Anda di halaman 1dari 64

CLINICAL SCIENCE SESSION

MENINGITIS
Fitri Septiani – 12100113028
Diana Vevy F – 12100113065
CRANIAL MENINGES
CRANIAL MENINGES
• CNS dilapisi 3 meninges :
1. Duramater
2. Arachnoid
3. Piamater
Duramater
merupakan 2 membran fibrous yang melekat.
a. Outer dural layer
• Merupakan lapisan dari dura mater (peiosteal
dura) yang dekat dengan inner lamina (bagian
terdalam) dari cranium. Di daerah ini terdapat :
• Cabang-cabang utama dari middle meningeal
a.
• Epidural space à merupakan space yang
berada di antara inner lamina dari cranium
dengan dura mater ini.
b. Inner dural layer
• Disebut juga true dura mater, yang melekat pada
outer dural layer. Di daerah ini terdapat
struktur-struktur:
o Lipatan-lipatan inner dural layer
- Falx cerebri, berada antara cerebral hemisphere
- Falx cerebeli, berada di midsagittal plane
- Tentorium cerebelli, antara cerebrum dengan
cerebellum
- Diaphragm sellae
o Dural venous sinuses
Venous drainage
- Superior sagittal sinus, berada di falx cerebri,
dimulai dari crista galii ke posterior, menerima
darah dari superficial cerebral vein.
- Inferior sagittal sinus, berada di inferior falx cerebri
- Straight sinus, dari apex tentorium cerebelli lalu
bergabung dengan cerebral vein.
- Confluences sinuses, dibentuk dari gabungan
superior sagittal, straight & occipital sinuses.
- Transverse sinuses, berada dikedua sisi tentorium
cerebelli.
- Superior petrosal sinus
- Sigmoid sinus
oCranial nerve, ada cranial nerve yang
melewati daerah ini dari bagian anterior
menuju posterior.
oEpidural space,
• merupakan space yang berada di antara inner
lamina dari cranium dengan dura mater (outer
layer/periosteal dura)
oSubdural space, merupakan space antara
true dura dengan arachnoid layer.
Arachnoid
• Terdiri dari fibrous membrane mengandung
serat-serat collagen dan elastic.
• Subarachnoid space antara lapisan arachnoid
dengan pia mater, yang berisi CSF (Cerebropinal
Fluid)
Pia mater
• , jaringan ikat transparan, merupakan lapisan
yang langsung melekat ke otak.
Cerebrospinal Fluid (CSF)
• Cairan yang mengelilingi ruang subaraknoid
sekitar otak dan medulla spinalis serta mengisi
ventrikel dalam otak.
• Komposisi dari CSF menyerupai plasma darah
dan cairan interstisial, tetapi tidak mengandung
protein.
CSF dihasilkan oleh:
• Pleksus koroid: jarring-jaring kapiler benbentuk
bunga kol yang menonjol dari piamater ke dalam
dua vebtrikel otak.
• Sekresikan oleh sel-sel ependimal, yang mengitari
pembuluh darah cerebtral dan melapisi kanal
sentral medulla spinalis.
Fungsi dari CSF
• Bantalan untuk jaringan lunak otak dan medulla
spinalis.
• Media pertukaran nutrient dan zat buangan
antara darah dan otak serta medulla spinalis.
MENINGITIS
DEFINISI
• Inflamasi pada membran yang melindungi
brain dan spical cord.
• Meningitis mengacu pada proses inflamasi pada
leptomeninges dan cairan serebrospinal dalam
rongga subarakhnoid
KLASIFIKASI
Berdasarkan tampilan CSS :
• Meningitis serosa : Penyebab mycobacterium
tuberculosa,viral, toxoplasma gondii,
ricktsia,fungi
• Meningitis purulenta : penyebab N.
meningitidis, S. Pneumoniae,H. Influenza.
Staphy. Aureus. E.coli
KLASIFIKASI
• Waktu:
▫ Acute
▫ Subacute
▫ Cronic
MENINGITIS PURULENTA
MENINGITIS PURULENTA
• Insidensi epidemiology
• Streptococcus pneumoni (50 %), N.
Meningitidis (25%), group B streptococcus
(15%) dan Listeria Monocytogenes (10 %),
PATOGENESIS
• Infeksi dapat mencapai
selaput otak melalui:
• Hematogen,
