Anda di halaman 1dari 86

1

REFRESHING
PEMERIKSAAN FISIK
NEUROLOGI
Pembimbing:
dr. Ricky Gusanto, Sp.S
Oleh:
Khoirussyifa ZN (2013730058)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
Pemeriksaan neurologis meliputi:

Kesadara
n
Rangsan
Fungsi g
Luhur Selaput
Otak

Sistem
Saraf
Sensorik
Otak
Refleks
Sistem
Motorik

2
1 Pemeriksaan Kesadaran
Kesadaran Glasgow Coma Scale
POIN
(GCS) EYE VERBAL MOTORIC

1 Tidak ada respon Tidak ada respon Tidak ada respon

2 Buka mata dengan Hanya mengeluarkan Ekstensi


rangsang nyeri suara yang tidak (decerebrate)
punya arti
(mengerang)
3 Buka mata dengan Membentuk kata Fleksi
rangsang suara bukan kalimat (decorticate)
4 Buka mata spontan Buat kalimat tapi ada Menghindar dari
disorientasi rangsang nyeri
5 Orientasi baik Melokalisir nyeri

6 Mengikuti
4 perintah
2
Pemeriksaan Meningeal
sign
Pemeriksaan Kaku Kuduk
6

 Dapat dilakukan dengan tangan kiri pemeriksa


ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring, tangan kanan pemeriksa diatas dada
pasien.
 Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan
diusahakan agar dagu mencapai dada.
 Perhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku
kuduk, didapatkan tahanan dan dagu tidak dapat
mencapai dada.
Tanda Kernig
7

1350

900

 Posisikan pasien untuk tidur terlentang


 Fleksikan sendi panggul tegak lurus (90°) dengan tubuh
 Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari
135° terhadap paha.
 Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau
kurang dari sudut 135°, dikatakan Kernig sign positif.
Tanda Brudzinski I
8

 Pasien berbaring terlentang, tangan pemeriksa dibawah kepala


pasien, tangan pemeriksa yang satu lagi ditempatkan didada
pasien.
 Kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh
dada.
 Brudzinski I positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan
gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara
reflektorik.
Tanda Brudzinski II
9

 Pasien berbaring terlentang. Satu tungkai difleksikan


pada persendian panggul, sedangkan tungkai yang satu
lagi berada dalam keadaan ekstensi (lurus).
 Bila tungkai yang satu ikut pula terfleksi, maka
disebutkan tanda brudzinski II positif.
Tanda Lasegue
10

 Pasien berbaring. satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan


(fleksi) pada persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi
harus tetap dalam keadaan ekstensi.
 Lasegue positif jika sudah timbul rasa sakit dan tahanan
sebelum menapai sudut 70 derajat.
2
Pemeriksaan Nervi
Kranialis
Nervus Olfaktorius (N.I)
12

 Pemeriksaan bau
 Syarat : tidk ada
hambatan, tidak ada
atropi, dan penderita sadar
baik (GCS 15)
 Bahan tidak iritatif ,
biasanya tembakau, kopi,
vanili, teh, jeruk.
 Cara pemeriksaan : mata
dan hidung ditutup
bergantian.
 Interpretasi : tercium bau-
bauan secara tepat.
Nervus Optikus (N.II)
13

Lapangan
pandang Pemeriksa
(visual an warna
field)

Tajam
penglihata
n (visual Funduskopi
acquity) Terdiri dari
pemeriksa
an:
 Tajam penglihatan
 Jika memeriksa mata kanan, mata kiri ditutup
(jangan ditekan).
 Menggunakan Snellen Eye chart (6 meter)

 Menggunakan jari tangan (normal dapat dilihat


dlm jarak 60 meter), lambaian tangan (normal :
jarak 300 meter), cahaya lampu (jarak tak
terhingga), dan bila tidak dapat melihat sama
sekali berarti buta total.

14
 Lapangan pandang
 Tes konfrontasi , syarat pemeriksa harus normal.

 Cara pemeriksaan: pasien duduk atau berdiri


menghadap pemeriksa dengan jarak 1 m. Jika
memeriksa mata kanan, mata kiri pasien ditutup
dan pemeriksa harus menutup mata kanannya.
Kemudian pasien terus melihat mata kiri
pemeriksa dan pemeriksa terus melihat mata
kanan penderita Metode
-> pemeriksa menggerakan jari
tangan. Konfrontasi

15
 Pemeriksaan warna
 menggunakan tes ishihara

 menggunakan benang wol berwarna (pasien diminta


untuk mengambil warna pada kumpulan benang wol
berwarna.

