
infeksi bakteri berat atau
yang tidak dapat diobati
dengan AM lain.
61
DD – Komplikasi – Pencegahan -
Prognosis
Keterangan
DD •Bronkiolitis, Payah jantung, Aspirasi benda asing, Abses paru
• khusus pada bayi: meningitis, ileus
Komplikasi Pleuritis, Efusi pleura/ empiema, Pneumotoraks, Piopneumotoraks
, Abses paru, Gagal nafas
Pencegahan Vaksin – vaksin :
•Vaksin pneumokokus (untuk mencegah pneumonia
karena Streptococcus pneumoniae)
• Vaksin flu Vaksin Hib (untuk mencegah pneumonia
karena Haemophilus influenzae type b).
Tidak atau menghentikan merokok
Prognosis Pasien muda tanpa fk risiko biasanya akan pulih ~ 2 minggu
Pasien tua, atau dengan fk risiko dapat menghabiskan beberapa
minggu lebih lama
62
Infeksi Saluran Kemih
• Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus
Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
2001)
• Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan
adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram,
Barbara, 1998)
• Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah peradangan
bakterial saluran kemih disertai adanya kolonisasi
mikroba di urin.
Epidemiologi
• Umumnya: wanita > pria (karena uretra
wanita lebih pendek daripada pria)
• Namun :
– Neonatus: laki2 > perempuan -> tdk menjalani
sirkumsisi
– Masa sekolah: perempuan > laki2
– Remaja: perempuan > laki2
Klasifikasi ISK
Atas :
Pielonefritis
Berdasarkan
Letak terjadinya
infeksi Bawah: Uretritis,
sistitis
Complicated
Berdasarkan
ISK Berat-ringannya
Uncomplicated
Simtomatik
Berdasarkan
gejalanya
Asimtomatik
ETIOLOGI
• Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
– Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
– Escherichia coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
– Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-
lain-lain.
• Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
– Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
– Mobilitas menurun
– Nutrisi yang sering kurang baik
– Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
– Adanya hambatan pada aliran urin
– Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Faktor resiko
1. Bendungan aliran urin
– Anomali kongenital (misalnya keadaan biureter, bipelvis renalis)
– Batu saluran kemih
– Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Refluks vesikoureter
adanya refluks urin dari kandung kemih ke ureter dan kadang-kadang bisa
sampai ke pelvis renal. Refluks vesikoureter terjadi saat buang air kecil atau
adanya peningkatan tekanan di kandung kemih. Adanya kelainan anatomi
pada vesikoureteral junction menyebabkan adanya refluks bakteri dan
menyebabkan infeksi saluran kemih bagian atas.
3. Urin sisa dalam buli-buli karena
– Neurogenic bladder
– Striktur uretra
– Hipertrofi prostat
4. Gangguan metabolik
– Hiperkalsemia
– Hipokalemia
– A-gamaglobulinemia
5. Instrumentasi
• Kateter
• Dilatasi uretra
• Sistoskopi
6. Kehamilan
• Infeksi saluran kemih ditemukan pada 2-8 % wanita hamil. Pada 20-
30% wanita hamil dengan bakteriuria asimptomatik berkembang
menjadi pielonefritis.
• faktor statis dan bendungan
• pH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
7. Keadaan immunocompromised, misalnya penderita keganasan dan
penerima penatalaksanaan imunosupresif.
8. Infeksi mikroorganisme tertentu terutama yang resisten terhadap banyak
obat dan infeksi polimikrobial.
Patogenesis
• E. Coli mrpkn MO paling sering dg infeksi
simptom maupun asimptom
• Proteus sp (33% ISK anak laki berusia 5th),
Klebsiella sp, Stafilokokus dg koagulase negatif
jg sering
• Jarang : Pseudomonas sp & Stafilokokus
kecuali pasca kateterisasi
Patogenesis
1. PERANAN PATOGENISITAS BAKTERI
Bacterial Pathogenic Racun: cytotoxin, hemolysin, aerobactin.