• Perkontinuitatum,
• Implantasi langsung trauma
kepala terbuka, tindakan
bedah otak, pungsi lumbal
MANIFESTASI KLINIS
• Trias klasik meningitis: demam, nyeri kepala,
kaku kuduk
▫ tanda neurologis : gangguan kesadaran,
kelumpuhan saraf kranial, defisit neurologis fokal,
dan kejang
▫ tanda meningen : kaku kuduk, Kernig sign,
Laseque sign, dan Brudzinski sign
• Iritasi dan kerusakan saraf kranial
• Meningitis meningococcal
• Peningkatan tekanan intrakranial
SIGN -SYMPTOM
• Pada Bayi dan Neonatus
• Tanda dan gejala dapat tidak terlihat dan non-spesifik .
• Tanda awal: subfebris dan perubahan perilaku ringan 
demam tinggi, letargi, iritabilitas, hipotermi, kejang,
menonjolnya fontanel, malas menyusu, muntah, dan
respiratory distress dapat terjadi.
• Tanda iritasi meningen pada akhir perjalanan penyakit
• Pada anak-anak: infeksi subakut yang memburuk
beberapa hari setelah infeksi telinga atau infeksi saluran
pernafasan atas, atau sebagai infeksi fulminan akut
PADA DEWASA
• Tanda klinis awal: demam, nyeri kepala,
kekakuan leher, konvulsi umum dan gangguan
kesadaran.
• Tanda Kernig Laseque tidak selalu muncul.
• Pada lansia: subfebris dengan kebingungan atau
perubahan perilaku yang ringan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Lumbar pungsi (gold standard)
• Kultur CSF dan Darah
• Serologis/imunologis
• Pemeriksaan elektrolit
• Foto : X-ray, CT-scan
PENGOBATAN
• Umum
 Bed rest dan Tirah baring
 Diet tinggi kalori tinggi protein
 Ventilasi
 Cegah dehidrasi atau koreksi elektrolit inbalance
• Kausa
• Terapi optimal  antibiotika golongan bakterisidal yang
dapat masuk ke cairan serebrospinal
▫ Neonatal (<1 bulan): ampisilin + aminoglikosida dan sefalosporin
▫ Anak-anak (<5 thn): ampisilin + sefalosporin
▫ Dewasa : penisilin G, atau sefalosporin
▫ Pasien imunokompromis: ampisilin dan sefalosporin
▫ Pemberian steroid: dexametason 10 mg setiap 6 jam,
dimulai sebelum atau bersama dosis pertama antibiotik
MENINGITIS SEROSA
MENINGITIS JAMUR
• Banyak terjadi pada individu dengan AIDS; yang
mendapat transplantasi organ; kemoterapi
imunosupresif atau terapi kortikosteroid kronik;
dan pada keganasan limforetikular.
• Jamur yang paling sering menyebabkan
meningitis adalah Cryptococcus neoformans
dan Coccidioides immites.
• Kondisi yang diasosiasikan dapat meningkatkan
resiko untuk meningitis diantaranya kehamilan;
hemodialisis; kemoterapi imunosupresif
(terutama kortikosteroid); transplantasi organ
dan AIDS.
PENYEBARAN
• hematogen dari infeksi primer di paru-paru.
• Penjalaran perkontunuitatum dapat juga terjadi
melalui koloninya di nasofaring
• nasofaring sendiri dapat tidak mengalami
gangguan yang berarti, sehingga kalau terjadi
infeksi fungal serebral melalui penjalaran dari
nasofaring, manifestasi serebralnya dapat
dianggap sebagai gejala neurologik primer.
MANIFESTASI KLINIS
• Cryptococcal meningitis
• tampak sebagai penyakit akut dengan :
demam,
nyeri kepala, dan
fotofobia, serta
penurunan sensoris, atau
tampak sebagai penyakit subakut dengan nyeri
kepala dan demam ringan
• Pada coccidiomycosis CNS pun dapat tampak
sebagai penyakit akut dan sub akut dengan
gejala
demam, demam ringan,
mual muntah, dan
perubahan mental.
Apabila terdapat SOL atau vaskulitis, dapat
tampak defisit neurologis fokal maupun kejang.
PEMEIKSAAN PENUNJANG
▫ Pungsi lumbal
▫ Kultur cairan serebrospinal
▫ CT-Scan dan MRI
▫ Tes serologis (tes agglutinasi latex, antibodi fiksasi
komplemen, titer antigen serum)
PENGOBATAN :

