Anda di halaman 1dari 16

SUMATRA SELATAN

5º 10' - 1º 20' LS
101º 40' - 106º 30' BT
CEKUNGAN SUMATRA SELATAN

Geologi Cekungan Sumatera Selatan, suatu


hasil kegiatan tektonik, berkaitan erat dengan
penunjaman Lempeng Indo-Australia, bergerak ke arah
utara hingga timur laut terhadap Lempeng Eurasia
yang relatif diam. Cekungan Sumatera Selatan
termasuk kedalam cekungan busur belakang,
terbentuk akibat interaksi antara lempeng Indo-
Australia dengan lempeng mikro-sunda. Cekungan ini
dibagi menjadi 4 sub cekungan (Pulonggono, 1984):
• Sub Cekungan Jambi
• Sub Cekungan Palembang Utara
• Sub Cekungan Palembang Selatan
• Sub Cekungan Palembang Tengah
Cekungan ini terdiri dari sedimen Tersier yang terletak
tidak selaras di atas permukaan metamorfik dan
batuan beku Pra-Tersier.
Struktur regional Geologi Sumatera
Selatan, dipengaruhi oleh tiga fase tektonik, yaitu
(Pulunggono, 1992) :
• Fase Pertama yaitu Fase Tektonik Jura Atas –
Kapur Bawah
• Fase Kedua yaitu Fase Tektonik Kapur Atas –
Tersier Bawah
• Fase Ketiga atau Terakhir yaitu Fase Tektonik
Miosen Tengah - Saat Sekarang
Konfigurasi cekungan pada daerah Sumatra berhubungan
langsung dengan kehadiran dari subduksi yang menyebabkan
non-volcanic fore-arc dan volcano-plutonik back-arc. Sumatra
dapat dibagi menjadi 5 bagian (Darman dan Sidi, 2000):
1. Sunda outer-arc ridge, berada sepanjang batas cekungan
fore-arc Sunda dan yang memisahkan dari lereng trench.
2. Cekungan Fore-arc Sunda, terbentang antara akresi non-
vulkanik punggungan outer-arc dengan bagian di bawah
permukaan dan volkanik back-arc Sumatra.
3. Cekungan Back-arc Sumatra, meliputi Cekungan Sumatra
Utara, Tengah, dan Selatan. Sistem ini berkembang
sejalan dengan depresi yang berbeda pada bagian bawah
Bukit Barisan.
4. Bukit Barisan, terjadi pada bagian axial dari pulaunya dan
terbentuk terutama pada Perm-Karbon hingga batuan
Mesozoik.
5. Intra-arc Sumatra, dipisahkan oleh uplift berikutnya dan
erosi dari daerah pengendapan terdahulu sehingga
memiliki litologi yang mirip pada fore-arc dan back-arc
basin.
Peristiwa Tektonik yang berperan dalam perkembangan
Pulau Sumatra dan Cekungan Sumatra Selatan menurut
Pulonggono dkk (1992) adalah:
1. Fase kompresi yang berlangsung dari Jurasik awal
sampai Kapur. Tektonik ini menghasilkan sesar geser
dekstral WNW – ESE seperti Sesar Lematang, Kepayang,
Saka, Pantai Selatan Lampung, Musi Lineament dan N –
S trend. Terjadi wrench movement dan intrusi granit
berumur Jurasik – Kapur.

2. Fase tensional pada Kapur Akhir sampai Tersier Awal


yang menghasilkan sesar normal dan sesar tumbuh
berarah N – S dan WNW – ESE. Sedimentasi mengisi
cekungan atau terban di atas batuan dasar bersamaan
dengan kegiatan gunung api. Terjadi pengisian awal dari
cekungan yaitu Formasi Lahat.
3. Fase ketiga yaitu adanya aktivitas tektonik Miosen
atau Intra Miosen menyebabkan pengangkatan tepi-tepi
cekungan dan diikuti pengendapan bahan-bahan
klastika. Yaitu terendapkannya Formasi Talang Akar,
Formasi Baturaja, Formasi Gumai, Formasi Air Benakat,
dan Formasi Muara Enim.