E: epitel. PMN: polimorfonuklear
Factor
P
Apoptosis &
M deskuamasi
N epitel
IL6 E
E COLI
IL8 P
M
N
racun
Fimbriae yg digunakan biasanya adl fimbriae yg melekat pada komponen blood group
komponen yg terdapat pada darah & sel epitel sal. Kemih atas & bawah
Cth: Fimbriae P berikatan pada eritrosit yg positif P & P yg ada pada epitel sal. Kemih
Apabila (genetik) seseorang kekurangan ekspresi dari reseptor “P”, maka kemungkinan
terkena pyelonefritis (cth) juga akan ↓
FAKTOR2 YG BERPERAN DALAM PATOGENESIS
Jenis kelamin • Wanita: uretra pendek, jarak uretra-anus dekat
& aktivitas • Sexual intercourse memudahkan masuknya bakteri ke VU
sexual disarankan utk miksi pasca aktivitas sexual
• Kontrasepsi spermicidal (t.u cervical cap atau kondom dg bahan
spermicide) ganggu flora normal ↑risiko kolonisasi di vagina
• Wanita post meno: risiko UTI me↑ dg riwayat: (+) aktivitas sexual blm
lama, riwayat recent UTI, DM, inkontinensia, HIV (pria&wanita
85
86
Pielonefritis Akut
• Pemeriksaan penunjang
– Ginekologis
– IVP
– USG
– Sistografi
– Sistoskopi
– Sitologi bakteri: bakteriuri tanpa leukosituria
kontaminasi
• Pyuri tanpa bakteri basil koch
87
SISTITIS
Sistitis Akut
• Radang selaput mukosa V.U yg timbulnya mendadak,
biasanya ringan & sembuh spontan atau berat disertai
penyulit infeksi saluran kemih atas (pielonefritis akut)
• Etiologi : E coli (terbanyak), Staphylococcus
saprophyticus, Enterococcus.
• Umumnya asal infeksi dari urethra.
• Insidens : lebih sering pada wanita dari pada laki-laki.
Faktor predisposisi
• Desending infection
• Invasi mikroorganisme dari organ sekitarnya
(divertikulitis)
• Trauma akibat pembedahan atau kecelakaan
• Batu atau benda asing lainnya
• Sisa urin
• Neoplasma
• Asending uretritis
• Instrumentasi, misalnya sistokopi, kateterisasi
• Penyakit lain2 di luar saluran kemih dan ginjal (DM)
Tanda & Gejala
• Frekwensi, disuri, urgensi, nokturi &
• Rasa terbakar pada saat miksi
• Hematuri
• Nyeri suprapubik & pinggang
• “ honeymoon cystitis”
Pemeriksaan Laboratorium
• Hemogram : lekositosis ringan
• Urinalisa : piuria, bakteriuria, hematuria (mikro/gross)
• Kultur urine & tes sensitivitas
RADIOLOGI
• Pielografi intravena
Indikasi - Th/ A.B tidak membaik
- Sistitis tanpa piuria, gejala (+)
- Sistitis berulang
- Hematuria
• Sistoskopi
– Indikasi sistoskopi : hematuri, pada IVP tidak ditemukan
kelainan pada traktus urinarius bagian atas.
Intravenous Pyelogram
• Foto diambil pada menit 0, 5, 15 dan 30
• 0’ : waktu injeksi kontras
• 3’ : calyces & renal pelvis
• 9-13’ : ureter & bladder
Tata Laksana
• A.B. sesuai kultur
• Anticholinergic u/ mencegah hiperiritabilitas VU
Probanthine/ Propantheline bromide
• Antiseptik pd sal kemih fenazopiridin hidroklorida
• Urinary analgesic Pyridium
• Stiktur/stenosis dilatasi
Diagnosis Banding
• Prostatitis kronik
• Sistitis alergi
• Infeksi eksaserbasi akut dari sistitis kronik.
• Sistitis psikosomatis
• Sistitis tuberkulosis
• Neoplasma
Prognosis
• Prognosis baik dan dapat sembuh sempurna.
Sistitis Kronik
• Radang V.U yg menyerang berulang2 & dapat
menyebabkan kelainan atau penyulit dari sal. Kemih
atas & ginjal.
• Infeksi kronik dr V.U dpt sebagai akibat dari infeksi
kronis bag atas, sisa urin, refluks uretra, stenosis
uretra & terutama akibat lanjut dari:
– ISK atas (pielonefritis atau tipe berkomplikasi)
– Sisa urin dg convert bacteriurine
– Refluks atau stenosis uretra
– Terapi sistitis akut tidak adekuat
Histopatologi
• Kandung kemih pucat, menebal & jarang ditemukan
ulserativ.
• Permukaan V.U menonjol dan membentuk kista,
dinamakan sistitis kistik.
• Kapasitas kandung kemih berkurang akibat fibrosis.
• Pemeriksaan mikroskopik memperlihatkan
penebalan dr sel epitel, infiltrasi sel radang kedalam
submukosa dan otot.