Umum
- Bed rest dan Tirah baring
 Diet tinggi kalori tinggi protein
 Ventilasi
 Cegah dehidrasi atau koreksi elektrolit inbalance
Kausa
MENINGITIS TB
• Meningitis tuberkulosis adalah inflamasi pada
meningen, yang berkembang ke otak dan
medulla spinalis. Disebabkan oleh infeksi
Mikobakterium tuberkulosis, bakteri yang
menyebabkan tuberkulosis
• Meningitis tuberkulosa selalu merupakan
sekunder dari penyakit tuberkulosa pada organ
lainnya.
EPIDEMIOLOGI
• Indonesia berada di urutan ke empat dari 5
negara dengan insidensi tuberkulosis terbanyak
• Terjadi 20,6 per 100.000 insidensi kasus
tuberkulosis sistem saraf pusat di tahun 2007,
yang banyak terjadi di negara dengan kasus
tuberkulosis tinggi
ETIOLOGI
• Dua kelompok bakteri
▫ TB complex : Mycobacterium tuberculosis, M.
Bovis, M. Ulcerans dan M. Africanum
▫ Mycobacteria other than tuberculosis (MOTT) :
M. Avium dan M. Intracellulare
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
• Meningitis tuberkulosis (TBM) lebih tepat
dikarakteristikkan sebagai meningoensefalitis
karena tidak hanya berefek terhadap meningen,
tetapi juga parenkim dan vaskulatur otak
• Patologi utama TBM adalah pembentukan
eksudat gelatinous di subarakhnoid, yang
terutama paling menonjol di dasar otak
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
• Formasi adhesi
• Vaskulitis
• Intensitas inflamasi pada bagian basal yang
menyebar sampai ke parenkim otak
menyebabkan ensefalitis
• Dapat terjadi ensefalopati tuberkulosis
STAGING
• Stadium I : Kesadaran penuh dan rasional, gejala tidak
spesifik, tanpa ada tanda neurologis fokal atau tanda hidrosefalus.
Biasanya berlangsung selama 1-2 minggu dan dikarakteristikkan
dengan gejala tidak spesifik seperti demam, nyeri kepala,
irritabilitas, mengantuk, malaise.
• Stadium II : Bingung (confusion) dan/atau dengan tanda
neurologis fokal seperti hemiparese. Dikarakteristikkan dengan
gangguan sensori, letargi, kaku kuduk, kejang, tanda Kernig dan
Brudzinski positif, muntah, kelumpuhan saraf kranial.
• Stadium III : Stupor atau koma dan/atau dengan defisit
neurologis fokal yang parah seperti hemiplegia atau paraplegia
komplit. Terjadi kemunduran tanda vital karena berkembangnya
hidrosefalus, peningkatan tekanan intrakranial, vaskulitis, koma,
hemiplegia atau paraplegia, postur yang abnormal, dan akhirnya
dapat terjadi kematian.
MANIFESTASI KLINIS

Sering (lebih dari 50%) Jarang (kurang dari 50%)


Malaise Koma
Nyeri Kepala Papilloedema
Anoreksia Hemiparese atau afasia
Kaku Kuduk Kelumpuhan saraf otak
Demam ringan Kejang
Mengantuk atau letargi
DIAGNOSIS
• Tuberculin skin test :
• Foto : X-ray dan/atau CT-scan/MRI
• Lumbar pungsi
• Kultur BTA
KRITERIA DIAGNOSIS
• Definite : BTA ditemukan dalam LCS ( kultur
atau biopsi)
• Probable :
▫ Pleositosis pada LCS
▫ Perwarnaan BTA (-)
▫ Diikuti dari salah satu dibawah ini:
 Tes tuberkulin (+)
 Adanya TB dluar SSP atau ada TB paru aktif atau
terpapar TB sebelumnya
 LCS Glukosa < 40 mg%
 LCS protein > 60 mg%
PENGOBATAN
• Pengobatan yang diberikan pada pasien
meningitis tuberkulosa adalah pengobatan
kategori I yang ditujukan terhadap :
▫ kasus tuberkulosis paru baru dengan sputum BTA
positif
▫ penderita TB paru, sputum BTA negative,
roentgen positif dengan kelainan paru luas
PENGOBATAN
▫ kasus baru dengan bentuk tuberkulosis berat separti
meningitis, tuberkulosis diseminata, perikarditis,
peritonitis, pleuritis, spondilitis dengan gangguan
neurologist, kelainan paru yang luas dengan BTA
negative, tuberkulosis usus, tuberkulosis
genitourinarius
▫ Pengobatan tahap intensif adalah dengan paduan
RHZE (E). Bila setelah 2 bulan BTA menjadi negative,
maka diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah 2
bulan masih tetap positif maka tahap intensif
diperpanjang lagi selama 2-4 minggu dengan 4 macam
obat. Ada beberapa ahli yang merekomendasikan
pengobatan 2HRZE/ 7 HR
MENINGITIS VIRAL
• Kriteria definit untuk aseptic meningitis
diantaranya:
• onset akut;
• tanda dan gejala rangsang meningeal;
• abnormalitas CSS tipikal untuk meningitis dengan
sel mononuclear predominan;
• bakteri tidak tampak pada pewarnaan dan kultur
CSS;
• tidak ada focus infeksi parameningeal;
• perjalanan penyakit bersifat jinak dan self limited
ETIOLOGI
• Viral • Non-viral
▫ Enterovirus ▫ Mycobacterium tuberkulosis
▫ Mumps ▫ Listeria monocytogenes
▫ Virus Lymphocytic Chorio ▫ Mycoplasma pneumoniae
Meningitis (LCM) ▫ Rickettsia rickettsii (Rocky
▫ Herpes Simplex Virus (HSV) Mountain spotted fever)
▫ Human Immunodeficiency ▫ Treponema pallidum
virus (HIV) (syphilis)
▫ Arthropod-borne viruses ▫ Borrelia burgdorferi
(Penyakit Lyme)
▫ Cryptococcus neoformans,
Coccidioides immites,
Histoplasma capsulatum
GAMBARAN KLINIS
• sakit akut, mengeluh nyeri kepala frontal atau
retro-orbital, fotofobia, nyeri otot, mual,muntah,
tapi tetap sadar dan waspada.
• Defisit neurologis fokal tidak terjadi pada
meningitis virus jinak dan sembuh spontan.
Infeksi enterovirus dapat diaosiasikan dengan
ruam makulopapulae, vesicular atau ptekial.
• Dapat terbukti adanya lesi genital vesicular atau
riwayat herpae genital rekurens pada meningitis
virus herpes simplex tipe 2.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
▫ Hitung jenis sel
▫ Kimia
▫ Venereal disease research laboratory test (VDRL)
▫ Apusan dan kultur bakteri
▫ Kultur virus
▫ Tinta india, kultur jamur
▫ Antigen Cryptococcal
▫ Lumbal pungsi
▫ foto
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan CSS
• Kultur dan di konfirmasi oleh pemeriksaan
serologi
PERBANDINGAN
Meningitis Meningitis Serosa
Purulenta
Etiologi Bakteri non spesifik Mycobacterium
Diplococcus tuberculosa
pneumoniae Virus (herpes simplex
Neisseria meningitis dan herpes zoster)
Streptococcus Toxoplasma gondhii
haemolyticuss Ricketsia
Staphylococcus aureus
Haemophilus
influenzae
Escherichia coli
Klebsiella pneumoniae
Pseudomonas
aeruginosa
Meningitis Purulenta Meningitis Serosa