16
 Pemeriksaan funduskopi
 Mata yg tdk diperiksa di tutup dg tangan penderita.

Penderita diminta melihat jauh ke depan. Tangan kiri


pemeriksa melakukan fiksasi dahi penderta, sdgkan
ophtalmoskop dipegang tangan kanan dilakukan
penyinaran 15o dari nasal.
Hypertensive
Papil normal
retinopathy stg III
17

Papil normal: berbentuk lonjong berwarna jingga


dibagian temporal sedikit pucat, batas dengan retina
berbatas tegas.
Nervus okulomotorius, troklearis dan
abdusens (N. III, IV dan VI)
18

N III, IV, VI diperiksa


bersama-sama karena
satu kesatuan fungsinya,
yaitu menggerakan otot
mata ekstraokular dan
mengangkat kelopak
mata.

• Cara pemeriksaan: pasien mengikuti jari pemeriksa yang


digerakan ke berbagai arah. Tanyakan apakah ada penglihatan
ganda, perhatikan adanya gerakan terbatas, perhatikan
adanya nistagmus.
• Gerak bola mata yang normal ialah gerak terkonjugasi yaitu
gerak bola mata kiri dan kanan selalu bersama-sama, dengan
sumbu mata yang kita-kira sejajar.
Nervus Trigeminus (N.V)
19

 Terdiri dari:
1. Motorik
2. Sensorik

 Cara pemeriksaan: pasien disuruh merapatkan giginya


sekuat mungkin dan kemudian pemeriksa meraba m.master
dan m.temporalis. Perhatikan besarnya, tonus dan
bentuknya (kontur). Kemudian pasien disuruh membuka
mulut nilai apakah ada deviasi rahang bawah. Kekuatan otot
saat menutup mulut dapat dinilai dengan menyuruh pasien
menggigit suatu benda (tong spatel).
Nervus Trigeminus (N.V)
20

 Terdiri dari:
1. Motorik
2. Sensorik

 Cara pemeriksaan: pasien disuruh merapatkan giginya


sekuat mungkin dan kemudian pemeriksa meraba m.master
dan m.temporalis. Perhatikan besarnya, tonus dan
bentuknya (kontur). Kemudian pasien disuruh membuka
mulut. Kekuatan otot saat menutup mulut dapat dinilai
dengan menyuruh pasien menggigit suatu benda (tong
spatel).
21
Nervus Fasialis (N.VII)
22

Pemeriksaan
motorik otot-
otot wajah

Pemeriksaan
Pemeriksaan rasa 2/3
Reflek anterior
lidah

Pemeriksaan
fungsi
sekresi
Pemeriksaan motorik otot- otot wajah
 Pada kondisi diam :
 dibandingkan apakah ada asimetri pada lipatan
dahi, sudut mata, lipatan nasolabial, dan sudut
mulut.
 Pada kondisi bergerak :
 mengangkat alis, amati gerakan alis dan derajat
kerutan dahi, menutup mata, mengerutkan alis,
mengembungkan pipi, bersiul, tersenyum.

23
Pemeriksaan rasa 2/3 anterior lidah

 Syarat pemeriksaan pasien harus menutup


mata dan hidung.
 Cara pemeriksaan: julurkan lidah, letakkan di
2/3 lidah depan zat (gula). Pasien akan
mengidentifikasikan rasa ini dalam kurang
dari 10 detik. Diantara tiap tes pasien diminta
berkumur.

24
Pemeriksaan fungsi sekresi
Tes Schirmer
 Lakmus merah ukuran 5x50 mm
ditempatkan di kantung konjuntiva
inferior dan dibiarkan selama 5 menit.
Kemudian diukur panjang lakmus yang
basah dalam satuan millimeter.
 Normal : lakmus berubah menjadi biru

20-30 mm

25
Pemeriksaan Reflek
 Refleks stapedius
Stethosscope loudness balance test
 Dilakukan dgn memasang stetoskop pd
telinga penderita, kemudian dilakukan
pengetukan lembut diafragma stetoskop
atau dgn menggetarkan frekuensi 256Hz di
dekat stetoskop

26
Nervus Vestibulocochlearis (Nervus VIII)
27

Pemeriksaa
Pemeriksaan n
pendengaran keseimban
gan
Pemeriksaan pendengaran
 Untuk menilai adanya tuli konduktif atau tuli
perseptif/tuli saraf.
 Dilakukan dgn :
 Suara bisik

 Arloji Tes
Weber
 Garputala, yg dinilai :

 Tes weber
 Tes rinne (menilai tulang dan hantaran udara)
 Tes schwabach
Tes Rinne

Schwabach
28
28
Pemeriksaan keseimbangan
 Vertigo dengan hallpike maneuver
 Nistagmus dengan hallpike maneuver

hallpike
maneuver

 Tes romberg
1. penderita berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki
yang lainnya
2. lengan dilipat didada dan mata ditutup
29 Normal: dapat bertahan selama 30 setik atau lebih
Nervus Glossopharyngeus dan
Vagus (N. IX dan X)
30

Cara pemeriksaan: minta pasien untuk membuka mulut


denganlebar sampai terlihat dinding posterior faring, minta
pasien menyebut “ah”. Normal jika uvula lurus dan tetap
berada di medial.
Reflek Muntah dan Pemeriksaan
Sensorik
Pemeriksa meraba dinding belakang
pharynx dan bandingkan refleks muntah
kanan dengan kiri. Refleks ini mungkin
menghilang pada pasien lanjut usia.

31
Nervus Accesorius (N. XI)
32

m.
m. Trapezius
sternokleidomastoideus

Penderita disuruh Penderita memalingkan kepala ke


mengangkat bahu dan arah kanan utk memeriksa
pemeriksa menahannya strenokleidomastoideus kiri dengan
tangan penderita menahannya.
Nervus Hipoglossus (N. XII)
33

Cara pemeriksaan: Buka mulut dan


julurkan lidah. Normal jika lidah di
tengah. Lidah miring ke kiri =
kelumpuhan N.XII kiri.
4 Pemeriksaan Motorik
1. Inspeksi
35

 Perhatikan sikap, bentuk, ukuran dan


adanya gerak abnormal yang tidak dapat
dikendalikan.
2. Palpasi
36

 Palpasi untuk menentukan konsistensi


serta nyeri-tekan, untuk menilai tonus
otot, terutama bila ada hipotoni.
3. Pemeriksaan Gerakan
37
Pasif
 Penderita disuruh mengistirahatkan
ekstremitasnya kemudian digerakkan
pada persendiannya. Gerakan dibuat
bervariasi sambal dinilai tahanannya.
4. Pemeriksaan Gerakan
38
Aktif
 Untuk memeriksa adanya kelumpuhan
dapat menggunakan 2 cara:
1. Pasien disuruh menggerakan bagian
ekstremitas atau badan dan kita menahan
gerakan ini.
2. Pemeriksa menggerakan bagian
ekstremitas atau badan pasien dan suruh
menahan.
5. Koordinasi Gerakan
39

 Disdiadokokinesia :
 Tidak dapat melakukan gerakan bolak balik

 Disinergia
 Menyuruh ps menggambil gelas,
menggambar lingkaran
 Dismetria
 Tidak mampu mengukur ketepatan gerakan

 Tes finger to nose, finger to finger

 Rebound phenomenon
 Scanning speech
Rebound Finger to nose test
phenomenon

40
5 Fungsi Sensorik
1. Menguji sensasi nyeri: dengan menggunakan Spatel
lidah yang di patahkan atau ujung kayu aplikator
kapasdigoreskan pada beberapa area kulit, Minta klien
untuk bersuara pada saat di rasakan sensasi tumpul
atau tajam.
2. Menguji sensai panas dan dingin: dengan
menggunakan Dua tabung tes, satu berisi air panas
dan satu air dingin, Sentuh kulit dengan tabung
tersebut minta klien untuk mengidentifikasi sensasi
panas atau dingin.
3. Sentuhan ringan : dengan menggunakan Bola kapas
atau lidi kapas, Beri sentuhan ringan ujung kapas
pada titik-titik berbeda sepanjang permukaan kulit
minta klien untuk bersuara jika merasakan sensasi
4. Vibrasi/getaran : dengan garputala, Tempelkan
42
batang garpu tala yang sedang bergetar di bagian
6 Pemeriksaan Refleks
1. Reflek fisiologis
Refleks glabella
• Pukulan singkat pada glabella atau sekitar
supraorbitalis mengakibatkan kontraksi singkat
kedua otot orbicularis okuli. Pada lesi perifer vervus
fasialis, reflex ini berkurang atau negatif.