Diagnosis Banding
• Prostatitis kronis
• Infeksi spesifik saluran kemih dan ginjal
• Sistitis psikosomatis
• Uretritis senilis
• Sistitis interstitial
• Sistitis radiasi
• Uretritis kronik
Prognosis
• Baik bila:
– diberikan antibiotik yg intensif dan tepat
– Faktor predisposisi mudah dikenal dan diobati.
URETRITIS
• Pengertian
Adalah peradangan pada uretra
• Penyebab
Kuman gonorrhoe biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar
naik yang digolongkan sebagai gonoreal atau nongonoreal. Kadang-
kadang uretritis terjadi tanpa adanya bakteri.
• Patofisiologi
Uretra Gonorhoeal o/ Neisseria gonorrhoeae ditularkan melalui
kontak seksual. Pada pria inflamasi orifosium meatal terjadi disertai
rasa terbakar ketika urinasi. Rabas uretral purulen muncul dalam 3-
4 hari setelah kontak seksual. Pada wanita rabas uretral tidak selalu
muncul dan penyakit bersifat asimtomatik. Pada pria melibatkan
jaringan disekitar uretra menyebabkan periuretritis, prostitis,
epididimis dan striktur uretra.
Uretra gonorhoeal tidak berhubungan dengan neisseria
gonorrhoeae biasanya disebabkan oleh Klamidia trakomatik atau
Ureaplasma urelytikum. Pada pria adalah asimtomatik, pasien akan
disuria tingkat sedang-parah dan rabas uretral dengan jumlah
sedikit-sedang.
Klasifikasi
Uretritis Akut
• Biasanya terjadi karena asending infeksi, atau sebaliknya oleh karena
prostat mengalami infeksi. Keadaan ini sering diderita oleh kaum pria.
Tanda dan gejala :
- Mukosa merah dan edema
- Terdapat cairan eksudat yang purulent.
- Ada ulserasi pada uretra.
- Ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis Go yaitu
good morning sign.
- Pada pria pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra tersumbat
oleh kelompok nanah.
- Pada wanita jarang ditemukan uretritis akut, kecuali bila pasien
menderita gonorhoe.
• Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan terhadap sekret uetra untuk mengetahui
kuman penyebab.
• Tindakan Pengobatan
a. Pemberin antibiotika
b. Bila terjadi striktura, dilakukan dilatasi uretra dengan
menggunakan bougie.
• Komplikasi
1. Prostatitis
2. Peri uretral abses yang dapat sembuh, kemudian menimbulkan
striktura atau Fistul uretra.
Uretritis Kronis
• Penyebab
- Pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut.
- Prostatitis kronis.
- Striktura uretra.
• Tindakan pengobatan:
- Pemberian antibiotik
- Banyak minum untuk melarutkan bakteri (+ 3000 cc/ hari).
• Komplikasi
Radang dapat menjalar ke prostat.
PROSTATITIS
Prostatis adalah reaksi infalamasi pada kelenjar prostat yang dapat
disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri.
• Gejala :
– Tdk ada keluhan atau tanda prostatitis
• Rx inflamasi -> diketahui dari cairan semen saat analisis semen &
jaringan prostat
• Terapi : antibiotik
Epididimitis
Reaksi inflamasi yang terjadi pada epididimis bisa terjadi secara akut atau
kronis.
Etiologi
• Pria dewasa muda (<35 th)--> Chlamidia trachomatis, neiserria
gonorhoika,
• Anak –anak dan orang tua --> E.coli atau ureoplasma ureolitikum.
Patogenesis
• Berasal dari bakteri yang berasal dari buli-buli, prostat, atau uretra secara
ascending menjalar ke epididimis.
• Berasal dari refluks urin melalui duktus ejakulatorius
• Hematogen
• Langsung pada epididimis cth tuberculosis
Gambaran klinis
• Nyeri mendadak daerah scrotum
• Bengkak kauda – caput epididimis
• Demam
• Malaise
• Nyeri hingga pinggang
Penatalaksanaan
• Antibiotika tergantung kuman penyebab infeksi
– Chlamidia trachomatis atau Neiserria gonorrhoica ->
• amoksisilin + probenesid, atau ceftriakson IV.
• diteruskan dgn pemberian doksisiklin atau eritromisin per oral (10
hari).
• Pengobatan terhadap pasangannya
• Terapi simptomatis untuk menghilangkan nyeri :
– Pakai celana ketat
– Kurangi aktivitas
– Anestesi topikal atau lokal
• Untuk mengurangi pembengkakan ->
– Dikompres dengan es
– Baru sembuh setelah 4-6 minggu