Gejala Klinis dan a. Bersifat akut atau a. Apatis


Pemeriksaan Fisik langsung kronis b. Refleks pupil lambat
b. Suhu tubuh tinggi, c. Reflek tendon
PERBANDINGAN nyeri kepala yang melemas
hebat yang menjalar d. Sering disertai kejang
ke tengkuk e. Pada pemeriksaan
c. Nadi melambat yang neurologik ditemukan
kemudian cepat tanda-tanda
d. Kesadaran mulai perangsangan
menurun dari meningeal kaku kuduk
delirium sampai koma (+) dan dapat
e. Pada pemeriksaan ditemukan pula
neurologik ditemukan kelumpuhan syaraf
tanda-tanda f. Tanda kernig (+)
perangsangan g. Brudzinki (+)
meningeal kaku kuduk
(+) dan dapat
ditemukan pula
kelumpuhan saraf
f. Tanda kernig (+)
brudzinki (+)
Meningitis Purulenta Meningitis Serosa

Hasil Lab 1. Jumlah PMN>MN (1000- 1. Jumlah MN>PMN (10-


200ml) 350ML)
2. Warna opalescent 2. Warna opalescent

PERBANDINGAN
keruh/kekuningan jernih/tidak keruh
3. Kadar glukosa (<70mg/dl) 3. Kadar glukosa (<50mg/dl)
4. Kadar klorida 4. Kadar klorida
(<650mg/dl) (<500mg/dl)
5. Pada meningitis TB : LED
meningkat

Pemeriksaan Penunjang Analisis CSS dari fungsi Analisis CSS dari fungsi
lumbal lumbal
• Tekanan meningkat, • Tekanan bervariasi, cairan
cairan keruh/berkabut, CSS biasanya jernih, sel
jumlah sel darah putih darah putih meningkat,
dan protein meningkat, glukosa dan protein
glukosa meningkat, kultur biasanya normal, kultur
(+) terhadap beberapa biasanya negatif, kultur
jenis bakteri virus biasanya dengan
• LDH serum : meningkat prosedur khusus
• Leukosit : peingkatan
neutrofil
PERBANDINGAN CSS
Bacterial Viral Fungal Tuberculosa
Opening N/tinggi N N/tinggi Tinggi
pressure
Jumlah sel 1,000-10,000 < 300 20-500 50-500
(/mm3
PMN >80 < 20 < 50 20
Protein Sangat Tinggi N Tinggi Tinggi
(100-500)
Glucose < 40 Normal Ususally < 40 < 40
Gram strain 60-90 % Negative Negative AFB stain (+)
positive in 40-80 %
KOMPLIKASI
• Acute complications • Sequeale
• Shock • Seizure disorder
• Respiratory • Impaired intelectual
failkure/distress/arrest functioning
• Apnea • Impaired cognition
• Altered mental satus /coma • Personality changes
• Increased intracranial • Dizziness
pressure • Gait disturbance
• Seizures • Focal neurologic deficit :
• Disseminated intravascular Deafness/sensorineural
coagulation hearing loss,
• Subdural effusions blindless,paralisysis,paresis
• Subdurral abscess
• Intracerbral abscess
• central nervous system
structural
sequeale/complications
• Hydrocephalus
• Brain abscess
• Subdural abcess
• Subdural effusion
• Subdural empyema
• Cerebral thrombosis
• Cerebral vasculitis
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai