Anda di halaman 1dari 22

Konstipasi pada

Anak
Definisi
• Tidak berhasil melakukan defekasi dengan kekuatan sendiri,
sakit saat berdefekasi atau telah terjadi inkontinensia sebagai
akibat penumpukan tinja.

• Konstipasi kronis : gangguan gastrointestinalis yang terdiri dari


tinja yang keras, defekasi kurang dr 3x/minggu,
ketidakmampuan mengeluarkan tinja yang keras maupun
lunak yang berlangsung lebih dari 6 minggu.
- Konstipasi lebih merupakan suatu gejala klinis dibanding
sebagai suatu penyakit tersendiri.
- Konstipasi ditemukan pada 3% anak usia prasekolah dan
1-2% anak usia sekolah.
- Frekuensi b.a.b pada anak menurun seiring dengan
bertambahnya usia.
- minggu-minggu pertama kehidupan: rata-rata lebih dari
4 kali sehari
- usia 4 bulan : 2 kali sehari
- usia 4 tahun : 1 kali sehari
- anak berusia 1 sampai 4 tahun mengalami b.a.b 3 kali
sehari hingga dua hari sekali atau tiga kali seminggu.
Klasifikasi
Berdasarkan etiologi :
- Kelainan struktural
- Konstipasi fungsional

Berdasarkan awitan :
- Akut : 1-4 minggu
- Kronis : > 4 minggu

Konstipasi fungsional :
- Primer
- Sekunder
Berbagai komponen dalam merumuskan adanya konstipasi (Camilleri dkk)

Gejala Mengedan, feses kerasm kegagalan usaha untuk


defekasi, evakuasi yang tidak lengkap, jarang defekasi
Bentuk dan konsistensi Feses encer menunjukkan waktu transit yang singkat,
feses feses keras dan kecil menunjukkan waktu transit yang
lama

Definisi konstipas i Kurang dari 3x/minggu; mengedan, feses keras,


evakuasi yg tdk lengkap lebih dari 25% usaha
defekasi. Konstipasi di-definisikan apabila ada 2 atau
lebih gejala dalam waktu 12 bulan

Definisi konstipasi Defekasi perminggu 2x atau kurang, mengejan lebih


(kriteria ‘Rome’ untuk dari 25% usaha defekasi; tinja keras, masa feses
konstipasi fungsional bentuk tdk teratur , rasa evakuasi yang lengkap pada
25% usaha defekasi. Konstipasi didefinisikan apabila
terdapat 2 gejala atau lebih dalam waktu paling
sedikit 3 bulan
Pengukuran fisiologis Waktu transit kolon
• Rata-rata transit intestinum : 33 jam
• Rata-rata waktu transit meningkat sesuai umur, menjadi
kurang lebih 8,5 jam pada usai 1-3 bulan, 16 jam pada usia 4-
24 bulan dan 26 jam pada 3-13 tahun.
Diagnosis
• Pada anak < 4 tahun :
- Defekasi kurang dari 3 x/ minggu
- Nyeri saat b.a.b
- Impaksi rektum
- Adanya massa feses di abdomen

• Pada anak > 4 tahun :


- Frekuensi b.a.b kurang atau sama dengan 2x/ minggu tanpa
menggunakan laksatif
- 2x/lebih episode soiling/ enkopresis dalam seminggu
- Teraba massa feses di abdomen atau rektum pada
pemeriksaan fisik
Feses yg tidak
dikeluarkan

Retensi feses , lebih Distensi rektum


lanjut ± soiling

Takut dan Refleks atau


menahan defekasi keinginan defekasi
tertekan

Nyeri pada fisura


Tidak ada
keinginan defekasi

Feses keras

Absorpsi air dari feses


Etiologi
Perubahan anatomi dan fisiologis
*struktural Teratoma pada sakrum
- Stenosis anal *aganglionois pada pleksus
- Anus imperforata mienterikus yang abnormal
- Malposisi anus kearah anterior - Hirschprung’s disease kongenital
*striktura inflamasi yang didapat - Chagas disease yang didapat
- Enterokolitis nekrotikans - Pseudoobstruksi intestinal
- Inflamasi usus *muskulus abdomen abnormal
*malrotasi, congenital intestinal bands - Prune Belly
- Tumor medula spinalis - Gastroshisis
*hipotonia *Inervasi abnormal
- Serebral palsi - Meningomiokel
- Amiotonia kongenital *konstutional
- Miopati visceral yang bersifat - Predisposisi genetik
familial - Inersia kolon
*gangguan jaringan pengikat *volume yg kurang dan kering
- skleroderma - Diet rendah serat
- Amioloidosis - Dehidrasi
*massa pada pelvis abdominal - Malnutrisi, kurang makan
- Meningimiokel sakrum anterior - Diet salah
Keadaan disfungsional Disfungsi metabolik atau endokrin
*Perkembangan *hipotiroidisme
- Gangguan kognitif *hiperkalsemia
- Kurang perhatian *Diabetes mellitus
*situasional *panhipopituitarisme
- Intervensi orang tua yang
berlebihan
- Toilet training yang berlebihan
- Menghindari kamar mandi sekolah
*psikogenik
- Depresi
- Anoreksia nervosa
Obat -obatan
Obat-obat yg menyebabkan konstipasi

Mineral Antidepresan trisiklik


- Aluminium (Antasida dan sukralfat) - Metilfenidat
- Suplemen kalsium Antiparkonson
- Barium sulfat Simpatomimetik
- Bismut - Efedrin
Opiat dan antimotilitas - Isoproteronol
- Kodein - Fenileprin
- Difenoksilat (lomotil) - Fenilpropanolamin
- Loperamid (imodium) - Pseudoefedrin
Antihipertensi dan antiaritmia - Terbutalin
- Calcium Channel Blockers Antiinflamasi non steroid
- Klonidin (Catapres) Diuretika
- Disopiramid (Norpace) Logam berat
Antikolinergik dan antispasmodik - Arsen
- Fenotiazine - Timah
- Neuroleptika - Merkuri
Anamnesis
- Pola BAB, frekuensi BAB, konsistensi feses, nyeri
saat BAB
- Keadaan anak secara umum
- Riwayat konstipasi

Pemeriksaan fisik
Keadaan abdomen, tonus sfingter anus lokalisasi
dan konsistensi tinja pada ampula rektum.
Massa tinja pada abdomen dapat ditemukan pada
kuadran kiri bawah abdomen. Konstipasi berat
ditemukan dibawah processus xyphoideus.
Colok dubur
Fisura ani, nyeri pada anus, adanya tinja didalam rektum,
ada tidaknya darah pada tinja, tonus, dan kontraksi
sfingter.

Pemeriksaan penunjang
Foto polos abdomen : menilai adanya skibala / kelainan
tulang belakang.
Barium enema : daerah aganglion. Hirschprung terdapat
gambaran redundant sigmoid colon, megacolon,
megarektum
Manometri anorektal : menilai tekanan rektum dan
sfingter anus, menilai sensasi rektum, refleks rekto-ani.
Perbedaan gejala dan tanda pada konstipasi fungsional pada p. Hirschprung
Variabel Fungsional p. Hirschprung
Anamnesis
Awitan Setelah usia 2 tahun Sejak lahir
Enkopresis/soiling Sering Sangat jarang
gagal tumbuh Jarang Mungkin
Enterokolitis Tidak Mungkin
Latihan berhajat dipaksa Biasa Tidak
Nyeri perut Kadang-kadang Sering
Ukuran feses Besar Normal
Perilaku menahan defekasi Sering Jarang
Pemeriksaan fisis
Distensi abdomen Jarang Sering
Berat badan sulit naik Jarang Sering
Tonus anus Normal Normal
Pemeriksaan rektum Feses di ampula Ampula kosong
Malnutrisi Tidak Mungkin
Masa feses di abdomen Sering Jarang
Laboratorium
Barium enema Jumlah feses banyak Zona transisi
Tidak ada zona transisi Evakuasi terlambat (24jam)
manometri anorektal Distensi rektum disebabkan Tidak ada relaksasi sfingter
relaksasi sfingter internal atau peningkatan tekanan
Normal paradoksikal
Biopsi rektum Tidak ada sel ganglion
Peningkatan asetilkolin
Kriteria Roma II
Keluhan selama 12 minggu, tidak perlu berurutan, dan telah berlangsung selama
12 bulan dengan memenuhi 2 atau lebih kriteria sebagai berikut.

- Straining pada > 1 kali dalam 4 kali defekasi


- Konsistensi tinja keras pada > 1 kali dalam 4 kali b.a.b
- Rasa pengeluaran tinja yang tidak komplit > 1 kali dalam 4 kali b.a.b
- Rasa adanya obstruksi atau blockade anorektal pada > 1 kali dalam 4 b.a.b
- Diperlukan tindakan manual > 1 dalam 4 b.a.b (misalnya, menggunakan jari,
menyokong rongga pelvis)
- Frekuensi b.a.b kurang dari 3 kali/ minggu
- Tidak disertai tinja cair dan tidak memenuhi kriteria irritable bowel syndrome
Penatalaksanaan
• Jika konstipasi akibat dr kelainan medis maka
kelainan pimer harus diobati.
• Jika terjadi karna penggunaan obat, maka
hentikan pemakaian obat.
Non medikamentosa
Edukasi dan modifikasi gaya hidup. Asupan serat ±
14g/hari, minum yg cukup 2liter/hari.
Pd keadaan seperti megakolon atau
megarektum/atonia kolorektal, konstipasi yg
disebabkan obat, diet yg mengandung serat
merupakan kontraindikasi. Berikan obat-obat
laksatif.
Pengobatan medika mentosa
- Laksatif pembentuk massa berguna pada penderita dgn
konstipasi idiopatik . Efek : bersifat stimulant dpt
menyebabkan atonia rektum.
- Konstipasi akibat gangguan motorik : penggunaan obat laksatif
prokinetik. Contoh : Cisapride merangsang pelepasan
asetikolin dari pleksus mientrikus.

Berdasarkan berat ringannya keadaan


a. Konstipasi ringan
Pada bayi beri Pencahar osmotik : suspensi magnesium oksida,
mulai dosis 1 sendok teh 2x/hari.
bayi usia 9-12 bulan dgn keluhan sakit dan berdarah saat
defekasi : pelunak feses dioctyl sodium sulphosuccinate
kombinasi dgn stimulan laksatif ringan .
Anak-anak lebih besar : metilselulose atau laktulose.
b. Konstipasi berat
Tujuan : mencegah atau menghentikan terjadinya soiling,
mengembalikan kebiasaan defekasi yg teratur, mengembalikan
keinginan untuk defekasi, dan mencegah terjadinya kemacetan
(impaction) kembali.

Davidson dkk
Anak usia prasekolah membagi 3 fase : fase permulaan
(evaluasi), fase kedua (regulasi dan motivasi), dan fase ketiga
(continuation).
- Program penatalaksanaan konstipasi kronis dan enkopresis
meliputi pembersihan usus, terapi rumatan untuk mencegah
retensi feses, modifikasi diit, latihan khusus dan modifikasi
tingkah laku.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai