1. Identitas
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal
lahir, jenis kelamin, nama orang tua atau suami atau istri atau
penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan suku
bangsa, dan agama
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien
sehingga membawa pasien ke dokter atau mencari
pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama, harus
disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien
mengalami hal tersebut.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang
kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan
pasien sejak sebelum sakit sampai pasien datang berobat.
Dalam melakukan anamnesis, haruslah menggunakan tujuh
butir mutiara anamnesis, yaitu:
• Lokasi (dimana,menyebar atau tidak ?)
• Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa
lama?)
• Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering
terjadi ?)
• Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
• Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
• Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
• Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.
4. Riwayat penyakit dahulu
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan
antara pnyakit yang pernah diderita dengan penyakit
sekarang.
5. Riwayat obstetri
Anamnesis terhadap riwayat obstetri harus ditanyakan pada
setiap pasien wanita. Tanyakan mengenai menstruasinya,
kapan menars, apakah menstruasinya teratur atau tidak,
apakah disertai rasa nyeri atau tidak. Juga harus ditanyak
riwayat kehamilan, persalinan, dan keguguran.
6. Riwayat penyakit dalam keluarga
penting untuk mencari kemungkinan penyakit
herediter, familial atau penyakit infeksi. Pada
penyakit yang bersifat kongenial, perlu juga
ditanyakan riwayat kehamilan dan kelahiran.
7. Riwayat pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi
pendidikan dan kebiasaan. Kebiasaan pasien yang
juga harus ditanyakan adalah kebiasaan merokok,
minum alkohol, termasuk penyalahgunaan obat-obat
terlarang (narkoba).
Pemeriksaan fisis
1. Kepala dan wajah
- Kepala
Untuk pemeriksaan kepala, pasien disuruh duduk
dihadapan pemeriksaan dengan mata pasien sama tinggi
dengan mata pemeriksa. Pertama kali yang dilihat adalah
bentuk dan ukuran kepala, apakah terdapat hidrosefalus,
mikrosefalus atau mesosefal, apakah terdapat tonjolan
tulang, apakah terdapat asimetri pada kepala dan wajah
- Wajah
Pada pemeriksaan ini dapat dilihat apakah pucat, sianosis atau
ikterik. Pucat kemungkinan adanya insufisiensi aorta atau anemia,
sianosis mungkin terjadi pada penderita dengan cacat jantung
bawaan dan ikterik mungkin dapat disebabkan oleh hepatitis atau
tumor pankreas.
Penampilan wajah sering merupakan ciri suatu penyakit, misalnya
fasies leonina yang terjadi pada penderita kusta. Pada penyakit
Parkinson sangat khas, yaitu wajah tanpa ekspresi/ wajah topeng.
Adanya asimetri wajah menunjukkan kemungkinan adanya
kelumpuhan pada syaraf kranial terutama nervus VII (fasialis) atau
Bells palsy. Asimetri pada wajah dapat mengarahkan adanya
kelainan pada kelenjar parotis akibat parotitis ataupun tumor pada
parotis. Beberapa penyakit genetik, seperti sindrom down juga
menunjukkan wajah yang tidak normal (dismorfik) misalnya
hipertelorisme, dan telekantus, dan sebagainya.
Kiri: sindroma down, kanan: paralisis Kiri : parotitis, kanan : facies leonina
nervus facialis pada Bells Palsy pada kusta
b) Kelopak Mata
• Amati kelopak mata, catat adanya kelainan : ptosis,
entro/ekstropion, alismata rontok, lesi, xantelasma.
• Dengan palpasi, catat adanya nyeri tekan dan keadaan benjolan
kelopak mata
c) Konjungtiva, sclera dan kornea
• Beritahu pasien melihat lurus ke depan
• Tekan di bawah kelopak mata ke bawah, amati konjungtiva dan
catat adanya kelainan : anemia / pucat. ( normal : tidak anemis )
• Kemudian amati sclera, catat adanya kelainan : icterus,
vaskularisasi, lesi / benjolan ( norma : putih )
• Kemudian amati kornea, catat adanya kelainan : kekeruhan ( normal
: hitam transparan dan jernih )
d) Pemeriksaan pupil
• Beritahu pasien pandangan lurus ke depan
• Dengan menggunakan pen light, senter mata dari arah lateral ke
medial
• Catat dan amati perubahan pupil : lebar pupil, reflek pupil
menurun, bandingkan kanan dan kiri
• Normal : reflek pupil baik, isokor, diameter 3 mm
• Abnormal : reflek pupil menurun/-, Anisokor, medriasis/meiosis
e) Pemeriksaan tajam penglihatan
• Siapkan alat : snelen cart dan letakkan dengan jarak 6 meter dari
pasien.
• Atur posisi pasien duduk/atau berdiri, berutahu pasien untuk
menebak hurup yang ditunjuk perawat.
• Perawat berdiri di sebelah kanan alat, pasien diminta menutup
salah satu mata ( atau dengan alat penutup ).
• Kemudian minta pasien untuk menebak hurup mulai dari atas
sampai bawah.
• tentukan tajam penglihatan pasien
a) Test garputala
Rinne test
1. Pemeriksaan duduk di sebelah sisi pasien
2. Getarkan garputala, dengan menekan jari garputala dengan
dua jari tangan
3. letakkan pangkal garputala pada tulang mastoid, dan
jelaskan pasien agar memberitahu bila tidak merasakan
getaran.
4. Bila pasien tidak merasakan getaran, dekatkan ujung jari
garputala pada lubang telinga, dan anjurkan penderita agar
memberutahu mendengar suara getaran atau tidah.
Normalnya : pasien masih mendengar saat ujung garputala
didekatkan pada lubang telinga.
Weber test
• getarkan garputala
• Letakkan pangkal garputala di tengah-tengah dahi pasien
• Tanya kepada pasien, sebelah mana teinga mendengar lebih
keras ( lateralisasi kana/kiri). Normalnya getaran didengar
sama antara kanan dan kiri.
Scwabach Test
• Getarkan garputala
• letakkan ujung jari garputala pada lugang telinga pasien
• kemudian sampai pasien tidak mendengar, lalu bandingkan
dengan pemeriksa.
4. Hidung
Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan sinus-sinus
• Pemeriksa duduk di hadapan pasien
• Amati bentuk dan kulit hidung, catat : kesimetrisan,
adanya benjolan, tanda radang, dan bentuk khusus hidung.
• Palpasi hidung, catat : kelenturan dan adanya nyeri
• Palpasi 4 sinus hidung ( frontalis, etmoidalis, spenoidalis,
maksilaris ) catat : adanya nyeri tekan