44
1. Reflek fisiologis
Refleks bisep
• Posisi: dilakukan dengan pasien duduk, dengan
membiarkan lengan untuk beristirahat di pangkuan
pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90
derajat di siku.
• Identifikasi tendon: minta pasien memflexikan di siku
sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa
antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti
tali tebal.
• Cara: ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan
pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah
diketuk pada sendi siku.
• Respon : fleksi lengan pada sendi siku

45
1. Reflek fisiologis
Refleks trisep :
• Posisi : dilakukan dengan pasien duduk. dengan
Perlahan tarik lengan keluar dari tubuh pasien,
sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau
Lengan bawah harus menjuntai ke bawah langsung di
siku
• Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
• Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku

46
1. Reflek fisiologis
Refleks brachiradialis
• Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah
harus beristirahat longgar di pangkuan pasien.
• Cara: ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon
melintasi (sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari
sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. posisi
lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
• Respons: flexi pada lengan bawah, supinasi pada siku
dan tangan

47
1. Reflek fisiologis
Refleks patella
• Posisi klien : dapat dilakukan dengan duduk atau
berbaring terlentang
• Cara : ketukan pada tendon patella
• Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi
m.quadrisep femoris

48
1. Reflek fisiologis
Refleks achiles
• Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja
ujian. Atau dengan berbaring terlentang dengan
posisi kaki melintasi diatas kaki di atas yang lain atau
mengatur kaki dalam posisi tipe katak.
• Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar
flexi.
• Cara : ketukan hammer pada tendon achilles
• Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi
m.gastroenemius

49
2. Reflek patologis
Reflek babinski:
• Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua
kaki diluruskan.
• Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki
pasien agar kaki tetap pada tempatnya.
• Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari
posterior ke anterior
• Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi
ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya

50
2. Reflek patologis
Refleks chaddok
• Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar
maleolus lateralis dari posterior ke anterior
• Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari,
disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

51
2. Reflek patologis
Refleks schaeffer
• Menekan tendon achilles.
• Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki,
disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

52
2. Reflek patologis
Refleks oppenheim
• Pengurutan dengan kuat tibia dan otot tibilis anterior
kea rah distal.
• Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki,
disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

53
2. Reflek patologis
Refleks Gordon
• menekan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
• Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki,
disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

54
2. Reflek patologis
Refleks gonda
• Menekan (memfleksikan) satu jari kaki, lalu
melepaskannya dengan cepat.
• Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki,
disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

55
Click icon to add picture

TERIMAKASIH

56
58
60
INTERPRETASI VISUS N. II
• 6/6 : dpt melihat huruf pd jarak 6 m, dimana oleh orang normal dpt
dilihat pd jarak 6 m
• 6/30 : dpt melihat huruf pd jarak 6 m, dimana oleh orang normal dpt
dilihat pd jarak 30 m
BILA TDK DPT MELIHAT HURUF TERBESAR , DILAKUKAN UJI HITUNG JARI
• 3/60 : dpt menentukan jumlah jari pd jarak 3m, yg oleh orang normal dpt
terlihat pd jarak 60 mtr
• 1/60 : dpt menghitung jari pd jarak 1 m
BILA TDK DPT MENGHITUNG JUMLAH JARI, DILAKUKAN UJI LAMBAIAN TANGAN
DIMANA ORANG NORMAL DPT MELIHAT LAMBAIAN TANGAN PD JARAK
300 M
• 1/300 : melihat lambaian tangan pd jarak 1 m
• bila hanya dpt melihat adanya sinar  visus = 1/~ orang normal dpt
melihat adanya sinar pd jarak tak terhingga ( ~ )
BILA TDK MENGENAL SINAR SAMA SEKALI

61 visus = 0 ( buta total )
N. III, IV, VI
Nerves Muscle Action Action
primary secondary
oculomotor Superior rectus Moves ye up Adduct,rotates inward
Inferior rectus Moves eye Adduct,rotates
Medial rectus down outward
Inferior oblique Abduct None
Moves eye up Abducts,rotates
outward
trochlear
Superior moves eye Abducts,rotates
oblique down inward

abdusens none
Lateral rectus Moves eye out

62
63
V N. Trigeminus

64
65
Nervus Trigeminus (N.V)
66

 Sensorik
 Distribusi perifer : nervus V-1, V-2, V-3

 Distribusi segmental : onion shape


 Motorik
 Merapatkan gigi ( m. masseter dan m. temporalis
bandingkan kanan dan kiri)
 Buka mulut (m. pterygoideus eksernus) bila
parese → deviasi ke sisi otot yg lesi
 Menggerakkan rahang dari sisi ke sisi melawan
tahanan
 Menggigit tongue spatel kayu dg gigi geraham
 Refleks
 Jaw Jerk Refleks
 Reflek kornea

67
2. Fungsi Sensorik
Sensasi Eksteroseptif
68

 Sensasi Nyeri Dan Suhu


 Nyeri :
 Alat yg dipakai berupa jarum biasa, peniti, jarum pentul
 Mata penderita tertutup
 Tekankan pda kulit penderita seminimal mungkin spy
tidak terjadi perlukaan
 Penderita ditanya ‘apakah anda merasakan ini? Apakah
ini runcing?
 Rangsangan dilakukan dg ujung dan kepala jarum
bergantian, penderita diminta utk menyatakan
sensasinya
 Juga ditykan apakah terdpat perbedaan intensitas pd
daerah yg berbeda.
2. Fungsi Sensorik
Sensasi Eksteroseptif
69

 Suhu :
 Alat yg dipakai : tabung yg diisi air dingin
dan air panas, dingin dg suhu 5– 10 o C ;
panas suhu 40-45o C
 Penderita sebaiknya berbaring
 Mata penderita tertutup
 Tabung dicobakan terlebih dahulu pd
pemeriksa
 Tabung ditempelkan pada kulit penderita
dan penderita diminta untuk menyatakan
apakah yg terasa dingin atau panas
70

 Sensasi Taktil
 Alat yg dipakai : kuas halus, kapas, bulu,
tissue
 Stimuli harus seringan mungkin, jangan
memberi tekanan pada jaringan subkutan
 Penderita diminta utk menyatakan ya atau
tidak apabila ia merasakan atau tidak
merasakan rangsangan, dan pederita juga
diminta utk menyatakan bagian tubuh
mana yg dirangsang.
71

Nyeri Taktil
Propioseptik
72

 Gerak /posisi
 Tes dilakukan dalam keadaan mata tertutup
 Pd saat memberikan instruksi pasien dlm
keadaan mata terbuka utk melihat respon
yg diharapkan sblm diberikan tes.
 Pemeriksa memegang jari yg rileks dan
menjauhkan dr jari yg lain sejajar dgn
bidang gerak
 Kemudian jari digerakkan naik atau turun,
dan pasien diminta untuk menentukan arah
gerakan dari posisi semula
73
74

 Getar
 Alat yg dipakai : garpu tala frekuensi 128
Hz atau 256 hz
 Getarkan gapu tala
 Kemudian pangkal garpu tala segera
ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
dan dipertahankan hingga pasien tidak
merasakan getaran
 lakukan pemeriksaan pada sisi satunya
yang homolog
75
Propioseptik..
76

 Tekan
 Alat yang dipakai : benda tumpul atau
menggunakan ujung jari
 Penderita berbaring dgn mata tertutup
 Benda tumpul ditempelkan atau
disentuhkan lebih kuat terhadap kulit
 Penderita diminta untuk menyatakan
apakah ada tekanan dan sekaligus diminta
utk mengatakan daerah mana yg ditekan
 Lapangan pandang (N.II)

77
PEMERIKSAAN
MOTORIK
Pemeriksaan Motorik
 Kekuatan
0: tidak ada aktivitas
1: tidak ada gerakan, namun ada kontraksi otot
2: gerakan tanpa bisa melawan gravitasi
3: gerakan dapat melawan gravitasi
4: gerakan dapat melawan tahanan ringan
5: normal
 Tonus
 Hipotonus
 Eutonus
 Hipertonus
 Spastis
 Rigid
 Trof
 Atrof
 Eutrof
 Hipertrof
Pemeriksaan motorik
 Koordinasi
 Gait
 Abnormalitas gerakan
Pemeriksaan motorik
5 pattern kelemahan otot

1. Upper motor neuron


2. Lower motor neuron
3. Neuromuscular junction
 Fatigue weakness
 Tonus normal
 Reflek fsiologis normal
4. Otot
 Tonus turun, reflek fsiologis menurun atau hilang
5. Kelemahan fungsional
 Tonus normal
 Reflek fsiologis normal
Pemeriksaan Motorik
 Setiap paresis(kelumpuhan) harus ditentukan:
 UPPER MOTOR NEURON (UMN)
 Korteks, subkorteks, batang otak, medula spinalis
 Tanda:
 Kelemahan jenis piramidal (ekstensor di lengan, fleksor di tungkai)
 Tonus ↑↑
 Reflek fsiologis +++ (↑)
 Reflek patologis +
 LOWER MOTOR NEURON (LMN)
 Cornu anterior, radiks, pleksus, saraf
 Tanda:
 Fasikulasi
 Tonus menurun
 Reflek fsiologis menurun atau –
 Reflkek patologis -
 Pemeriksaan Sensorik
 Pemeriksaan Otonom
 Pemeriksaan Fungsi Luhur

Anda mungkin juga menyukai