Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

FILARIASIS

Disusun oleh:

Hansen Ferdinan panjaitan

1261050169

Pembimbing:

Dr. Poltak Hutagalung

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


PERIODE 07 MEI – 21 JULI 2018
KEPANITERAAN KLINIK ILMU
FAKULTAS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
KEDOKTERAN
RSUD KOTA UNIVERSITAS
BEKASI PERIODE 06 MARET
KRISTEN 2017 – 06 MEI 2017
INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
2018 KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
ULI 2017 – 25 AGUSTUS 2017
DEFINISI

Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah
merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi
cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

(Depkes RI, 2008)

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular


menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan
oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

(Chin J, 2006).
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
VEKTOR

 Nyamuk Anophelini ( Tribus Anopheles) dan Non


Anophelini (Tribus Culicini, terdiri atas genus Culex,
Aedes, Mansonia, Coquilettidia);

 Di Indonesia ditemukan 3 jenis parasit nematoda


penyebab filariasis limfatik pada manusia, yaitu Wucheria
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori
 Vektor utama filariasis bancrofti di perkotaan adalah Culex
quinquefasciatus , sedangkan di pedesaan adalah berbagai spesies
Anopheles, Aedes kochi, Cx. Annulirostris dan Armigeres obsturbans
 Vektor utama filariasis malayi adalah berbagai spesies
Anopheles, Mansonia dan Coquilettidia
 Vektor utama filariasis timori adalah Anopheles barbirotris
HOSPES
 Biasanya pendatang baru ke daerah endemis lebih rentan
terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita daripada
penduduk asli. Pada umumnya laki-laki lebih banyak yang
terkena infeksi,
Agent
Wuchereria Bancrofti Ciri-cirinya:
1. Cacing dewasa jantan dan
betina hidup di saluran dan
kelenjar limfe (getah bening).
2. Bentuknya halus seperti
benang dan berwarna putih
susu.
3. Cacing betina berukuran 65-
100mm x 1,25mm.
4. Cacing jantan berukuran 40
mm x 0,1 mm.
5. Banyak tersebar di
beriklim daerah
tropis dunia. di
seluruh
Brugia Malayi Ciri-cirinya:
1. Cacing dewasa jantan
dan betina hidup di
pembuluh limfe (getah
bening).
2. Bentuknya halus
berwarna putih susu.
3. Cacing betina
berukuran 55mm x
0,16mm.
4. Cacing jantan berukuran
22- 23mm x 0,09mm.
5. Banyak terdapat di Asia,
dari India sampai ke
Jepang, termasuk
Indonesia.
Ciri-ciri :
Brugia Timori 1. Cacing dewasa jantan dan
betina hidup di pembuluh
limfe (getah bening).
2. Bentuknya halus berwarna
putih susu.
3. Cacing betina
berukuran
21-39mm x 0,1mm.
4. Cacing jantan berukuran
13-23mm x 0,08mm.
5. Banyak di temukan di
Indonesia bagian Timur di
Pulau Timor, Flores, Rote,
Alor dan beberapa pulau
kecil di Nusa Tenggara
Timur.
PATOFISIOLOGI
Gejala Klinis
A.Gejala dan Tanda Klinis Akut

• Demam berulang ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat
dan timbul lagi setelah bekerja berat.
• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan
paha, ketiak yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan.
• Adanya luka yang mengeluarkan darah dan nanah pada kelenjar limfe (getah
bening) yang meradang.
• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada dan alat kelamin perempuan dan
laki-laki yang tampak kemerahan dan terasa panas.
B. Gejala dan Tanda Klinis Akut

• Limfedema
• terjadi pembengkakan seluruh kaki, seluruh
lengan, skrotum, penis, vulva, vagina, dan
payudara.

• Lymph Scrotum
• Lymph scrotum adalah pelebaran saluran limfe
superfisial pada kulit scrotum, kadangkadang
pada kulit penis, sehingga saluran limfe tersebut
mudah pecah dan cairan limfe mengalir keluar
dan membasahi pakaian.

• Kiluria
• Kiluria adalah kebocoran atau pecahnya saluran
limfe dan pembuluh darah di ginjal (pelvis renal)
oleh cacing filaria dewasa spesies W. brancofti,
sehingga cairan limfe dan darah masuk ke dalam
saluran kemih.
 Hidrokel
 Hidrokel adalah pembengkakan
kantung buah pelir karena
terkumpulnya cairan limfe di dalam
tunica vaginalis testis.
 Akumulasi cairan limfe disertai
dengan komplikasi yaitu Chyle
(Chylocele), darah (haematocele) atau
nanah (pyocele).
 Hidrokel banyak ditemukan didaerah
endemis W. bancrofti dan dapat
digunakan sebagai indikator adanya
infeksi W. bancrofti.
Diagnosis

 Klinik
 Demam, lymphangitis, lymphadenitis, persisten lymphadenitis,
lymphvarices, lymphoedema, hydrocele, chyluria

 Parasitologi
 menemukan microfilaria di dalam darah, cairan hidrokel atau cairan
kiluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal
 Teknik biologi molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi parasit
melalui DNA parasit menggunakan reaksi rantai polymerase
(Polymerase Chain Reaction/ PCR).
 Radiodiagnosis
 Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG)
pada skrotum dan kelenjar getah bening
inguinal
 Pemeriksaan limfosintigrafi dengan
menggunakan dekstran atau albumin yang
ditandai dengan zat radioaktif
 Imunologi
 Dengan tehnik ELISA  dan immunochromatografic test (ICT),
menggunakan antobodi monoklonial yang spesifik.

Interpretasi hasil:
• Positif untuk antibodi brugia
spesifik jika terdapat garis pada
baris B dan C. dianggap sebagai
yang positif.
• Negatif untuk antibodi brugia
spesifik jika hanya kontrol garis B
yang muncul.
• Invalid jika kontrol garis B tidak
muncul.
Penatalaksanaan

 Perawatan umum :
 Istirahat di tempat tidur, pindah tempat ke daerah
dingin
 Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi sekunder dan
abses
 Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi
edema
Diethyl Carbamazine Citrate (DEC)
1. Melumpuhkan otot mf, mf tidak dpt bertahan di tempat

hidupnya
2. Mengubah komposisi dinding mf, jadi lebih mudah
dihancurkan oleh sistim pertahanan tubuh
 Dalam beberapa jam mf di sirkulasi darah mati
3.Menyebabkan matinya sebagian cacing dewasa.

- Setelah diminum, DEC cepat diserap oleh saluran cerna, kadar


maksimal dalam plasma darah setelah 4 jam,
diekskresikan seluruhnya melalui urin dalam waktu 48 jam
Dosis Obat

Anak-anak :
- 1 mg/KgBB P.O. dosis tunggal untuk hari I
- 1 mg/KgBB P.O. 3x/hari pada hari II
- 1-2 mg/KgBB P.O. 3x/hari pada hari III
- 6 mg/KgBB P.O. 3x/hari pada hari IV-XIV

Dewasa :
- 50 mg P.O. dosis tunggal hari I
- 50 mg P.O. 3x/hari pada hari II
- 100mg P.O. 3x/hari pada hari III
- 6 mg/KgBB P.O. 3x/hari pada hari IV-XIV
 Efek samping ada 2 macam :
 Karena obat sendiri
 Karena mf atau filaria yang mati

 Obat sendiri Mual, muntah, pusing


 Mf dan filaria demam, pening, sakit pinggang, mual,
muntah terutama pada mikrofilaremia yang tinggi
Albendazole
- Di daerah endemis filariasis, kecacingan usus,
ditemukan cukup tinggi  Albendazole efektif
mematikan cacing usus
- Albendazol meningkatkan efek DEC dalam
mematikan cacing filaria dewasa dan mf tanpa
menambah reaksi yang tidak dikehendaki.

Obat Reaksi Pengobatan


- Paracetamol
- CTM
- Salep
antibiotika
- Antibiotika
oral
Pencegahan

1. Proteksi diri dari gigitan nyamuk


2. Pengontrolan vektor
3. Sanitasi lingkungan
4. Pengecekan darah secara berkala untuk mencegah
gejala klinis

Anda mungkin juga menyukai