4. Fase keempat berupa gerak kompresional pada Plio-


Plistosen menyebabkan sebagian Formasi Air Benakat
dan Formasi Muara Enim telah menjadi tinggian tererosi,
sedangkan pada daerah yang relatif turun diendapkan
Formasi Kasai.
1. Pre-Tertiary Basement (BSM)
2. Formasi Lahat (LAF)
3. Formasi Talang Akar (TAF)
4. Formasi Baturaja (BRF)
5. Formasi Gumai (GUF)
6. Formasi Air Benakat (ABF)
7. Formasi Muaraenim (MEF)
8. Formasi Tuff Kasai (KAF)
9. Endapan Kuarte
Formasi Lahat diperkirakan berumur oligosen Formasi Air Benakat diendapkan selama fase
awal (Sardjito dkk, 1991). Formasi ini merupakan regresi dan akhir dari pengendapan formasi
batuan sedimen pertama yang diendapkan pada Gumai pada kala tengah miosen (Bishop, 2001).
Cekungan Sumatera Selatan.
Formasi Muara Enim diendapkan pada kala akhir
Formasi Talang Akar diperkirakan berumur miosen sampai pliosen dan merupakan siklus
oligosen akhir sampai miosen awal. Formasi ini regresi kedua sebagai pengendapan laut dangkal
terbentuk secara tidak selaras. sampai continental sands, delta dan batu
lempung.
Formasi Batu Raja diendapkan secara selaras di
atas formasi Talang Akar pada kala miosen awal. Formasi Kasai diendapkan pada kala pliosen
Formasi ini tersebar luas terdiri dari karbonat sampai dengan pleistosen. Pengendapannya
platforms dengan ketebalan 20-75 m dan merupakan hasil dari erosi dari pengangkatan
tambahan berupa karbonat build-up dan reef Bukit Barisan dan pegunungan Tigapuluh, serta
dengan ketebalan 60-120 m. akibat adanya pengangkatan pelipatan yang
terjadi di cekungan.

Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas


formasi Batu Raja pada kala oligosen sampai
dengan tengah miosen. Formasi ini tersusun oleh
fosilliferous marine shale dan lapisan batu
gamping yang mengandung glauconitic (Bishop,
2001).
SOURCE ROCK

Hidrokarbon di Cekungan Sumatera Selatan berasal dari


batuan induk yang potensial berasal dari batulempung hitam
Formasi Lemat (DeCoster , 1974), lignin (batubara),
batulempung Formasi Talangakar dan batulempung Fomasi
Telisa.
Sistem pemanasan (kitchen) batuan induk di Cekungan
Sumatera Selatan adalah akibat panas yang dihasilkan oleh
bidang-bidang sesar yang terbuka pada graben / half graben,
sehingga cukup untuk menghasilkan hidrokarbon
MIGRATION

Migrasi hidrokarbon di Cekungan Sumatera Selatan


ditafsirkan sebagai migrasi lateral dan atau migrasi
vertikal.
Migrasi sekunder memegang peranan penting dalam
proses akumulasi dan pemerangkapan hidrokarbon
mengingat posisi perangkap merupakan daerah tinggian
purba (old basement high).
RESERVOIR

Lapisan batupasir yang terdapat dalam Formasi Lemat,


Formasi Talangakar, Formasi Palembang Bawah dan Palembang
Tengah dapat menjadi batuan reservoar pada Cekungan
Sumatera Selatan.
Pada Sub Cekungan Jambi, produksi terbesar terdapat pada
batuan reservoar Formasi Air Benakat.
Formasi Telisa memiliki interval reservoar dan lapisan penutup
bagi reservoar Formasi Baturaja.
Pada Sub Cekungan Palembang produksi minyak terbesar
terdapat pada batuan reservoar Formasi Talangakar dan
Baturaja. Porositas lapisan batupasir berkisar antara 15 –28%.
CAP ROCK

Batuan penutup pada umumnya merupakan lapisan lempung


yang tebal dari Formasi Telisa, Formasi Palembang Bawah dan
Formasi Palembang Tengah. Selain itu, terjadinya perubahan
fasies ke arah lateral atau adanya sesar-sesar dapat juga
bertindak sebagai penutup atau tudung. Lempung pada
Formasi Telisa menjadi penutup pada reservoar karbonat
Formasi Baturaja.
TRAP

Pada umumnya perangkap hidrokarbon di Cekungan


Sumatera Selatan merupakan struktur antiklinal dari
suatu antiklinorium yang terbentuk pada Plio-Pleistosen
seperti pada Formasi Palembang Tengah.
Struktur sesar, baik normal maupun geser dapat
bertindak sebagai perangkap minyak.
Perangkap stratigrafi terjadi pada batugamping terumbu
Formasi Baturaja, bentuk kipas Formasi Lemat, bentuk
membaji Formasi Palembang Bawah dan Formasi
Talangakar, dan Lemat dari batupasir karena perubahan
fasies pada Formasi Talangakar.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai