Anda di halaman 1dari 19

Menjelaskan Sifat - Sifat Entropi dan

Hukum Ketiga Termodinamika


(BAB 9)
Kelompok 11
Nama :
Fitri Febrianty (08031381520073)
Rima Melati (08031181520005)
Sarah Permata Sari (08031181520021)
Yuliana Ramaita S (08031181520027)
9. 1 Sifat – Sifat Entropi
Apa itu entropi?

 Besaran termodinamika yang berhubungan dengan teori probabilitas


disebut entropi yang diberi simbol S.
 Makin besar entropi suatu sistem, maka kemungkinan secara
statistiknya lebih besar. Karena, sistem akan berubah secara spontan
kearah entropi yang lebih benar. Dengan perkataan ini, untuk suatu
reaksi, bila ada kenaikan entropi reaksi berkecendrungan untuk
berjalan sececara spontan.
 Entropi dari suatu sistem tergantung dari berbagai faktor. Salah
satunya adalah keadaan fisik dari sistem.
9. 1 Sifat – Sifat Entropi
 Entropi akan mengacu pada “ketidakteraturan” dalam sebuah ruang
atau distribusi energi dalam komponen partikel.
“ketidakteraturan” ini tergantung pada asumsi model struktural dari
suatu sistem. Misalnya dalam suatu wadah, zat padat adalah paling
sedikit mempunyai ketidakberaturan dan entropinya paling rendah.
Bentuk cair lebih tidak teratur, tetapi molekunya masih terletak pada
satu sisi, sehingga entopinya akan lebih tinggi.

Entropi dapat di definisikan dengan perhitungan deferensial:

Maka dapat diketahui, Entropi merupakan suatu nilai tunggal,


luas daerah dari suatu sistem.
Deferensial ds menunjukkan suatu nilai eksak diferensial untuk
perubahan batas data suatu daerah 1 ke daerah 2, maka:

Selama nilai S1 dan S2 hanya bergantung pada daerah 1 dan 2,


tidak masalah apakah perubahan keadaan tersebut dipengaruhi
oleh proses yang dapat kembali lagi (reversible) atau proses yang
tak dapat kembali lagi (ireversible)

9. 2 Kondisi termal dan Kestabilan Mekanikal dari Suatu


Sistem
Sebelum memulai pembahasan terperinci tentang sifat entropi, 2 fakta
yang harus diketahui:
1. Kapasitas panas pada volume konstan Cv adalah selalu postif
untuk zat murni dalam suatu keadaan agregasi
2. yang kedua adalah bahwa koefisien kompresibilitas K selalu
positif untuk zat murni dalam keadaan agregasi
Cv harus positif untuk memastikan stabilitas termal suatu sistem
terhadap variasi peluang dalam suhu eksternal.
Koefisien kompresibilitas telah ditentukan seperti:

Demikian pada temperatur konstan dp = - (dV/VK). Jika K


negatif, dp juga harus negatif untuk memenuhi relasinya. Tekanan dalam
sistem akan turun, yang memungkinkan tekanan eksternal untuk
mendorong sistem sedikit lebih banyak, yang dapat menurunkan tekanan
selanjutnya.
Sistem akan runtuh. Jika volume sistem secara tidak sengaja
meningkat, sistem akan meledak. Sehingga disimpulkan K harus positif
jika sistemnya harus stabil secara mekanis terhadap variasi yang tidak
disengaja dalam volumenya.
9. 3 Perubahan Entropi dalam Transformasi Termal

Untuk setiap perubahan isotermal dalam suatu keadaan, T konstan,


dapat dihapus dari integral yang kemudian menjadi:

Perubahan entropi untuk transformasi dapat dihitung dengan


mengevaluasi jumlah panas yang diperlukan untuk melakukan
perubahan dalam keadaan secara reversibel.
Persamaan (9.4) digunakan untuk menghitung perubahan entropi yang
terkait dengan perubahan keadaan agregasi pada suhu kesetimbangan.
kuantitas panas yang dibutuhkan adalah Qrev. Tekanannya konstan,
sehingga Qp = H. maka untuk penguapan cairan pada titik didih,
Persamaan. (9.4) menjadi:

dengan alasan yang sama, entropi fusi pada titik lebur diberikan oleh:

dimana Hfus adalah panas fusi pada titik leleh Tm. Untuk setiap
perubahan fase pada keseimbangan temperatur Te, Entropi pada
transisi diberikan oleh:

dimana Hfus panas pada transisi Te


9. 3.1 Aturan Trouton
Untuk banyak cairan, entropi penguapan pada titik didih normal
memiliki nilai yang kurang lebih sama:

Ini mengikuti untuk cairan yang mematuhi aturan ini:

Aturan Trouton's gagal untuk cairan seperti air, alkohol, dan amina. Ini juga
gagal untuk zat dengan titik didih 150K kebawah.

9. 4 Sifat – Sifat Diferensial Eksak & Aturan Siklus


Diferensial total dari fungsi dua variabel f (x, y) ditulis dalam bentuk:

Karena koefisien diferensial (df/dx) dan (df/dy) adalah fungsi dari x dan y,
kita dapat menulis:
Sehingga persamaan 9.10 menjadi:

urutan diferensiasi sehubungan dengan dua variabel seperti x dan y


tidak berpengaruh dan turunan campuran adalah sama, maka:

Membedakan persamaan 9.11 yang pertama pada x dan yang kedua


pada y, didapatkan:

Kedua persamaan ini dalam terang Persamaan (9.13), menghasilkan:

Turunan dalam Persamaan. (9.14) kadang-kadang disebut "lintas-


derivatif" karena hubungannya dengan diferensial total, Persamaan.
(9.12): df = M dx + N dy.
Menerapkan aturan lintas-derivatif dalam Persamaan (9.14), kita
dapatkan:

Persamaan (9.15) adalah salah satu kelompok penting persamaan yang


disebut Relasi Maxwell.

Aturan dalam Persamaan (9.14) mengikuti dari fakta bahwa diferensial


M dx + N dy adalah diferensial total dari beberapa fungsi f (x, y);
yaitu, M dx + N dy adalah ekspresi diferensial eksak, dan sebaliknya.
Sebagai contoh, anggaplah kita memiliki ekspresi bentuk:

Ini adalah pernyataan diferensial yang tepat, jika:

dg = R dx + Q dy.
9. 4.1 Aturan Siklus
Hubungan lain yang bermanfaat antara derivatif parsial adalah aturan
siklik. Diferensial total dari fungsi z (x, y) ditulis:

Penataan ulang akan menghasilkan persamaan ini:

9. 4. 2 Aplikasi Aturan Siklus


Anggaplah ketiga variabel tersebut adalah tekanan, suhu, dan volume.
Kami menulis aturan siklik menggunakan variabel p, T, V:

dari definisi koefisien ekspansi termal dan koefisien kompresibilitas, didapat:


Dengan menggunakan definisi a dan K, aturan siklik menjadi :

Maka:

Dengan aturan derivatif silang dan hubungan siklik yang dimiliki, kita dapat
memanipulasi persamaan termodinamika menjadi bentuk yang berguna.

9. 5 Perubahan Entropi Terhadap Perubahan Variabel Keadaan


Persamaan yang mendefinisikan entropi:

Jika hanya tekanan volume yang dilakukan, maka dalam transformasi


yang dapat diubah, kita memiliki Pop = p, tekanan dari sistem,
sehingga hukum pertama menjadi:
Membagi persamaan 9.22 oleh T & menggunakan definisi dS, didapatkan:

yang menghubungkan perubahan dalam entropi dS dengan perubahan


energi dan volume, dU dan dV, serta tekanan dan suhu sistem.
Persamaan (9.23) adalah kombinasi hukum pertama dan kedua
termodinamika, adalah persamaan fundamental termodinamika.

9. 6 Entropi Sebagai Fungsi Temperatur dn Volume


Mempertimbangkan entropi sebagai fungsi T dan V, kita memiliki
S=S(T, V); diferensial total ditulis sebagai:

Persamaan 9.23 dapat dibawa ke dalam bentuk Persamaan 9.24 jika


dianggap dU dalam hal dT dan dV. Dalam variabel-variabel ini,
Menggunakan nilai dU ini dalam Persamaan. (9.12), didapatkan:

Sejak Persamaan. (9.26) menyatakan perubahan dalam entropi dalam


hal perubahan dalam T dan V, itu harus identik dengan Persamaan.
(9.24), maka dapat ditulis:

Dan,

Untuk perubahan suhu yang terbatas pada volume konstan.


sekarang pertimbangan yang sama berlaku untuk U; turunan kedua
campuran adalah sama. Ini mengurangi persamaan sebelumnya menjadi:

Membandingkan Persamaan. (9.30) dan (9.28) yang kita dapatkan:

Dari persamaan 9.20 aturan siklus, dimiliki dengan


menggunakan hasil ini, kita dapatkan:
Selama K positif, tanda turunan ini tergantung pada tanda alpha;
untuk sebagian besar zat volume meningkat dengan suhu sehingga
alpha positif.

Menurut persamaan yang ditulis dalam bagian ini berlaku untuk


substansi apa pun. Jadi untuk zat apa pun kita dapat menulis
perbedaan total entropi dalam hal T dan V dalam bentuk:

Kecuali untuk gas, keterkaitan entropi pada volume di temperatur


konstan sangat kecil dalam kebanyakan situasi.
Entropi sistem pada temperatur T dapat dihubungkan dengan
entropi pada T = 0 dengan mengukur kapasitas kalor Cp pada
temperatur berbeda-beda dan mengevaluasi integral pada persamaan
3. Pada setiap transisi fase, entropi harus ditambahkan (∆Htrs/Tt).
Misalnya, jika suatu zat meleleh pada temperatur Tf dan mendidih
pada temperatur Tb, entropi diatas temperatur didihnya adalah :

Semua sifat yang diperlukan, kecuali S(0), dapat diukur secara


kalorimetri, dan integral-integralnya dapat dievaluasi secara grafis.
Referensi
 Atkins, P. W. 1993. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
 Brandy E. James. 2000. Kimia Universitas Jilid dua , Tanggerang:
Bina Rupa Aksara
 Castellan, G.W. 1983. Physical Chemistry. New York: Addison-
Wesley Publishing.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai