Anda di halaman 1dari 15

JADWAL IMUNISASI MENURUT IDAI, 2014

*Membaca kolom umur; umur dalam bulan: 0 -29 hari, dalam tahun: 0 -11 bulan 29 hari 2
3
PENJELASAN TABEL IMUNISASI IDAI, 2014

Vaksin hepatitis B Vaksin polio


- Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah - Saat bayi lahir/ dipulangkan harus diberikan
lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 vaksin polio oral (OPV-0)
- Bayi lahir dari ibu HBsAg positif: vaksin hep B dan - Untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster
imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pd ekstremitas yg dapat diberikan vaksin OPV atau IPV (sebaiknya
berbeda. paling tidak 1 dosis IPV)

Vaksin BCG
- Dianjurkan <3 bulan, optimal umur 2 bulan Vaksin campak
- Apabila > 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin Vaksin campak kedua tidak perlu diberikan pada
umur 24 bulan, jika MMR sudah diberikan pada 15
bulan
Vaksin DTP
- pertama pada umur 6 mgg. Dapat diberikan vaksin
DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan vaksin lain

4
PENJELASAN TABEL IMUNISASI IDAI, 2014

Vaksin pneumokokus (PCV) Vaksin rotavirus


- Umur 7-12 bulan: PCV diberikan 2 kali, interval 2 - Monovalen diberikan 2 kali, pentavalen 3 kali.
bulan - Vaksin rotavirus monovalen dosis I: umur 6-14 mgg,
- Umur >1 tahun: diberikan 1 kali, dosis ke-2: interval minimal 4 mgg( <16 mgg dan tidak
melampaui 24 mgg)
booster 1 kali pd umur >12 bulan / minimal 2 bulan
setelah dosis terakhir. - Vaksin rotavirus pentavalen dosis ke-1:umur 6-14
mgg, interval dosis ke-2 dan ke-3, 4-10 mgg, dosis ke-
- Umur > 2 tahun PCV diberikan 1 kali 3 diberikan <32 mgg (interval minimal 4 mgg)

Vaksin varisela
- Vaksin varisela dapat diberikan > 12 bulan, terbaik Vaksin human papiloma virus (HPV)
sebelum masuk SD - Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun
- Umur >12 tahun, perlu 2 dosis dgn interval - Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan
minimal 4 minggu interval 0, 1, 6 bulan; tetravalen dengan interval
Vaksin influenza 0,2,6 bulan
- Umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun

5
JADWAL IMUNISASI MENURUT DEPKES, 2013
IMUNISASI DASAR

Bayi lahir di Institusi Rumah Bayi yang telah mendapatkan: imunisasi


Sakit, Klinik dan Bidan Praktik dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib 2, dan
Swasta: imunisasi BCG dan Polio DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai
1 diberikan sebelum dipulangkan status imunisasi T2.

6
IMUNISAS LANJUTAN

• Diberikan pada: anak Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS)
termasuk ibu hamil.
Jadwal Imunisasi Lanjutan Batita
• Batita yang telah mendapatkan
imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib
dinyatakan mempunyai status
imunisasi T3.

Jadwal Imunisasi Lanjutan Anak Sekolah Dasar

• Anak usia sekolah dasar yang


telah mendapatkan imunisasi DT
dan Td dinyatakan mempunyai
status imunisasi T4 dan T5.

7
DOSIS, CARA, DAN TEMPAT PEMBERIAN IMUNISASI

Interval pemberian
jarak minimal antar dua pemberian imunisasi yang sama adalah 4
minggu. Tidak ada batas maksimal antar dua pemberian imunisasi.

8
• Mengandung kuman BCG yang hidup namun dilemahkan
• Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C
• Kemasan :ampul
Vaksin BCG • Efek samping :jarang, bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
setempat (sembuh sendiri)
• Kontra Indikasi : berpenyakit TBC/ uji mantoux positif/ penyakit kulit
berat/menahun

• Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing2


mengandung virus polio tipe I, II dan III; (1) vaksin yang
Vaksin Poliomielitis mengandung virus polio yang sudah dimatikan, biasa diberikan
dengan cara injeksi (2) vaksin yang mengandung virus polio yang
hidup tapi dilemahkan, cara pemberian per oral (OPV) lebih
banyak dipakai di Indonesia.
• Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
• Kemasan : vial, disertai pipet tetes
• Efek samping : biasanya tidak ada
• Kontra Indikasi : diare berat, sakit berat, imunodefisiensi

9
• Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus
tetanus, kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi
DPT(diphteri pertusis tetanus).
• Vaksin toksoid diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri yang
telah dilemahkan
• Vaksin toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan
• Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang
Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, telah dimatikan
Tetanus) • Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C
• Kemasan : Vial 5 ml
• Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri di
tempat suntikan selama 1-2 hari
• Efek samping: Gejala2 yang bersifat sementara seperti lemas,
demam, kemerahan pada tempat suntikan.
• Indikasi kontra: Anak yang sakit parah, menderita penyakit kejang
demam kompleks, imunodefisiensi

10
• Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Terdiri
dari kemasan kering tunggal dan kombinasi dengan vaksin mumps
dan rubella (MMR)
• Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
• Dosis : 0.5 ml
• Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibeku keringkan beserta
pelarut 5 ml (aquadest)
• Reaksi imunisasi :Dapat terjadi demam ringan atau pembengkakan
pada tempat penyuntikan.
Vaksin Campak
• Efek samping : Dapat terjadi kejang ringan dan tidak berbahaya
• Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan,
malnutrisi derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan.

• Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin


disertai rasa panas atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2
hari.
Vaksin Hepatitis B • Dosis :0.5 ml
• Kemasan :HB PID (Prefill Injection devic)
• Efek samping :-
• Kontra Indikasi: sakit parah

11
KONTRAINDIKASI DAN BUKAN KONTRAINDIKASI SECARA UMUM

Bukan Kontraindikasi Kontraindikasi

- Alergi atau asma


- Sakit akut ringan seperti ISPA dengan atau
tanpa panas atau diare ringan
- Penderita imunodefisiensi dan
- Riwayat kejadian efek samping di keluarga imunosupresif
setelah imunisasi
- Pemakaian kortikosteroid topikal jangka
- Dalam pengobatan antibiotik lama atu dosis tinggi kontraindikasi
- Anak diberi ASI pemberian vaksin virus hidup
- Prematuritas
- Malnutrisi

12
KIPI (KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI)
KIPI Gejala Tatalaksana
Reaksi lokal ringan karena vaksin • Nyeri, eritema, bengkak di • Kompres hangat
daerah bekas suntikan < 1 cm. • Jika nyeri mengganggu dapat
• Timbul < 48 jam setelah diberikan parasetamol 10 mg
imunisasi /kgBB/kali pemberian.
• Berikan pengertian kepada
keluarga bahwa hal ini dapat
sembuh sendiri tanpa obat

13
REFERENSI
• Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Thn 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
• Departemen/ SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran ;Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-5. 2014
• Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta; Modul Field Lab Ketrampilan Imunisasi.
Edisi Revisi II. 2013

14
15

Anda mungkin juga menyukai